Janji

2.5K 292 18
                                    


Seperti biasa, Wen Junhui tidak pernah berbohong. Ia sudah berada di rumah Minghao saat jam baru menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Berbincang dengan kedua orang tua Minghao dan sesekali tertawa karena membicarakan hal yang lucu.

Minghao menuruni satu persatu anak tangga dengan pelan. Badannya lemas dan tak bersemangat. Moodnya sangat buruk pagi ini. Mamanya yang melihat Minghao turun dengan sigap menghampiri Minghao. Memberi pelukan dan ciuman di pipi seperti biasa.

"Pagi sayang. Bagaimana tidurmu, nyenyak?" Minghao mengangguk, menampilkan senyuman tipisnya. Ia mengikuti sang ibu yang lebih dulu berjalan ke meja makan.

Minghao duduk di sebelah papanya yang masih sibuk mengobrol dengan Junhui. Mamanya meletakkan dua lembar roti panggang dan segelas susu coklat hangat seperti hari-hari biasanya. Minghao menerimanya dan mulai melahap semuanya hingga habis.

Ia menyeka sisa susu yang mungkin tertinggal di pinggiran bibirnya. Menatap Junhui dengan pandangan, 'Ayo berangkat'.

Junhui yang paham dengan kode Minghao hanya mengangguk. Ia berpamitan kepada kedua orang tua Minghao untuk mengantar anak mereka ke sekolah.

Keduanya jalan beriringan keluar rumah. Di depan rumah Minghao, mobil Junhui sudah terparkir rapi. Junhui membukakan pintu penumpang untuk Minghao, mempersilakan Minghao untuk masuk terlebih dahulu.

Setelahnya, Junhui masuk dan duduk di kursi kemudi. Ia menatap Minghao sejenak sebelum mulai menginjak gas, melajukan mobilnya.

Di perjalanan, Minghao hanya diam. Ia menikmati kesunyian ini. Junhui tak mengucapkan sepatah kata pun. Lelaki itu sibuk dengan jalanan dan kemudinya.

"Kakak yakin?" tanya Minghao tiba-tiba saat mobil Junhui berhenti di sebuah lampu merah.

"Yakin apa?" tanya Junhui tenang. Sebenarnya ia tahu apa yang dimaksud Minghao, tapi ia mencoba untuk memperpanjang narasi :)

"Kakak yakin bersedia nikah sama Hao?" Benar saja. Tebakan Junhui tidak pernah salah. Pasti Minghao memikirkan ucapannya dari semalam.

"Kenapa nggak? Kakak udah bilang kalo kakak cinta sama kamu." jawabnya enteng. Rasanya tak ada beban sedikit pun saat mengucapkan kalimat itu. Kalimatnya meluncur tanpa keraguan.

Minghao menatap Junhui dengan lekat. Mobil sudah kembali berjalan, menyusuri padatnya jalanan di pagi hari ini.

"Jangan natap kakak kayak gitu Hao."

"Kenapa nggak boleh?" bukannya menuruti perintah Junhui. Minghao justru bertanya. Ia masih saja menatap Junhui dengan lekat, tak tahu jika pemuda yang ditatapnya tengah gugup saat ini. Oh ayolah, Junhui sedang menyetir saat ini. Jangan membuat dia gugup atau mobilnya akan menabrak.

"Nggak apa-apa sih, cuma agak gugup." Minghao terkekeh kecil. Ia mengalihkan tatapannya ke samping. Menatap sekitarnya yang mulai ramai dengan aktivitas masyarakat.

Bis-bis sekolah mulai beroperasi, menjemput para pelanggannya untuk diantarkan ke sekolah mereka dengan selamat. Lalu para penjual yang mulai menjajakan dagangannya, toko-toko yang mulai dibuka. Juga angkutan umum lain yang siap beroperasi.

Tak lama, mobil Junhui telah sampai di depan sekolah Minghao. Minghao menatap Junhui yang juga tengah menatapnya, seakan ingin mengatakan sesuatu.

"Ada apa?" tanya Minghao memastikan.

"Nanti ingat ya, kita harus ke rumah sakit. Meriksain bayi kita." tangan Junhui terulur untuk mengusap perut Minghao yang dibalut seragam sekolah.

"Bayiku Kak." ralat Minghao.

"Oh ayolah Hao. Kakak juga akan menjadi ayahnya nanti. Jadi biarin kakak nyebut dia bayi kakak juga." Minghao mengembuskan napasnya lelah.

"Baiklah. Terserah Kak Jun. Hao masuk dulu ya." Junhui mengangguk, menatap Minghao yang mulai keluar dari mobil dan memasuki gedung sekolah.

Hug (JunHao GS) ✔Where stories live. Discover now