2. Projek Moirai

31 3 0
                                    

Seoul, 17 November 2019 pukul 15

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seoul, 17 November 2019 pukul 15.45

Tae Hyun berjalan dari arah pintu apartemennya hendak menuju kamarnya, wajahnya sumringah setelah kedatangan Park Jaehwan, manajernya. Langkah kakinya terasa ringan sekali, mungkin karena profesinya yang seorang idol sehingga Tae hyun berjalan dengan sesekali melakukan gerakan popping dan moonwalk. Tak hanya kaki dan tubuhnya, bibir Tae Hyun tak berhenti bersiul sembari menatap amplop berkas ditangannya. Tepat disudut kiri atas amplop coklat itu tertulis "informasi Maina".

Tae Hyun membuka pintu kamarnya yang berwarna coklat. "Eomma" ucap Tae Hyun mencoba menyembunyikan amplop coklat itu dibelakang tubuhnya.

Entah sejak kapan ibu Tae Hyun sudah berada di kamar Tae Hyun, duduk dengan tangan terlipat rapi di atas ranjang dengan bedcover berwarna abu-abu. Setahu Tae Hyun ibunya tadi sedang sibuk memasak di dapur.

Ibu Tae Hyun yang semula menatap kearah luar jendela, kini berbalik dan menatap putranya. Putra kecilnya yang kini telah menjadi orang besar di Korea. Ibunya melirik amplop yang disembunyikan putranya dibalik tubuh berototnya. "Kau masih mencari gadis itu? Shin Maina?"

Tae Hyun melangkah masuk ke dalam kamar, mendekati ibunya yang kini terang-terangan menatap amplop coklat yang disembunyikan Tae Hyun dibelakang tubuhnya. "Maksud eomma ini?" Ucap Tae Hyun mengangkat amplop coklat itu.

Ibu Tae Hyun diam, kini matanya menatap putranya dalam. Tae Hyun menyadari bahwa ibunya saat ini sedang dalam mode serius, akan percuma saja jika Tae Hyun berkilah bahwa ini adalah berkas kerjaan. Tae Hyun duduk di samping ibunya, kepalanya mengangguk paham. "Eomma, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Maina."

Ibu Tae Hyun refleks berdiri, matanya tampak terkejut. "Gadis itu berbahaya Hyun! Mereka masih mencari-cari keberadaan gadis itu!".

Tae Hyun menarik tangan ibunya agar kembali duduk disampingnya. Digenggamnya kedua tangan ibunya. "Hyun akan menemukan Maina sebelum mereka. Hyun akan melindungi kalian berdua apapun yang terjadi, eomma tidak perlu khawatir. Eomma tidak lupakan siapa putra eomma ini? Aku Kim Tae Hoon, orang paling berpengaruh di Korea saat ini" Ucap Tae Hyun bangga.

"Justru karena kamu Kim Tae Hoon eomma jadi merasa sangat khawatir" Kali ini Ibu Tae Hyun yang menggenggam erat tangan putranya. "Hyun. Dengarkan eomma baik-baik. Mereka belum menyerah. Saat ini kau dan eomma tidak hanya diawasi oleh paparazi, fans, sasaeng dan haters. Mereka juga masih mengawasi kita, Hyun. Lupakan gadis itu! Ayo kita hidup dengan tenang dan damai, Hyun. Lupakan gadis itu! Fokus saja pada karirmu, fokus pada fans yang mendukungmu. Lupakan gadis itu!"

"Eomma, Hyun hidup sebagai Hoon tujuannya hanya satu, untuk menemukan Maina. Jika Hyun tidak bisa menemukan Maina, setidaknya Maina bisa menemukan Hyun dengan karir Hyun yang sekarang" Hyun melepas genggaman tangan ibunya dan membuka amplop coklat itu. Dikeluarkannya sebuah buku berjudul Rerose jilid 2 dengan penulis Nana Ivawnia dan berkas berjudul projek film Moirai. "Maina berada di negara ibunya, Indonesia. Minggu depan, Hyun akan ke Indonesia. Akan ada projek besar antara Hoon dan Nana".

***

Jakarta, 17 November 2019. Pukul 16.23

Masih dengan pakaiannya formal berwarna cream, Asha duduk dengan anggun di kursi yang disediakan khusus untuknya. "Seperti yang sudah saya katakan diawal, Nana menolak projek ini. Dia bersikeras menolak entah apapun yang kalian tawarkan".

Pak Faizal selaku penanggung jawab Nana Ivawnia dengan penerbit menghela nafas frustasi. "Ini projek sekali seumur hidup, Asha. Kau tahu Kim Tae Hoon kan? Agensinya sendiri yang menawarkan kerja sama ini. Kita tidak boleh melewatkan kesempatan sebesar ini." Ucap pak faizal mencoba menyakinkan.

Asha menggebrak meja. "Saya tahu Kim Tae Hoon, Pak. Saya fans nomor satu Tae Hoon di Indonesia. Saya wakil presdir Meyna (Fandom Kim Tae Hoon) cabang Palembang. Jelas saya sangat mengenal Kim Tae Hoon!". Asha memijat pelipisnya frustasi. "Saya sudah berusaha membujuk Nana. Tapi sepertinya Nana punya alasan yang solid untuk menolak".

Semua orang yang hadir di rapat projek hari ini merasa frustasi mendengar penuturan Asha. Semua orang terdiam, berusaha mencari ide jalan keluar untuk masalah ini. Tiba-tiba Bu Sarah yang duduk di depan Asha menatap Asha dengan serius. "Alasan Nana menolak karena dia tidak mau identitasnya diketahui kan? Bagaimana jika kau saja yang mewakilinya Asha? Kau cukup bertidak seolah-olah kau adalah Nana. Toh tidak ada yang tahu siapa Nana sebenarnya dan selama ini kau juga sudah sering mewakili Nana, kan?"

Pak Faizal nampak setuju dengan ide tersebut. "Benar juga. Bahkan ada banyak fans yang berspekulasi bahwa Nana Ivawnia adalah kau Asha. Kau saja yang menggantikan Nana, lagi pula kita juga tidak akan menyebarkan informasi ataupun membuat konferensi pers yang menyatakan siapa Nana Ivawnia sebenarnya. Kau hanya perlu menjadi Nana Ivawnia di depan sutradara dan pemain".

Asha nampak menimbang-nimbang ide yang disampaikan. Semua staf yang hadir nampak setuju dengan ide tersebut. "Coba pikirkan Kim Tae Hoon, Asha. Kau bisa melihat bahkan berbicara dengan Tae Hoon secara langsung" Ucap Pak Faizal menambahkan.

Asha nampak tergoda dengan ide tersebut. Memikirkan Tae Hoon membuatnya senang. "Baiklah, aku akan berpura-pura sebagai Nana Ivawnia. Tapi ada satu syarat, tidak boleh ada satu media pun yang meliput bahwa aku adalah Nana Ivawnia, bagaimana?"

Bu Farida selaku penanggung jawab media dan liputan mengangguk paham. "Akan saya pastikan tidak ada yang tahu!. Hanya staf yang hadir saat ini, sutradara, pemain, dan Allah SWT yang tahu".

Asha lega mendengar penuturan Bu Farida, tapi entah kenapa dia merasa ada hal lain lagi yang perlu dikhawatirkan. Asha takut jika Maina tahu hal ini. Maina bisa marah besar.

Siska, staf termuda dalam projek ini mengangkat tangannya. "Apa hal ini tidak akan jadi masalah?" Tanya siska seakan mampu membaca kecemasan yang dirasakan Asha. "Bukankah kita perlu persetujuan Nana yang sebenarnya untuk hal sebesar ini?"

Semua orang nampak menoleh ke arah Asha. "Tidak apa-apa. Aku akan mencoba membujuk Nana mengenai hal ini. Tapi sebelum itu, kurasa aku perlu segera menandatangani kontraknya. Nana tidak akan bisa membatalkannya jika aku sudah tanda tangan kontrak".

Pak Faizal segera angkat bicara. "Akan saya siapkan surat kontraknya besok siang".

"Baiklah, saya rasa cukup rapat perdana kita mengenai Projek Film Moirai pada hari ini, kita lanjutkan lagi rapatnya besok siang pukul 13.00. Pak Faizal tolong siapkan kontraknya, siska tolong hubungi pihak Kim Tae Hoon dan katakan bahwa kita akan menerima kerja sama mereka. Yuda tolong hubungi sutradara Andara, katakan bahwa kita punya projek besar untuknya. Bu Farida tolong siapkan artikel bahwa kita akan melaksanakan projek besar. Dewangga tolong siapkan segala sesuatunya untuk audisi, dan Asha". Jelas Bu Sarah dilanjutkan menatap Asha. "Tolong persiapkan mental mu untuk bicara dengan Nana".

Asha menggigit bibir bawahnya. Entahlah, apakah keputusannya benar ataukah salah. Tapi bagaimanapun juga, ini projek besar sekali seumur hidup. Yang paling penting, Kim Tae Hoon terlibat sebagai pemeran utama. Marah? Jelas Maina akan marah, tapi dimarahi, diusir dari rumah bukan masalah jika itu demi Kim Tae Hoon. Toh, Maina juga tak bisa memecatnya.

"Tenang saja, semua akan baik-baik saja" Ucap Asha, lebih kepada dirinya sendiri.

***

P.s.

Park Jaehwan, manajer pribadi Tae Hyun, berusia 4 tahun lebih tua dari Tae Hyun. Berperawakan imut dengan pipi bulat dan rambut ikal tebal. Matanya sipit seperti orang korea pada umumnya. Dibalik wajahnya yang terlihat kalem, Jaehwan adalah seorang yang sangat ahli bela diri, dia juga menguasai olahraga menembak dan memanah. Menjadi seorang manajer bukanlah pekerjaan utama Jaehwan.  Karena hutang di masa lalu, Jaehwan memutuskan untuk selalu berada dan samping Tae Hyun dan melindunginya.

Our DistanceWhere stories live. Discover now