Chapter.7 -- Pergi

18 3 1
                                    

Hari telah berlalu dan pada pagi hari yang masih gelap dan dingin, aku dan yang lain di bangunkan oleh dua teman kita untuk siap dan bergegas. "Kenapa kita harus bangun sekarang~ masih jam tiga pagi tau~" Nisa berkata dengan malas, wajah nya pun sudah di ciprat air tetapi masih saja tidur. "Yasudah sini biar aku geret" Jahra berkata dan memegang kakinya Nisa yang tertidur di atas Meja. "Eh iya iya gak jadi liat nih udah bangun kan, dah gak usah di geret plis dah" Nisa berkata dan bangun dari tempat dimana dia tidur, walaupun masih sedikit ngantuk.

"Yaudah aku bingungnya ini doank, gimana caranya kita akan memuatkan karung karung ini" Raffa bertanya sambil memegang salah satu karungnya. "Di masukkan di bagasi pada mobil manual, itu sedikit lebih besar dari pada yang metik" Rifai berkata sebelum mengangkat dua karung bersama Wisnu dan Ipul. "Yasudah Ayuk kita pergi sebelum cahaya matahari muncul" Aku berkata dan yang lainpun setuju bergegas dengan cepat sebelum membuka pintunya, berjalan perlahan ke bawah bersama dan berhati hati untuk tidak membuat suara.

*Aku akan membuka bagasinya dulu dan memasukkan barang barangnya bersama yang lain, sisanya masuk ke dalam mobil saja* Jahra berkata dengan bahasa tangan aku dan yang perempuan lainnya pun masuk kedalam mobil, mendengar suara yang lumayan pelan sampai pintu terbuka hanya untuk menunjukkan mayat zombie dengan kapak di atas kepalanya. *Kalian baik baik saja?* Jahra bertanya dengan bahasa tangan sebelum memindahkan mayat itu dan memberi sinyal kepada aku dan Naura yang ada di mobil satunya sekalian masuk dan mengunci pintunya.
.
.
.

Saat mestinya menyala aku pun harus bergerak duluan dan menyetir mobilnya ke arah gerbang, tapi... Masalahnya kok ketutup ya?. "Ini bagaimana? Gerbang nya terkunci" Aku bertanya kepada Jahra yang ada di sebelahku. "Tabrak bae tidak ada yang peduli gini kan?" Jahra berkata, setelah itu aku menancap gas dan gerbang pun terbuka dengan suara yang kencang membuat para zombie yang di luar maupun di dalam melihat ke arah kita. "Ya ini makanya kita seharusnya membuka gerbang terlebih dahulu-" Nisa berkata dan terpotong oleh suaranya Jahra yang nyaring untuk menyuruh ku dan mobil yang lain untuk tancap gas dan kabur dari situ.

Berbelok ke arah kiri dan melewati beberapa belokan dan zombie yang terus mengejar kita dari belakang. 'WOY ini yang bener donk di belakang sini cowoknya pada histeris tau!' Azizah berteriak dari panggilan WhatsApp. "IYA AKU JUGA UDAH TAU SANTUY AJA SEH!?!" Jahra berteriak di sebelah ku. "Kamu tidak usah berteriak juga tau" Anisah berkata terlihat panik saat ada zombie yang tertabrak, Tim kita pun sampai ke jalan utama sebelum ke daerah BSD yang lebih terbuka. "Lihat ada berita.. kelihatannya dari luar negeri" Naura berkata menunjuk ke arah layar Televisi yang besar dari telepon video call handphone nya. "Sepertinya di seluruh dunia sudah ada tindakan evakuasi, dan itu lihat! Di Indonesia pun sudah.. tapi kok kita tidak mendapat bantuan sama sekali ya..."  Nisa berkata keliru.

"Mungkin saja mereka tidak memeriksa area sekolah karena keadaan kritis, dan lagi pula ada nomornya kok yang sudah di sebarkan. Kalian dapat tidak?" Jahra berkata menengok kepada orang di dalam mobil. "Tidak aku tidak dapat tuh? Azizah Anisah sama Handphone nya Ocha pun tidak" Nisa berkata kembali. "Um pada mau ke arah Jakarta tidak? Mungkin di situ lebih aman.. dan walaupun itu kan kota besar tapi jalanan kan banyak jadi kita bisa kabur kapan saja?" Aku berkata kepada yang lain dan pada mobil yang lain melalui video call. "Boleh aja kita lewat toll aja, seperti nya sepi tadi" Anisah berkata dan kita pun pergi ke arah gerbong toll, hanya untuk melihat stasiun gerbong nya memiliki dua zombie. Tetapi lansung di tabrak saja (soalnya emang harus bayar toll ya klo kayak gini?).
.
.
.

Sudah setengah jam kalau tidak salah dan video call yang di lakukan di akhiri, masih dalam perjalanan ke arah Jakarta sampai sampai ada sosok orang yang berjalan di pinggiran toll. "Eh liat itu ada orang tuh.. sepertinya bukan zombie juga, mau periksa?" Aku berkata kepada yang lain, yang cuma memainkan ponsel mereka. "Tentu saja lebih banyak lebih baik bukan?" Jahra berkata di sebelahku, aku pun menyetir mobilnya ke sebelah orang itu sebelum menghentikan nya. Jahra pun menurunkan kacanya dan mulai berbicara "hey! Apakah kamu mau ikut kami? Kami masih ada tempat tersisa di tempat duduk belakang" Ia bertanya kepada orang itu, dan orang itu pun menolehkan kepalanya ke arah kita.

"Hmn..? Sebentar... JAHE?! Apakah itu beneran kamu?" Orang itu berkata sepertinya dia mengenal Jahra..,. "Jahe? Wait- INES!?! OMG BURUAN MASUK DONGOO"  Jahra berteriak di sebelahku dan membuka pintunya berjalan kearah Ines dan memeluknya. "Oy jangan pelukan dulu masuk" Nisa berkata membuka kaca belakang mobil. Mereka berdua pun masuk kedalam mobil, Jahra mengambil tempat duduknya di sebelahku dan ines di belakang bersama yang lain.

"Kamu bagaimana bisa sampai kesini? Bukanya kamu di Jakarta?" Anisah bertanya kepada ines yang berada di sebelahnya, ines mengeluarkan kertas dari dalam tas nya untuk menunjukkan kertas izin berpergian sekolah "ines tadi harusnya ke Anyer untuk acara sekolah tapi tiba tiba pas lagi ada di toll tiba tiba banyak orang yang berlarian dan semuanya terlihat panik, terus enggak lama kemudian saat bis sekolah ines terkunci rapat dan semuanya pun tetep panik di dalam sampai bis nya itu pun terjatuh karena mobil yang menabraknya.. kalian pasti bertanya bagaimana aku selamat itu pun ines tidak tau tetapi yang ines tau saat ines bangun ines ada di mobil orang abis itu melihat bahwa bis nya sudah terledak dan akhirnya ines pun hanya di sekitar sini saja dengan notifikasi sebelumnya yang ines baca kayak ada zombie begitu jadi ines diem aja di antara para mobil mobil tertinggal disini".

"Ceritanya panjang juga handphone kamu mana Nes?" Jahra bertanya dan di tepuk dengan ku ke belakang punggungnya, yang lain tertawa sebelum Ines menjawab "handphone ku mati daya nya ines tidak membawa cas handphone jadi ines enggak bisa menelpon pertolongan". "Ines kamu taro tas kamu di belakang aja, dan terus di antara kalian yang lain ada yang ngeliat mobil yang atunya lagi gak? Kok gak keliatan" aku berkata Nisa dan Anisah terlihat bingung dan Jahra lansung menghubungkan telepon video baru.

Telpon iye berdering dan berdering Hinga di angkat "eh kalian dimana sih? Kok tiba tiba menghilang gitu" Jahra berkata ke Via telepon "kita udah nyampe Jakarta kalian dimana?" Azizah berkata sepertinya yang memegang handphonenya Naura "kok udah bisa sampai situ sih?" Aku bertanya melihat kearah handphonenya "lah aku juga mana tau, pake GPS" kameranya terarah kepada Naura yang sedang menyetir dan membalas pertanyaan ku, aku pun menghembuskan nafas ku dan melihat kearah jalanan "yaudah kita kesana, matiin teleponnya" aku berkata dan dia (Jahra) mengakhirinya.

Kenapa semuanya begini ya?
...

--------------------
EAAS Corona sumpah dah males banget rasanyaaa nyeriii

Zᴏᴍʙɪᴇ 7.1Where stories live. Discover now