9. Warga Sipil

674 157 16
                                    

"Baiklah, kita lanjut surat yang terakhir, Valexa Kaheesha." Echa membaca surat dengan cepat. Ia mengernyit, lalu bertanya heran kepada adik bontotnya itu. "Caca menghancurkan ponsel teman?"

"Iya, Kak," jawabnya kalem.

Yoan, Tya, dan Vale, berseru takjub.

"Caca anak yang pendiam, baik, cerdas, mengapa bisa berbuat demikian?" tanya Tya penasaran. "Pasti teman Caca menyebalkan."

"Ho-o, di antara kita semua, cuma Caca yang mustahil kejam ke orang," tambah Yoan. "Kecuali orangnya duluan udah keterlaluan, nih, makanya Caca begitu."

Valexa memandang saudara-saudaranya. Ia mulai bercerita dengan semangat. "Di kelas Caca, ada anak pindahan dari luar negeri. Dia sombong, dan dari awal masuk mengganggu Caca. Dia pura-pura terjatuh di samping Caca, dan bilang ke Bu guru kalau Caca yang nyandung kakinya. Bu guru mana percaya. Pokoknya ganggu Caca terus, dan gak pernah berhasil karena emang banyak yang di pihak Caca," ceritanya semangat penuh kemenangan. "Terakhir, dia mengadu ke bu guru karena kehilangan ponsel. Caca udah feeling, dong. Cepat aja Caca periksa tas sendiri, eh, bener ada ponsel asing di dalamnya."

"Terus!?" tanya Echa emosi.

Punggung Valexa bersandar ke sandaran sofa dan berkata santai, "Caca langsung ambil ponsel itu, dan melemparnya kuat-kuat ke lantai tepat di depan dia."

"Keren, Duplikat que," komentar Vale. Sementara itu, kakak-kakaknya yang lain menggeleng takjub.

"Dianya langsung nangis-nangis, heboh sendiri nuduh Caca. Gak ada yang percaya, soalnya waktu Caca ngelemparnya gak ada yang perhatiin. Ponselnya remuk." Belum sempat saudara-saudaranya berkomentar, ia berkata kesal, "Mampus tuh! Anak Dajjal emang!"

Semua orang kaget karena baru pertama kali melihat si bungsu sekesal itu dengan kata-kata menusuk.

"Terus akhirnya Caca ngaku?" tanya Yoan penasaran.

"Enggaklah, Bang. Makin stres dia, seru banget. He-he, tetapi akhirnya dengan rendah hatinya Caca berkata, 'Kalau itu mau kamu, yaudah, aku gak apa-apa kok kalau harus panggil wali', begitu."

"Wah, bener-bener gemes sama anaknya!" seru Tya emosional.

"Ya, pengen banget kakak kembaliin ke orang tuanya, suruh dibuat ulang!" seru Echa.

"Ayo, kita ke sekolah si kembar besok," ajak Yoan semangat, sekaligus ingin melihat si pelaku.

Vale memandang abang dan kakak-kakaknya tajam. "Kakak dan abang tenang aja! Biar Vale yang atasi ini!" Ia kemudian menatap Valexa dengan penuh penyesalan. "Caca maafin aku, ya. Aku gak tahu selama seminggu aku bolos, kamu mengalami banyak kesulitan. Mulai sekarang, aku akan selalu di samping kamu."

"Ya, elah. Lagian kita semua bisa bela diri. Si kembar jago silat juga. Jadi ntar kalau ada orang yang jahatin, sikat aja udah," suruh Yohan semangat.

"Sikat-sikat! Emangnya WC!" seru Echa. "Adik-adik kakak, Yoan-Valiantya, Vale-Valexa, tolong saling peduli dan menjaga di sekolah, ya," pintanya.

"Siap laksanakan, Bos!" seru adik-adiknya kompak.

Echa berdiri, ia memeluk adik-adiknya, lalu beranjak pergi ke kamar. Sebelum pergi, ia bertitah, "Yoan tolong cabut rumput liar di depan sama cuci piring. Tya masak, Vale beberes rumah, Caca pijitin kakak. Selamat bekerja, kakak mau rebahan dulu."

"Baik, Paduka Ratu," jawab Yoan, Tya, dan Vale pasrah. Sementara itu, Valexa senang-senang saja mengikuti kakaknya ke kamar. Ya, sudah menjadi keuntungan untuknya sebagai pemegang kasta tertinggi di rumah.

***

Warga Sipil

BABEGI

B A B E G I (✅)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon