32. Hari-1

505 95 11
                                    


Kevin merebahkan tubuh di sofa sambil memainkan ponsel. Sementara itu, Alea dan Gevan sibuk membersihkan sampah makanan dan minuman mereka sehabis makan tadi.

"Prince yang terhormat, meja telah bersih seperti semula," ungkap Gevan sembari duduk di lantai dekat meja. Alea mengikuti.

Kevin mengangguk, sambil tetap serius memainkan ponsel. Ia lalu duduk, dan berbicara dengan antusias, "Semua guru IST besok dan lusa, bakalan pergi pelatihan. Kita punya waktu kosong selama dua hari."

"Terus, lu punya rencana apa buat merepotkan kami?" tanya Alea curiga.

Kevin pun turut duduk di lantai agar lebih dekat dengan sahabat-sahabatnya. "Adain lomba olahraga antar kelas," ujarnya senang. "IST belum pernah ngadain class meeting, karena setelah ujian, kita semua sibuk lomba di luar sekolah. Ini bakal jadi kompetisi yang sengit banget. Lu semua tahu, 'kan, rata-rata siswa IST banyak yang atlet?"

Gevan tampak berpikir. "Rencana dahsyat. Lu mau adu mereka yang udah go nasional bahkan internasional, cuma untuk lomba antarkelas?"

Alea bertepuk tangan. "Ini mungkin memang cuma lomba antarkelas, ya, gak selevel sama pertandingan mereka biasanya, tapi coba lu pikir, faedahnya bisa buat mereka lebih rendah hati, dan mempererat persaudaraan."

"That's point!" seru Kevin sambil menjentikkan jari. "Ini juga untuk bersenang-senang. Kita bisa lihat langsung etika mereka satu sama lain."

Gevan lalu tersenyum takjub. "Wah, keren." Ia lalu memandang Kevin antusias. "Prosedurnya, gimana?"

"Gue udah tanya ke koordinator masing-masing departemen di OSIS, yang mau bantu silakan, yang enggak, gue gak maksa. Alhamdulillah mereka semua mau bantu, dengan syarat mereka dibolehin juga ikut tanding," jelas Kevin senang. "Kami bakal sebar info di grup WA, kita mulai besok pukul enam pagi, tapi yang setuju ikut, kelas sepuluh sama sebelas aja."

"Kelas dua belas, gimana?" tanya Alea.

"Gue udah chat ketua angkatannya, mereka punya rencana sendiri, mau jalan-jalan," jawabnya seadanya.

"Mereka masih sempat mikirin jalan-jalan?" tanya Gevan heran.

Kevin tertawa kecil, lalu menjawab, "Bukan masalah jalan-jalannya. Mereka cuma mau menghabiskan waktu-waktu terakhir bersama. Karena ntar kalau udah lulus, pada susah ketemu dan sibuk masing-masing."

Gevan mengangguk paham. Ya, ia setuju. "Jadi ntar ada pertandingan apa aja?"

"Bulu tangkis, voli, futsal, basket, takraw, tenis meja, atletik, catur ...." Kevin menghitung dengan jari sambil mengingat-ngingat.

"Wih, catur, yak," ungkap Alea tiba-tiba. "Egi-kan udah punya gelar Master Nasional, nah, adik kelas kita juga ada yang dapat gelar Master Nasional baru-baru ini."

"Bidang catur juga?" tanya Gevan takjub.

"MAIN GUNDU!" seru Alea dan Kevin serentak. Sementara itu, Gevan hanya cengengesan.

***

Jam menunjukkan pukul setengah enam. Udara masih terasa dingin, dan jalanan belum terlalu ramai. Namun, di lingkungan IST, sudah ramai dengan para siswa yang tampak sibuk di berbagai arena pertandingan. Banyak siswa yang berantusias, apalagi pertandingan ini diadakan dadakan.

Egi sibuk mengatur aula untuk disulap menjadi tempat pertandingan catur bersama beberapa panitia lain. Mereka menyusun rapi meja-meja tunggal dengan masing-masing dua kursi yang berhadapan. Di sisi kiri untuk atlet pria, dan sisi kanan untuk atlet wanita. Sementara di tengah-tengah dibiarkan untuk jalan.

B A B E G I (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang