08. Ego

2.6K 184 6
                                    

Sorry for typo..

Seorang ayah selayaknya memberikan kebahagiaan yang melimpah untuk anaknya. Minseok berfikir bahwa selama ini Seokjin sudah bisa bahagia dan melupakan peristiwa perceraian antara dirinya dan juga Yeri. Tapi ternyata Minseok salah, Seokjinnya kini harus menanggung rasa sedih yang mendalam. Minseok sadar, Ia tidak terlalu memikirkan perasaan Seokjin saat itu. Tapi setelah kejadian yang menimpa Seokjin sekarang ini seakan ada menampar diri Minseok. Ia merasa belum menjadi sosok ayah yang baik untuk Seokjin.

Ia ingin bertemu dengan Yeri, dan membicarakan kondisi Seokjin saat ini. Karena sepertinya Seokjin sangat ingin bertemu dengan Ibunya. Satu-satunya agar Seokjin bisa tersenyum kembali dan kondisi tubuhnya stabil kembali. Tapi perlu beberapa waktu untuk membawa Yeri pulang dan menemui Seokjin.

Ia harus menurunkan ego nya untuk menghubungi Yeri demi Seokjin. Yaa.. demi kesembuhan Seokjinie nya.

🍃🍃🍃

Sejenak Minseok termenung melihat wajah Seokjin. Ia terus mengelus tangan Seokjin untuk meyakinkan diri menghubungi mantan istrinya itu. Sejujurnya Minseok masih kecewa dengan sikap Yeri. Tapi Ia juga masih menaruh harapan bahwa keluarganya akan kembali utuh.

Tapi dia laki-laki bukan? Dia pasti bisa untuk menghubungi mantan istrinya itu. Setelah Minseok berperang melawan hatinya sendiri dan menurunkan egonya, Ia mencoba mengambil ponsel Seokjin yang tergeletak di atas meja nakas rumah sakit. Ada sedikit keraguan dalam diri Minseok saat hendak menekan tombol panggilan di ponsel Seokjin. Tanpa sengaja jari Minseok menekan tombol panggilan untuk Yeri.

"Yoboseo.. Seokjin-ah.. kenapa tadi telpon Eomma dimatikan.. kau disana baik-baik saja kan.. aigooo Eomma rasa kau menyembunyikan sesuatu.. Ta--"

Ocehan Yeri terpotong karena suara deheman dari seseorang yang Ia kenal, Kim Minseok. Beberapa detik yang lalu memang Minseok merutuki kebodohannya kenapa dia menekan tombol itu. Tapi sesaat setelah Yeri mengangkat panggilannya, Minseok langsung meletakkan ponsel kearah telinganya. Dan terdengarlah suara Yeri yang sepertinya mencemaskan Seokjin.

"Ekhem.. Yeri-ah.. ini aku Minseok"

"O-ooh ne.."

Suasana seketika canggung. Karena jujur saja Minseok bingung harus mulai dari mana.

"Bagaimana kabarmu Yeri-ah?"

"Eumm.. a-aku baik-baik saja disini. Ada apa Minsok-ah.. kenapa kau menggunakan ponsel Seokjin?"

"Aa-aahh nee Seokjin sedang tertidur sekarang. Haaaaaahh.. Yeri-ah aku mohon kau pulang ne.. bukan untukku tapi untuk Seokjin.. Dia sangat merindukan ibunya. Aku mohon padamu Yeri-ah.."

"Tapi pekerjaanku masih banyak disini Minseok-ah... Kau kan selalu ada di samping Seokjin. Mungkin Seokjin hanya rindu sesaat sama Minseok-ah.."

"Tapi dia benar-benar membutuhkan sosok seorang Ibu Yeri-ah... Dia sangat membutuhkanmu saat ini. Aku mohon.. pulanglah dan temui Seokjin.. Aku mohon dengan sangat Yeri-ah.."

Pertahanan Minseok runtuh. Ia menundukkan kepalanya. Tanpa sadar air matanya menetes. Seorang pria bisa saja menangis bila beban yang di pikulnya sudah terlalu berat. Apalagi menyangkut keluarganya.

"Baiklah Minseok-ah.. Akan ku pertimbangkan keputusanku untuk pulang.."

"Terima kasih Yeri-ah.. Seokjin pasti akan sangat bahagia bisa bertemu dengan Ibunya lagi.."

"Eumm.. kalau begitu aku tutup ne.. titip salam untuk Seokjin ne.."

"Eooo.. akan ku sampaikan pada Seokjin.."

"Appaa.." panggil Seokjin dengan suara pelan.

"Ne Jinnie.. apa ada yang sakit eo?"

"Ani Appa.. Terima kasih karena Appa sudah berusaha membujuk Eomma untuk pulang.. Terima kasih Appaa..."

"Appa akan melakukan apapun untukmu Jin.... Jangan khawatir.. Eomma pasti pulang.."

"Eumm.. Appa.. bagaimana Halmonie? Apa Halmonie masih membenciku Appa..?" Seokjin sedikit menunduk karena Ia tahu pasti neneknya belum mau menerima jika Seokjin adalah cucunya.

"Appa akan bawa Halmonie kesini Jin.. Appa akan pastikan jika Halmonie sudah tidak membencimu lagi.. arraseo.."

"Ne.. semoga saja Appa... Aku akan sangat bahagia bisa ditemani Halmonie, Eomma dan Appa disini.." Seokjin tersenyum lebar. Sedangkan Minseok? Ia tertegun.. Apakah Ia bisa menyatukan Ibunya dengan Yeri.

"Jja.. Sekarang kau tidur lagi ne.." Seokjin segera memejamkan matanya lagi.

🍃🍃🍃

Mentari pagi menampakkan sinarnya ke celah-celah jendela kamar rawat Seokjin. Pagi ini Ia merasa lebih baik setelah mendengar Ibunya akan mempertimbangkan keputusan untuk pulang.

Seokjin sejujurnya tak tega melihat ayahnya yang semalaman menjaganya dan hanya tidur di kursi. Ia berfikir untuk menyuruh ayahnya pulang saja. Toh Ia sudah merasa baik. Dan banyak perawat yang akan membantunya.

"Appa.." Seokjin mencoba membangunkan ayahnya dengan mengelus rambut Minseok.

"Eunghhh.. eooh kau sudah bangun Jin.. Hooaamm.."

"Appa.. Sebaiknya Appa pulang dulu saja.."

"Kau mengusir Appa eoh..?"

"A-ani Appa.. Appa juga haru mengurus diri Appa sendiri. Aku tak mau jika Appa lelah kare harus terus menerus menemaniku di Rumah Sakit.."

"Aigoooo anak Appa rupanya khawatir.." Minseok mencoba memeluk Seokjin dengan muka khas orang bangun tidur. Tapi Seokjin menghindar dengan menggeser badannya menjauh dari sang Ayah.

"Wae? Kau tidak mau Appa peluk eoh?"

"Appa bauuu... Sudah berapa hari Appa tak mandi eoh.."

"Yakk Appa tak sebau itu... Aishh yasudah Appa akan pulang dulu dan ganti baju.. Kau tak apa Appa tinggal sendiri?"

Tok Tok Tok

"Anyyeong Seokjin hyung.. Samchon.."

"Aaahhh kebetulan ada kalian.. Samchon ingin kalian menjaga Seokjin ne.."

"Memangnya Samchon mau kemana?" Sahut Taehyung

"Samchon mau mandi dan ganti baju sebentar lalu kembali lagi kesini.. karena ada yang protes jika badan Samchon bauuu" diakhir kata Minseok mendelik ke arah Seokjin. Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah tak berdosanya.

"Aigoo ada-ada saja.." ucap Yoongi

"Oiya kalian tidak ke sekolah hari ini?" Seokjin akhirnya membuka suaranya.

Taaakk

"Aww.. Sakit Appaaa... Huweeeee"

"Ini hari minggu anakkuuuu" ucap Minseok mengelus kepala Seokjin yang sempat mendapat satu jitakan darinya.

Seokjin hanya memajukan bibirnya tanda Ia sedang marah. Tapi itu membuat Minseok semakin gemas dan dengan tidak etisnya menarik bibir Seokjin. Tentu saja sang yang punya bibir memekik lagi.

"Yaakk Appaaaa!!!"

Minseok hanya terkekeh melihat tingkah anaknya. Begitupula keenam sahabatnya.

"Kalau begitu Appa pamit ne.. Samchon titip Seokjin pada kalian"

"Baik Samchon" jawab mereka berenam.

"Aisshh menyebalkan"

"Sudahlah hyung.. Samchon kan hanya bercanda.." Namjoon menenangkan Seokjin..

"Tapi hyung kau itu sangat lucu tadi" celetuk Jungkook

"Jungkookiee..." panggil Seokjin dengan suara datar.

"Aa-aahhh..." Jungkook langsung mengalihkan pandangannya.

"Aisshhh kalian sama menyebalkannya dengan Appa!!"

Sedangkan mereka terkekeh geli melihat sikap Seokjin.

🍃🍃🍃🍃

TBC

I'm back yuhuuu.. 🤭 gimana gimana.... Chapter ini boring ngga.. wkwk

Ini aku mau tamatin beberapa chapter lagi.. jadi tetep stay yaa...
Maaf kalau tulisanku jelek.. karena masih amatir.. ehehe..

Purple you 💜💜


I'm TiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang