OUR SERENDIPITY 01

1.7K 217 20
                                    


Mood song: Make Me Love You by Taeyeon


.


.


Do you think the universe fights for souls to be together?

Some things are too strange and strong to be coincidences.


-Emery Allen-


.


.



"Kalau sampai kau tidak datang hari ini, bersiaplah untuk upacara pemakamanmu besok."

Jeno hanya tersenyum maklum saat mendengar ancaman kosong milik Yunho. Ponsel sedikit dijauhkan, agar omelan panjang sang Ayah tidak sampai menyakiti telinga kanan.

"Haruskah?"

Napas berat dihela, Yunho kembali bicara. "Memang seharusnya begitu, dasar anak durhaka," mata sewarna jelaga menatap keluar lewat jendela Bentlley yang melaju pelan membelah jalur arteri kota. "Kami akan makan siang di salah satu private dining room Shila, semua sudah beres kureservasi. Lagipula, jarak apartemenmu dari Shila tidak seberapa, tinggalkan sejenak peliharaanmu, aku tahu kau sedang bersamanya sekarang."

Jeno terbiasa mendengar kalimat bernada vulgar milik Yunho yang ditujukan untuk partner-partnernya. Dia segera bangkit dari ranjang, menyeka helai-helai rambut ke belakang, seraya berjalan santai menuju jendela besar berdaun kaca ganda. "Ini hari liburku." Jeno menatap redup pada lanskap hijau pegunungan, juga pada hiruk pikuk kehidupan kota di akhir pekan dari celah tirai yang menjuntai. Matahari benar-benar sudah tinggi di atas kepala, dan perut laparnya mendadak bermain orkestra. "Biasanya ayah memberitahuku sejak hari-hari kemarin, kenapa sekarang tidak?" Ekor mata Jeno menangkap pergerakan kecil dari sosok terbalut selimut di atas ranjang besar, sejumput rambut blonde mengintip dari sana. Semalam mereka begitu terbawa suasana, dan baru terlelap hingga mendekati pagi buta. Dia sudah berniat akan tidur layaknya mumi, jika saja nyaring panggilan ponsel tidak menariknya keluar dari tanah mimpi.

Yunho mendengus. "Bukan aku peduli. Toh, kuberitahu atau tidak-pun, kau pasti bakal menolak pilihanku lagi..." ucapannya dibarengi denyutan nyeri pada pembuluh nadi. Yunho memperingatkan diri agar tidak mengikuti egoisme sesaat yang dapat mengakibatkan ia mengalami sakit kepala sepanjang hari. "Jadi, memberitahumu atau tidak, itu sama sekali tak berbeda." Ia hanya berharap kalau kali ini pilihannya tepat, dan sang Anak tidak banyak membantah seperti kejadian-kejadian tempo lalu.

Alis Jeno terangkat sebelah begitu mendengar kalimat ayahnya. Apa Yunho kini terjangkiti sikap 'menyangkal' Doyoung-hyung akibat terlalu sering menghabiskan akhir pekan dengan adu catur di kediaman keluarga besar Kim? Apa benar kalau tsundere dapat menular? Kalau iya, berarti ini cukup gawat juga. "Siapa kali ini? Apa dia artis terkenal, anak pejabat, atau keturunan keluarga bangsawan?" Dia berkata begitu sembari berpikir akan menyantap sepotong croissant berkulit renyah dan secangkir espresso untuk sarapan—atau ini sudah masuk jam makan siang?

"Kujamin saat pertama melihat, kau akan langsung suka." Yunho berkata dengan nada pongah.

Jeno buru-buru menyela penuh sarkas. "Ayah memang benar-benar mengerti seleraku, ya?"

Yunho tidak menggubris ujaran itu dan kembali melanjutkan. "Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya. Dia pemuda dengan keturunan terbaik—keluarganya adalah kolega dekatku yang tinggal di Shanghai. Anak itu sangat good looking, penurut, dan santun. Bahkan kurasa pikirannya belum sempat terkontaminasi oleh hal-hal absurd di dunia..."

Our SerendipityNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ