Six: Just My Luck

175 65 18
                                    

Bip.

[David Carberra]: KAU DI HAWAII?!?!

[David Carberra]: KAU DIHUKUM SEUMUR HIDUPMU, PENNY. AKU BERSUMPAH. CEPAT ANGKAT TELEPONMU!!

[David Carberra]: PULANG SEKARANG JUGA! KAU DENGAR AKU? JANGAN SAMPAI AKU TERBANG KESANA DAN MENYERETMU DENGAN TANGANKU!

"AAAAAAHHHHHH!!"

Goddamit. Siapa sih idiot yang sudah ribut pagi-pagi begini?

Aku mengangkat kepala dan langsung mengerang kesakitan. Shiiitttt, kepalaku seperti baru dilindas traktor. Rasanya seperti ada yang melayangkan bogem mentah ke kepalaku dari segala arah. Aku tak yakin pernah se-hangover ini seumur hidupku. Gosh, aku yakin tak ada seorang pun di luar sana yang pernah se-hangover ini sepanjang hidupnya. Ini pasti hangover paling parah sepanjang sejarah peradaban manusia.

"Penny, cepat bangun! Ini gawat, Pen, gawat banget!" Chelsea mengguncang-guncang bahuku ganas. Rambut hitamnya menusuk-nusuk wajahku.

"Apa sih? Ada bom nuklir?" kataku tanpa membuka mata.

"Worse! Kau harus lihat sendiri!"

Aku menghembuskan napas dramatis sebelum membuka sebelah mata perlahan-lahan...

....dan langsung menjerit.

"AAAAHH! RAMBUTKU!"

Aku merebut kaca yang dipegang Chelsea di depan wajahku, "Ohtuhanohtuhanohtuhan! Gak mungkin. Gak mungkin!"

Rambutku terlihat sangat mengerikan. Pirang emas rambutku menghilang, digantikan warna ungu terang menyala.
Dan itu bahkan bukan yang paling parah. Rambut lurusku berubah menjadi afro yang mengembang di atas kepalaku. Aku terlihat seperti jamur.

My Life Is Soooo Over!

"No no no no!" Aku merangkak ke tepi kasur untuk meraih sisir dari dalam tas. Dengan ganas kusisir rambut kriboku, berharap ikal sinting ini bakal hilang dan rambut lurus yang kucintai kembali. Tapi baru saja seperempat jalan, sisir itu sudah tersangkut.

Chelsea meringis melihat kepalaku yang miring-miring, "Sini kubantu."

"OMG!" Aku terkesiap. Mataku melebar begitu melihat Chelsea berdiri topless di hadapanku. Tapi bukan itu yang membuatku shock. Rangkaian tato dari kaligrafi hitam menghiasi payudaranya. Kaligrafi di payudara kirinya bertuliskan "Van" sementara di payudara kanannya bertuliskan "Diesel."

"Van Diesel? What the heck, Chels?"

"Ya kan!" Chelsea terisak. "Aku bahkan bukan penggemar Fast & Furious!"

Panik, aku mengintip ngeri ke dalam tank top ku. Ya tuhan jangan sampai aku sesinting Chelsea. Jangan sampai aku membiarkan seorang pentato melukis nama Shawn Mendes di atas putingku. Atau lebih parah lagi--Justin Bieber.

Tapi tidak ada tulisan apa-apa. Dadaku bersih seperti biasanya.

"Oh, thanks God." Aku menghembuskan napas lega, "Aku tidak setolol kau."

"Hey!" Chelsea menarik sisir dengan brutal, membuatku memekik kesakitan, "Kau benar-benar gak sensitif!"

"Aw!" Aku memegangi rambutku protektif, "Sori, okay? Aku cuma gak nyangka kau ditato! Dan Van Diesel? Kenapa harus dia?"

"Gak tahu!" Ia menggeleng kalut, kemudian menutup wajahnya dengan tangan, "Ya ampun aku gak bakal bisa lagi berjemur topless di pantai tanpa dikira fan fanatik gila! Hidupku berakhir, Pen! Berakhir!"

Wanna Be Where You AreWhere stories live. Discover now