[2] PASRAH

1.9K 282 29
                                    

Jujur, di situ gue ngeluarin air mata. Hari ini gue apes banget. Mulai salah pesawat, minta uang ke mama gak di jawab, terus gue ga ada tempat tinggal pula.

" E- eh masnya jangan nangis duhh gimana nih." Ucap seorang yang berkaos putih dan langsung menepuk- nepuk pundak gue.

"Duduk dulu mas." Ajak salah satu orang yang sedang bermain catur.

Jaeden menuruti perintah pemuda tersebut.

"Masnya coba diceritakan pelan-pelan."

"J-jadi g-gini-i... hiks." Di situ gue bener- bener nangis sampe nafas gue agak sesak. SUMPAH MALU-MALUIN BANGET GUE.

Jaeden pun mulai menceritakan kejadian tersebut.

-

"Ohh, masnya dari Jakarta. Keliatan sih kalo mukanya dari kota-kota gitu." Ucap tukang tahu dengan handuk kecil di lehernya.

"Emangnya bedanya apaan, Dim?" Tanya orang yang mengenakan kaos berwarna putih.

"Ya kalo kita ya gitu, kucel." Jelas tukang tahu tersebut.

Hih garing.

"Oh iya kita belum kenalan. Nama gue Yusuf Irfan Pramuja, terserah lu mau manggil gue Yusuf/Irfan/Ian terserah." Ucap Yusuf sambil berjabat tangan.

"Pake Kang atau nggak gitu biar kayak agak lebih sunda. Kang Yusuf gitu?" Sumpah gue juga gak ngerti kenapa gue ngomong hal gak penting kayak gitu.

"Panggil biasa aja." Jelasnya.

Jaeden mengangguk.

"Gue Dimas Rizki Anggara, panggil gue Dimas. Gue yang jualan tahu disini."

"Gue Satria Prambana, panggil Satria aja. Btw gue pak Lurah di sini."

"Aku Wira Saputra, dipanggil Wira. Aku baru pulang rantau dari Bandung."

"Dan kamu....."

"Gue Jaeden Sebastian, panggil Jaeden/Jae aja. Salken ya."

"Gimana kalo kita panggil Jaenudin aja? Namanya lebih cocok sama vibe sini gitu." Ucap Dimas.

"Ngaco pisan kamu, Dim. Nama orang di ganti-ganti." Ucap Wira.

Kalo Wira sama Dimas berantem tuh emang kayak tom&jerry.

"Udah-udah. Panggil gue Jae aja atau kalo mau agak unyu, boleh kok manggil Jeyi."

Ewhhh.

"Jae, jadinya lu mau ke mana?" Tanya Satria.

"Gak tau lagi, hiks."

"Ehh udah dong nangisnya, cup cup cup."

"Ihhh mau dong di cup cup-in sama aa Wira..." Canda Dimas dengan melakukan sedikit aegyo dan otomatis Wira menoyor kepala Dimas.

"Lu mau nggak tinggal sementara di rumah gue?" Tawar Yusuf.

"Beneran boleh???"

"Ya boleh lah. Tapi rumah gue nggak bagus-bagus banget kayak rumah di kota-kota." Jelasnya.

"Tapi di rumah lu ada orangtua lu gak? Dia keberatan gak kalo gue di sana?" Tanya gue.

Penghuni Kampung Sumedang | DAY6 LOKAL [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang