Tight II (Hurt)

52.3K 2.9K 998
                                    

Maaf untuk publish ulang, karena beberapa bagian auhtor perbaiki.
(Baca sampai selesai)

:(

Sebelum membaca. Silahkan untuk tekan vote dan tinggalkan komentar.

Sungguh itu sangat memotivasi author untuk melanjutkan setiap cerita.


Terima kasih.







||||||||||||||||||||||








|||||||||||||||







|||||||


By : avrG

°
°
°


⚠️WARNING 21+ 21+ 21+⚠️



Author ingatkan kembali jika part ini mengandung konten dewasa, harap bijak memilih bacaan ☺️







***


Point Of View AUTHOR~~




"A-aku serius Lalisa, kau baik-baik saja?" tanya Jennie gugup dengan suara tercekat.



Sekali lagi Lalisa hanya menganggukan kepala. "Aku serius. Aku rasa setelah ini kau harus meminum pil eonni. Aku menginginkanmu.." ucap Lalisa lembut lantas meraup bibir Jennie dengan tangan meremas pelan payudara yang sejak tadi menekan dadanya.



"Nghhh~~" desah Jennie terkuar lirih dengan tubuh tersentak.



Dahi mengeryit tipis saat Lalisa tanpa aba-aba melumat bibir bawahnya dengan tekanan dan terkesan sedikit tergesa. Tubuhnya sedikit menegang seraya mata perlahan memejam, tangan ramping itu sedang meremas payudara bersama jari memainkan putingnya yang terguyur tetesan air shower.



Suasana kamar mandi mendadak lebih panas dan bergairah. Tetes air membasahi keduanya, Lalisa menekan lebih dalam tengkuk Jennie sembari memiringkan kepala. Perasaan yang sedang tak begitu baik itu berdebar kuat merasakan kulit tubuh Jennie yang memanas berbenturan dengan kulit dinginnya karena air.



Hisapan bibir bertaut saat posisi ternyaman keduanya dapatkan, saling menyesap rasa manis yang tersuguh dari bibir masing-masing lebih dalam hingga dingin air tak lagi terasa. Berdiri gusar karena desiran hasrat menjalar keseluruh tubuh tak terelakkan. Lalisa menginginkan Jennie meredam ketakutan yang menyeruak dalam dadanya.



"Hmphh.." Jennie mengerang pelan merasakan Lalisa melesakan kuat lidahnya. Bibir tebal itu juga terus menghisap bibir ranumnya tanpa sedikitpun memberi ruang baginya untuk bernapas. Deruan napas panas Lalisa disekitar wajahnya mengalahkan dingin air yang menetesi lekuk pahatan paras cantiknya.



Jennie tahu jika Lalisa tak sepenuhnya baik-baik saja. Bagaimana sentuhan-sentuhan tergesa itu sedikit berbeda dengan malam saat pertama kali Lalisa menyentuh seluruh tubuhnya. Jennie jauh lebih memahami ketakutan Lalisa daripada pemiliknya sendiri.



Turn On, LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang