I. Spring| Seven (2)

7.4K 574 129
                                    

Masih sambungan part sebelumnya..

Happy Reading~
🌸🌸🌸🌸🌸

🎶Simple Plan - Perfect🎶

It hurts when you disapproved all along.
And now I try hard to make it.
I just want to make you proud.

Setelah menurunkan Chloe di salah satu gedung tua berbatu bata merah yang hanya beberapa blok dari rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menurunkan Chloe di salah satu gedung tua berbatu bata merah yang hanya beberapa blok dari rumahnya. Vander dan ayahnya kembali dalam keheningan tak berujung.

Bahkan sampai mereka di garasi rumah, Vander tetap menunjukkan aksi tutup mulutnya. Dan menghindar cepat dari sang ayah yang kini memasang tanda tanya besar di wajahnya saat anaknya berlalu masuk ke dalam rumah.

"Vander, Daddy ingin bicara padamu. Kita bicara di halaman belakang," ucap Ayahnya saat Vander sudah separuh jalan di tangga menuju kamarnya.

Vander memejamkan matanya kesal. Tak bisakah ia diberikan waktu barang sebentar untuk menenangkan dirinya? Ia takut dirinya hilang kendali di depan ayahnya saat gejolak emosinya sedang tak menentu.

Namun itu yang mereka butuhkan kini. Vander tak bisa harus terus menerus sembunyi bak pecundang yang selalu lari setiap ada masalah. Lagipula ini adalah kesempatan baginya untuk berbicara kepada sang ayah dari hati ke hati.

Saat Vander menemui punggung ayahnya di halaman belakang dekat pinggiran kolam, sang ayah sudah menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Membuat Vander sedikit agak khawatir dengan apa yang terjadi.

Vander dengan berani berdiri di samping sang ayah yang sedang memandang jauh ke depan. Bukan karena ada benda atau hal menarik di hadapannya, melainkan ada yang mengusik pikiaran ayahnya saat ini. Vander yakin itu.

"Apa yang membuatmu terlihat marah sekarang? Apa Dad berbuat salah? Bukankah sebelumnya kita sudah mulai mencair saat di Javits tadi?"

Vander mengetatkan rahangnya. "Tidak ada, Dad." Walaupun sebenarnya benar ia marah karena ayahnya mengajak Chloe bersama mereka.

Sang ayah tetap dalam posisinya. "Tapi sayangnya kau tak bisa berbohong, Vanderex Zeckar."

Reaksi Vander hanya diam. Tak mau menanggapi kalau itu soal gadis bernama Chloe Johnson. Baginya pembahasan mengenai sang biang onar tak begitu perlu dikaji. Sangat tidak penting juga untuk menjadi topik utama.

"Chloe sudah menceritakan semuanya saat di cafe tadi. Mengenai kalian berdua dan-"

"Dad! Tolong jangan percaya dengan wanita pengkhianat itu."

Vander kini menghadap sang ayah, begitu juga ayahnya. Ia tak menyangka Chloe akan berbuat sejauh ini- mempengaruhi ayahnya dan membuat keributan antara ia dan ayahnya, karena sang ayah yang lebih percaya dengan ucapan gadis itu daripada dirinya. Bahkan masalah mereka yang lalu saja belum terselesaikan.

BEHIND THE BEAST [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang