31. VIDEO CALL

548 100 20
                                    


Selesai salat Isya, Egi bergegas kembali ke rumah. Bahkan, ayah dan abangnya masih berjalan pelan dengan bapak-bapak lain sambil bercengkerama—kebiasaan sepulang masjid. Ia segera menuju kamar.

Awalnya Mia hendak mengobrol dengan anaknya itu, tetapi melihat anaknya yang terlihat menyapa sekilas sambil terburu-buru ke kamar, membuatnya heran bercampur khawatir. Ia lantas memutuskan untuk menyusul.

"Babe ...." Ia membuka pintu. Kosong. Tidak ada anaknya terlihat, tetapi terdengar suara air dari kamar mandi. "Babe mandi?"

"Iya, Ma!" sorak Egi dari dalam kamar mandi. "Kenapa, Ma?"

Mia mengernyit. Bukannya tadi anaknya itu sudah mandi? Ia lalu mengangkat bahu sekilas. "Nanti kalau udah selesai ke bawah, ya. Mama masak, lho."

"Iya, Ma."

Dua puluh menit kemudian, Phi dan Geo memasuki rumah. Mereka langsung menemui Mia yang tampak sibuk di dapur.

"Babe mana, Ma?" tanya Geo sambil duduk di kursi. Sajadah yang semula di bahu, ia gantung di atas sandaran kursi.

Mia meletakkan teko di atas meja, lalu ikut duduk bersama anak dan suaminya. "Tadi Babe ... nah, itu ...." Ia yang sedang menggeser teko, hampir menjatuhkannya. Ia terpelongo.

Geo dan Phi pun turut memandang Egi yang baru datang menghampiri. Mereka yang sedang minum, langsung tersedak dan terbatuk-batuk. Sedangkan Egi langsung duduk saja, dan mengabaikan tatapan yang sedang menghujaninya.

"Lu mau pergi ke mana?" tanya Geo heran melihat Egi. Pasalnya, adiknya itu tampak mengenakan setelan blazer berwarna pastel merah muda. Blazer dibiarkan terbuka, dengan kaus putih di dalam. Rambutnya ditata rapi dengan minyak rambut, dan bau wangi tercium. "Gak salah lagi, lu pasti mau pergi kencan, ya? Gak mungkin lu mau ketemu Gevan, Alea, sama Kevin, sampe dandan begini!" serunya heboh.

"Ke-kencan apaan, sih!" seru Egi. Ia mengambil piring, hendak makan. "Udah gak usah banyak tanya. Mending makan. Mama udah masak, nih." Ia pun berusaha untuk bersikap tidak peduli.

Mia, Phi, dan Geo, saling tatap. Berusaha berkomunikasi lewat mata. Untuk pertama kalinya pemandangan seperti ini terlihat. Biasanya, Egi paling rapi hanya memakai kemeja. Namun, saat ini malah seperti seorang aktor yang hendak menghadiri acara penghargaan yang disiarkan di televisi.

"Bajunya belum pernah Babe pakai. Jadi mau dicoba."

Geo menyipitkan mata. Menatap adiknya selidik. "Lu sekece badai ini kayaknya mau ketemu si Amanda?"

"Lu tahu dari mana tentang Amanda?" Ia menatap abangnya tajam, merasa tidak suka dengan pertanyaan abangnya itu.

Geo tertawa garing. "Media sosial sekolah lu. Baru tahu gue, kelen bes kopel in de skul," ungkapnya mengejek. Egi semakin menatap tajam abangnya itu. Ia bahkan juga mengernyit. "Eh, tapi Amanda cantik banget. Lu berduakan cover sekolah, yak?"

"Oya? Babe ada hubungan sama Amanda? Mama baru tahu. Babe gak pernah ngenalin." Mia tampak heboh. "Echa gimana, dong?"

Phi pun turut berucap, "Makan dulu, yuk? Papa lapar."

***

"Gev, lu gak niat ngelukis gue?" tanya Alea sambil berdiri di sebelah Gevan. Sementara itu, Gevan tampak sibuk memainkan cat air di atas canvas. Ia sedang membuat bangunan IST tampak depan. "Gue ini lebih indah, loh."

Gevan menoleh sebentar. Ia mengusap pipi, tampak cat kecokelatan menempel di sana. "Gue anti gambar manusia."

Alea mencibir. "Gue mau dilukis indah sampai tampak nyata, gitu. Bukan sketsa! Sekali aja, ya." Ia merangkul sahabatnya yang sedang duduk di kursi.

B A B E G I (✅)Where stories live. Discover now