OUR SERENDIPITY 05

934 180 18
                                    


Warning: ooc, oc, mention m-preg, rated scene


.


I knew the first time we met, you'd be kinda hard to forget.


.


Entah dosa besar apa yang pernah Renjun perbuat di masa lalu, sehingga Tuhan tega sekali menghukumnya dengan menempatkan ia pada situasi sulit semacam ini.

Tidak, Renjun tidak sedang terjebak dalam pulau penuh dinosaurus karnivor yang bebas berkeliaran akibat listrik padam. Ia juga tidak sedang mengalami hipotermia karena kapal pesiar mewah yang ditumpanginya mendadak karam di tengah luas lautan.

Ini bahkan lebih buruk daripada skenario film thriller atau tragedi yang memilukan!

Berawal dari perkataan Mina yang tiba-tiba saja mengajak Renjun ke Seoul demi menemani perjalanan bisnis sang ayah, ia sama sekali tidak menaruh curiga. Ah, sebenarnya sedikit curiga, kenapa juga mesti Renjun yang diminta untuk turut serta? Bukankah biasanya Junkai yang selalu setia di sisi setiap kali beliau ada pertemuan di luar kota?

Dan kenapa juga harus Seoul?? Asal tahu saja kalau Renjun punya satu pengalaman yang 'lumayan absurd' di kota itu...

Firasat tidak enak terus saja menghantui ketika langkah kakinya kembali menapaki tanah Seoul, berbulan-bulan sejak peristiwa ajaib itu terjadi. Berbagai pemikiran negatif terus saja membayangi, seperti... bagaimana kalau ia ternyata mesti berselisih jalan dengan orang itu lagi di antara banyaknya warga penghuni kota?

Mungkinkah?

Bisa saja.

Karena tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi di dunia...

Renjun terus berpikir begitu pada hari kesatu ia menemani Mina menjelajahi distrik Gangnam dan melakukan shopping spree pada beberapa pusat belanja elit di sana. Atau saat mereka menikmati hidangan dalam sebuah restoran michelin berbintang tiga di pusat kota. Pikirannya terus saja berkhianat dengan memutar kembali memori tentang laki-laki pertama yang tidur bersama dengannya. Yeah, tidur bersama dan melakukan hal-hal dewasa semisal menyerahkan 'virginitas-nya' tanpa pikir panjang secara sukarela.

Ck, bodoh sekali dia...

Wajah Renjun panas memerah, dan Mina mengira jika putra bungsunya mendadak terkena demam setelah seharian lelah berkeliling kota. Tidak ada satupun yang tahu tentang kejadian tersebut, kecuali Tuhan, Renjun dan dia. Renjun menyimpan rapat-rapat aib itu dari mata dunia, bahkan Haechan-yang jelas-jelas ada bersamanya di tempat kejadian perkara.

Momen dimana teman tidurnya menggunakan toilet guna membersihkan tubuh, Renjun secepat kilat memanfaatkan oportunitas tersebut untuk melarikan diri. Ya, Tuhan! Jangan biarkan dia keluar toilet sebelum Renjun kabur dari sini! Pakaian dikenakan asal sewaktu ia tertatih menuruni anak-anak tangga akibat deraan rasa nyeri.

Sakit perut dijadikan sembarang alasan sewaktu Haechan bertanya mengapa Renjun bersikeras kembali ke hotel secepat mungkin, padahal pesta belumlah usai. Seraya menahan sakit di bokong dan pinggang, ia lekas melakukan transaksi lewat ponsel untuk memesan jasa taksi. Haechan mengekor di belakangnya, juga pemuda bertubuh besar-yang tidak berhenti membujuk Haechan untuk tetap tinggal bersama mereka. Ketika isak Renjun jadi jawaban atas pertanyaan lain, tanpa banyak bicara, Haechan yang panik segera ikut pulang ke hotel tempat mereka menginap sementara. Dia dengan polosnya mengira jika Renjun kebanyakan mengonsumsi alkohol hingga berakhir seperti ini.

Our SerendipityWhere stories live. Discover now