Sepuluh

8 1 0
                                    

    

     "Selamat pagi!!" Abizar tersenyum mengembang mengiring Ameera yang membuka gerbang.

     "Pagii!" Ameera balas tersenyum sambil merapikan rambut.

      "Pagi sekali kamu ternyata sudah siap ya!" gumam Abizar.

      "kamu juga, pagi sekali sudah datang!" ujar Ameera sedikit tersenyu., mengapa mereka seolah memiliki ikatan batin seperti ini ya.

      "masih belum bisa diterima akal sih, kenapa di matamu bisa ada matahari! indah sekali!" Abizar berujar takjub.

      "Pagi pagi sekali kamu mandi, lalu mengantar matahari terbit di mataku" Ameera membalikkan badan sebentar untuk menormalkan tubuhnya lalu kembali menghadap Abizar dengan wajah yang polos.

     Abizar tertawa gemas, ia lupa waktu, lupa sekelilingnya, lupa memberi helm, lupa mengajak Ameera segera berangkat, jika di dekat Ameera, perempuan itu seolah menjadi dunia Abizar seutuhnya, Ameera mengalihkannya.

     "eheemm!!" Abizar langsung kehilangan ekspresi serta kata2 saat mendengar dehaman mama Ameera, Ameera sedikit tertawa tapi juga kelihatan malu.

      "eh bu!! Ameera hebat sekali gombalnya, saya jadi suka!!" Ujar Abizar ngelantur.

     "ada2 saja, memangnya kamu mau di masakin pake gombal? nguci popok anak pake gombal?" Mama Ameera geleng2 sendiri, heran dengan perkataan Abizar yang mintak ampun bucinnya.

      "Kelihatannya tidak, tapi nanti malam saya ada konser bu, kebetulan saya anak band sekolah, dan sepertinya Ameera harus ikut bu!" Abizar sedikit melirik Ameera, perempuan itu tampak terkejut karna awalnya ia hanya berniat untuk mengarang saja ke mama supaya bisa menonton konser, bukan izin terang2an seperti ini.

      "Hmm Harus ya?... kadang2 seenak isi perut kamu saja ya? tapi... tak apalh seminggu ini kamu sudah patuh untuk hanya mengantar jemput Ameera! kamu bawaklah Ameera malam nanti, batasnya jam 10, habis itu kamu antarkan ke rumah lagi, kalau lewat.... kamu berurusan sama Papanya Ameera!!" ujar Mama Ameera dengan raut muka yang tidak melunak sama sekali, benar2 orang tua yang cool.

      Abizar dan Ameera tersenyum lebar otomatis langsung menyalami mama Ameera, mama Ameera yang memang sudah hafal sekali tabiat anak muda yaaa tetap masang wajah cool.

      "Hati2!!" Tambah mama Ameera sekali lagi.

     "Assalamualaikum ma!" lambai Ameera yang di balas dengan anggukan oleh mamanya.

  
      Sejauh ini, hubungan Ameera dan Abizar masih belum dapat Ameera pahami sama sekali, kadang2 dia mencemaskan Abizar, gemas, peduli, rasa ingin menemani... semuanya ada, tapi sikap Abizar seolah nyaman dengan keadaan, dengan ketidak jelasan yang Ameera rasakan, Abizar takut bergerak, Abizar ragu untuk bertindak.

      Sebenarnya ini selalu ada di kepala Abizar, tentang bagaimana ia dan Ameera kedepannya, tapi seolah tidak ada waktu yang tepat, ia selalu mengulur, bagi Abizar semua masih kabur, dia berada di tengah2 antara serius atau tetap menjadi sahabat.

     Abizar menghela berat karna sekelabat pikirannya, dengan cepat ia kembali fokus ke harinya saat itu.

      "Pagi2 gak boleh mikir berat kan Ameera?" tanya Abizar.

     Ameera tersenyum samar, suara Abizar begitu menenangkan bagianya, karna memang seluar biasa itu, setiap Abizar menyebut namanya, otomatis saja membawa sejuk kesekujur tubuhnya.

       "Boleh Abizar! kalau tidak kenapa ada aturan agama yang menyuruh kita buat bertebaran di muka bumi saat pagi hari??" Bantah Ameera, satu yang sangat luar biasa dari mereka, mereka selalu berbicara dengan nada lembut seperti ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 13, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

She Is AmeeraWhere stories live. Discover now