Morning Sickness

2.9K 256 8
                                    

Junhui yang tengah tertidur nyenyak, tiba-tiba saja terbangun karena suara berisik dari kamar mandi. Air mengalir dan suara mual membuat Junhui segera bangkit dari kasurnya.

Pintu kamar mandi dikunci. Junhui mengetuk pintu dengan tak sabaran. Oh ayolah, itu sudah jelas Minghao. Istrinya itu tidak ada di samping Junhui saat ia bangun.

"Hao! Buka pintunya! Kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya. Tangannya masih tetap mengetuk pintu dengan tak sabaran.

Di balik pintu, Minghao berusaha meredakan rasa mual di perutnya. Ia bangkit dengan bantuan dinding kamar mandi, membuka pintu kamar mandi sebelum Junhui mendobraknya.

Junhui segera masuk saat pintu dibuka. Dilihatnya Minghao yang duduk di atas kloset sembari mengelus perutnya. Junhui segera menghampiri Minghao. Ia berjongkok di depan sang istri.

"Kamu kenapa?"

Minghao tersenyum tipis dan menggeleng kecil. "Nggak apa-apa kak, Hao cuma mual." jawabnya dengan suara lirih dan serak.

Junhui mengembuskan napasnya lirih, ia ikut mengusap perut Minghao dan menatap Minghao dengan penuh kekhawatiran.

Saat keduanya sama-sama terdiam, rasa mual di perut Minghao kembali datang, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Minghao langsung berdiri ke depan wastafel. Menundukkan kepalanya dan berusaha mengeluarkan isi perutnya.

Junhui gelagapan. Ia berdiri di belakang Minghao dan memijat tengkuk Minghao pelan. Berharap, itu dapat membantu meredakan mual sang istri.

"Huh kepala Hao pusing..." Kedua tangan Minghao bertumpu pada pinggiran wastafel. Mendengar itu, Junhui dengan sigap memegang kedua pundak Minghao. Takut jika tiba-tiba Minghao pingsan.

"Masih mual?" Minghao mengangguk, ia menggumamkan kata 'sedikit' kepada Junhui.

"Ayo kakak gendong. Kamu istirahat dulu." Junhui langsung menggendong sang istri, membawanya kembali ke kasur mereka.

Junhui membaringkan Minghao, membenarkan letak selimut, memastikan itu nyaman untuk Minghao.

"Kamu lanjut tidur lagi aja. Kakak mau keluar sebentar beli bubur buat sarapan. Habis itu kamu makan obat yang kemarin dikasih dokter Hong. Oke?" Minghao mengangguk. Ia menuruti perintah suaminya, sehingga ia mulai mencari posisi yang pas dan mencoba kembali terlelap.

Badannya lemas. Rasanya seluruh isi perutnya dipaksa untuk keluar. Ia bahkan rasanya tak memiliki tenaga untuk sekadar berbicara.

*****

Junhui memasuki kamarnya dan istrinya, dengan sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih di tangannya. Ia menatap sang istri yang sepertinya sudah kembali terlelap.

Junhui meletakkan nampan itu di nakas samping tempat tidurnya. Ia mengamati wajah Minghao yang nampak pucat dan penuh dengan keringat. Tangannya terulur untuk mengusap keringat yang keluar.

"Hao, bangun dulu ya..." Ia mengguncang lengan Minghao pelan, namun Minghao tak bergerak sedikit pun. Tak menyerah, ia beralih menepuk pipi mulus Minghao.

"Hao, ayo bangun. Kamu harus sarapan!" Minghao mengerjapkan matanya pelan. Ia menuruti perkataan Junhui dan berusaha untuk bangun. Walaupun tubuhnya terasa sangat lemas.

Junhui membantu sang istri untuk bangun. Tangannya dengan sigap meraih punggung istrinya. Minghao tersenyum tipis, menggumamkan terima kasih dengan suara seraknya yang kentara.

Junhui mengambil semangkuk bubur yang dibawanya tadi, meraup sesendok dan mulai menyuapi sang istri. Minghao menurut saja. Ia melahap buburnya dengan pelan, karena sejujurnya, rasa mual itu kembali datang bersamaan dengan bubur yang masuk ke tenggorokannya.

Hug (JunHao GS) ✔Where stories live. Discover now