Prolog

49 2 1
                                    

Seoul, 05 Mei 2005

"Nana-a" teriak anak laki-laki berusia 10 tahun yang duduk diatas ayunan. Wajah anak laki-laki itu begitu ceria, matanya bersinar terang.

Gadis kecil yang dipanggil Nana itu tersenyum manis, berlari mendekat ke anak laki-laki itu "Hoon-ie" teriaknya girang.

Anak laki-laki yang dipanggil Hoon itu turun dari ayunan dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk. Mereka terlihat sangat bahagia bermain bersama. Nana duduk di ayunan dan Hoon mendorong ayunan itu dari belakang. Sesekali Nana akan menyuapi Hoon dengan jeli yang ia bawa.

Tiba-tiba cuaca berubah mendung, suara gemuruh petir terdengar menggegerkan telinga. Nana memekik takut, bahkan Nana terjatuh dari ayunan karena terkejut ketakutan. Nana meringkuk dengan tangan yang menutup telinganya.

Hoon yang melihat itu segera mendekati Nana, anak laki-laki itu berjongkok didepan Nana. "~~Hujan turun dalam bentuk air, lalu menguap lagi menjadi awan. Terus begitu hingga bunga-bunga mekar dari pohon musim semi. indahnya bunga akan mengingatkanku padamu yang menemaniku dengan senyum cerah bersama hujan~~" senandung Hoon dengan tangan memayungi Nana dari gerimis hujan.

Mendengar senandung Hoon, kepala Nana terangkat menatap Hoon. Hoon tersenyum cerah, bahkan matanya pun bersinar terang. "Kita berteduh yuk!" ajak Hoon.

Nana mengangguk tersenyum. Mereka pindah dari ayunan menuju pondok ditengah taman bermain. Petir masih terus bersahutan, Nana menunduk gemetar ketakutan. Hoon bersenandung lagi "~~Hujan turun dalam bentuk air, lalu menguap lagi menjadi awan. Terus begitu hingga bunga-bunga mekar dari pohon musim semi. indahnya bunga akan mengingatkanku padamu yang menemaniku dengan senyum cerah bersama hujan~~"

Nana menoleh menatap Hoon, suara lembut Hoon selalu mampu menenangkan hati Nana. Suara petir seakan lenyap, hanya senandung Hoon yang terdengar ditelinga Nana. Ketika Hoon mengakhiri nyanyiannya, tiba-tiba petir menggelegar. Nana bergetar meringkuk ketakutan. Hoon meletakkan tangannya di telinga Nana. Nana menatap Hoon masih dengan raut wajah ketakutan "Jangan takut! Aku disini, aku pasti akan selalu melindungi mu!"

Nana menekuk pelipisnya. Tangannya terulur ke depan dengan jari kelingking tercuat. "Janji?"

Hoon mengangguk, mengusap air mata dari wajah cantik Nana dan dengan cepat menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking Nana. "Janji!"

***

P.s.

Penulisan dengan gaya italic berarti percakapan dilakukan dengan bahasa korea.

Penulisan dengan tanda ~~ menandakan nyanyian.

Our DistanceHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin