Dua Puluh Satu

3.4K 551 108
                                    

Brace your heart!

Kuatkan hatimu!

***



Marshella merasa lelah sekali hari ini. Syuting music video dari salah satu band kenamaan Indonesia ini benar-benar menguras tenaganya. Datang sebelum matahari terbit, mengambil adegan-adegan yang mudah seperti mengobrol di rumah bahkan sampai berenang beberapa balik sekaligus menampilkan wajah sedih. Untunglah adegan terakhir ini ditutup dengan adegan Marshella yang duduk di tepi jendela memandangi hujan buatan.

"Mar, masih lama?" Lana menyodorkan segelas teh hangat setelah syuting usai dan para kru sedang membereskan lokasi.

"Michael bilang dia udah berangkat. Ini setengah jam lalu. Aku tanya dia di mana, dia gak jawab. Mungkin masih di motor." Marshella memandang chat-nya dengan Michael.

"Oke. Aku tungguin sampai Michael dateng. Btw, laper gak sih?" Lana mengelus perutnya.

"Lumayan," Marshella ikut menepuk perutnya.

"Mau makan bareng Michael kan?" Lana menebak, mendorong lengan Marshella yang kemudian tertawa.

"Iya, Lan. Dia udah bilang pengen ngajak makan Soto Ceker," Marshella nyengir lebar.

Lana ikut tertawa saat sepupunya sedang bahagia ini. "Random banget sih cowok kamu itu. Ngidamnya makanan sederhana juga. Agak heran sih. Dia anak tunggal tapi kayaknya gak ada manja-manjanya."

Marshella mengangguk. Bahkan jika dibanding Gavin yang anak sulung, Michael sering bersikap lebih dewasa. "Mungkin karena sering ditinggal Om Francis, Lan. Jadi punya tanggung jawab besar sama Tante Ariella."

Lana memandang Marshella lebih tajam. Seakan ingin menyampaikan peringatan. "He's a good man, Mar. He really is."

Paham dengan maksud tatapan Lana, Marshella menunduk. "Iya, Lana..."

"Mbak Marshella, ada yang cari." Seorang kru menghampiri Marshella, menunjuk tempat parkir yang menjadi batasan pengunjung dan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan video klip.

"Oh iya, itu pacar saya. Saya langsung ke sana. Terima kasih ya," Marshella melemparkan senyum memukau kepada kru yang langsung tersipu. "Balik ya, Lan."

"Hati-hati, Mar. Apalagi udah malem, naik motor." Lana ikut berdiri dan mengantar Marshella menuju Michael.

"Iya, you'll ride safely, right, boyfriend?" tanya Marshella pada Michael yang sudah siap.

"As always," Michael tersenyum lalu menyodorkan helm kepada Marshella.

Marshella mengambil helm, mengenakannya, lalu memakai jaket yang sedari tadi dia pegang saja. Di sampingnya, Lana memastikan semua barang milik Marshella aman. Dia yang akan membawa beberapa baju dan peralatan untuk kembali disimpan di kantor agensi.

"Take care ya, Mik. Titip sepupu gue yang manja ini," Lana menyenggol pundak Marshella.

"Iya, Lan. Emang suka liar kalau dilepas di alam," Michael tertawa.

"Mincil!" Marshella memekik. Tidak terima diejek begitu.

"Balik ke mana nanti?" tanya Lana lagi.

"Apartemen aja. Besok ada fitting buat fashion show kan?"

Lana mengangguk. "Don't be late. Oke, kabari aku kalau kamu sudah sampai apartemen. Aku harus laporan ke Om Le kan?"

"Iya Bu Manager. Dah, aku pergi dulu!" Marshella melambai kepada Lana lalu naik ke boncengan motor Michael. Marshella masih melambai kepada Lana sampai sosok Lana tidak terlihat lagi. Setelah itu dia memeluk Michael agar terasa lebih hangat.

Kilatan Kisah Kita - END (CETAK)Where stories live. Discover now