Chapter.4 -- Handphone

55 5 6
                                    

Bergegas dan tidak menghasilkan suara, tim yang mengambil Handphone berlari menuju gedung SMP dan pergi ke ruang gurunya. Beberapa zombie pun muncul tapi tidak menghalangi jalan mereka, mengikat dan menebas kepala zombie serta membunuh nya.

Sampai di lantai dua lansung menuju ke ruang guru, tidak seakan akan mereka perlahan membuka pintunya untuk melihat wali kelasnya yang sudah menjadi zombie, kulit yang pucat kebiruan serta mata putih yang tak bernyawa. Terlalu shock dengan keadaan tetapi Ocha menggoyangkan yang keduanya agar sadar dari shock itu.

"Ayu kalian berdua jangan shock sekarang, tebas lah kepalanya ayo keburu kita yang di hantam." Ocha berseru menggoyangkan yang lainya, tersadari tapi tidak tega dengan menebas kepala zombie itu. "Tapi.. itu kan pak. Kartono.. dan badan nya pun besar..." Jahra berkata gugup mau membaca kepalanya dengan kapak tangan bergoyang memegang kapak nya. "Yasudah aku saja sini." Ocha berseru kembali, mengambil kapak dari genggaman Jahra dan menebas kepala zombie itu.

Hanya setengah lewatnya, berhenti di tengah leher nya dengan darah yang busuk mulai berceceran, "eh- AH!" Kedua perempuan itu berteriak karena di dorong mendengar pintu ruangan itu tertutup rapat. Baru menyadari dia ada di atas zombie nya itu, memegang kapak itu dengan erat dan mencoba menebas kapalnya.

Ikhwan terlalu sibuk menutupi pintu dengan barang barang, dengan jumblah zombie yang banyak berada di luar. Mengambil pisau dapur biasa yang di bawa oleh Ikhwan, Jahra menusuk kepala nya dengan tidak sempurna karena pisau yang kurang tajam. "Ocha! Jangan sampai kau kena cakaran maupun goresannya, kalau iya kau nanti berubah." Jahra Berkata dan mencoba membelah kepalanya  menjadi dua serta leher zombie itu.

"Ikhwan! Sekarang bantuin kita itu sedang tidak masalah." Ikhwan mendengar kan dan mulai membantu penebasan kepalanya hingga tidak bergerak lagi tubuh zombie yang lumayan besar itu.

|I{•------» -- «------•}I|

Tergesah gesah dan menarik nafas yang dalam, merasakan sedikit air mata yang muncul dari diri ku. "Untung aja kamu gak kenapa-napa Ocha, bisa aja tambah satu anggota lagi tuh bangsa zombie nya." Ikhwan berseru, kembali menahan pintu dan melihat dari jendela situasi di luar. "Iya, tapi begimana cara kita keluar dari sini? Di luar ada zombie.. sepertinya sih mirip sama kakak kelas 8 sama 9." Aku berkata melihat dari jendela yang ada sedangkan di dalam ruangan ini bau busuk karena darah zombie.

"Sudah dulu lah, kita ambil saja semua elektronik yang ada di sini, lumayan nya ada 6 laptop dan 23 chassan, kalian ambil handphone - handphone nya, aku akan cari tas yang besar untuk membawa laptop laptop ini." Jahra berkata bangun dari tempatnya yang tadi sebelum mengambil tas atau koper yang lumayan besar. "Ngapain pake laptop segala?" Aku Bertanya kebingungan melihat dia masukan laptop itu ke dalam koper.

"Just in case, kan mana tau aja kita perlu" Ia berseru kembali dan menutup koper itu. Ikhwan sedang memantau, melihat keluar jendela dan aku mengambil kotak yang ada nomer 7.1 di depannya yang berisi handphone sekelas, "eh- bawa semua handphone nya saja, tidak ada yang menggunakan juga kan?" Aku bertanya kepada yang lain, mengangguk kepala mereka dan aku pun mengumpulkan semua handphone di dalam satu kotak itu.

"Sepertinya kita akan bertahan di sini untuk sementara waktu, tidak mungkin kita keluar sekarang" Ikhwan berkata memegang kotak yang berisi handphone. "Tapi kalau kita berdiri di sini terlalu lama, kapan kita akan kembali?" Aku berkata mengambil pisau yang tadi nya ada di kepala zombie yang sudah tewas itu. "Bagaimana bagaimana, kita keluar aja dari sini dan tebas kepala zombie nya serta berlari dengan cepat" Jahra bersaran membersihkan kapak nya yang terkotori darah.

"Bisa saja sih tapi kalian saja yang menebas kapala zombie nya aku akan membawa semua elektronik nya bersama ku" Ikhwan berkata dan memakai tas yang berisi cass Handphone dan laptop serta laptopnya. "Mengapa kau yang bawa semuanya?" Jahra bertanya. "Sudah lah biarkan dia memang lari nya cepat" Aku berkat membalas pertanyaan nya.

"Kita keluar sekarang saja zombie zombie itu tidak ada di depan pintu melainkan di lorong jadi kita ada waktu" Aku berkata melihat keluar jendela memegang pisau dan golok siap untuk keluar. "Kita singkirkan dulu barang barangnya, Ikhwan nanti bila sudah sedikit mengurang zombie nya kamu lari ke base" Jahra berkata menurunkan bangku dan beberapa barang yang menutupi pintu.

"Eh sebentar dulu, liat ke arah sana di atap SMA" Aku berkata menunjuk ke arah atap SMA, beberapa teman kita di sana melambaikan tangannya mengatakan sesuatu tetapi tak terbaca oleh ku. "Mereka ngapain masih di atas sana? Dan mengapa mereka melambai kan tangan mereka?" Ikhwan bertanya menaruh kotak itu sebentar. "Gawat, ada yang baru terinfeksi. Dan mereka bilang masih ada banyak zombie di sekolah serta di luar gerbang, jika kita keluar sekarang mungkin bisa saja sebelum zombie - zombie itu kembali" Jahra berkata menyiapkan kapaknya melihat ke luar dari jendela, memaparkan jempol untuk mengasih tau mereka bahwa kita tau apa yang mereka sampaikan.

"Kamu mengerti mereka ngapain?" Aku bertanya menyiapkan golok ku. "Aku mengerti, karena bila beberapa orang melambaikan tangannya terlalu cepat berarti ada sesuatu negatif yang terjadi, dan perkataan mereka kurang bisa di baca tapi yang pasti mereka mengatakan mati dan zombie berulangkali." Jahra berkata kembali semua barang yang menutupi pintu sudah tersingkirkan, Ikhwan mengambil posisi lari memegang kotak dan tas.

"Siap siap, Ikhwan kau lansung lari secepat mungkin. Kita akan mengurus zombie nya" Aku berkata Ikhwan mengangguk kepalanya, sebelum pintu nya terbuka beberapa zombie menengok dan pergi ke arah kami. Darah sudah bercucuran dengan ada nya kepala yang di tebas lagi, Ikhwan sudah berlari di kejar beberapa zombie tapi terlalu cepat lari nya hingga zombie nya tidak bisa mengikuti. Sampai sampai di lantai bawah zombie masih ada beberapa menebas kepala dan menghancurkan nya.

"TUYUL!?!" Jahra berteriak melihat zombie berukuran kecil tetapi dengan tubuh nya yang sedikit besar, berlari cepat ke arah sebelum kepalanya tertebas lagi. Tetapi... Karena teriakannya tadi banyak zombie datang dari berbagai arah, sehingga kita harus bersembunyi di kelas dan menutupi nya sekencang mungkin timpakan meja dan kursi semuanya menutupi pintu. "Tadi mengapa kau teriak?" Aku bertegur.

"Maaf kan aku, tapi itu tadi zombie nya berlari dengan sangat cepat" Jahra berkata melihat sebagian dari baju nya tersobek, sama sepertiku tetapi lebih banyak di bagian lengan. "Tapi begimana sekarang?" Aku bertanya memeriksa diriku untuk goresan atau semacam luka.

"Aku juga tidak tau..."

-------------------------------

Akhirnya selesai.

Sumpah Corona tuh rusuh sekaliiiiii dah.

Zᴏᴍʙɪᴇ 7.1Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt