5. Liburan singkat

205 17 1
                                    

Satu suap es krim masuk ke mulut Alana dengan sempurna. Gadis itu tertawa sambil menutup mulutnya dan memandangi Raja.

Terang rembulan seakan menjadi saksi kisah cinta mereka. Temaram lampu seolah menyorot keduanya di panggung pesta dansa.

"Kamu ngetawain aku?" tanya Raja, menyelidik. Alana hanya terseyum.

"Aku baru liat ketua geng motor suap - suapan," ujarnya.

Raja menghela nafas, "Ketua geng motor ini manja sama kamu doang. Cewek lain mana pernah dapet kesempatan. Liat aku selewat aja udah keberuntungan." kata Raja.

Alana menyikut perutnya, "Pede banget kamu jadi orang," ujarnya, sementara Raja meringis.

"Kamu maen nyikut aja. Aku belum makan tau. Mual nih," ucap Raja sambil memegangi perutnya. Alana mendadak panik dan merasa bersalah.

"Aduh, kamu kok gak bilang sih? Sini aku usapin!" tawar Alana seraya mengusap - ngusap punggung Raja.

"Ini yang sakit, woy!" ucap Raja sambil menunjuk perutnya. Alana nyengir.

"Maaf. Salah liat." Kemudian gadis itu mengusap - usap perut Raja yang ia sikut tadi.

Dari saja, Raja tersenyum jahil sambil memandangi wajah Alana yang nampak sangat khawatir.

Sebenarnya, Raja sama sekali tidak merasa sakit. Ia hanya berasalan karena merindukan kedekatan dengan Alana yang seperti dulu.

Dan mumpung Alana sedang sibuk, Raja bisa berlama - lama memandangi wajahnya dari dekat.

"Ini perut atau apa sih? Kok kotak - kotak gini," ucap Alana sambil mengusap - usah perut yang seperti besi itu.

"Kamu mau liat?" tanya Raja dengan memasang wajah mesum.

"Raja!" tegur Alana sambil memelotot.

"Becanda," balas Raja.

"Jangan gitu ah!" peringatnya.

"Aku cuma bercanda, Al. Lagian mana berani aku kurang ngajar sama kamu."

Alana mengangguk - angguk kemudian melipat tangannya dan berdiri.

"Tapi kamu pernah loh Raja kurang ngajar sama aku," katanya.

Raja mengernyitkan dahi, "Kapan?"

"Kamu lupa? Inget gak sih pas waktu itu kamu seret aku ke lorong. Itu kamu mau ngapain?" sergah Alana dengan wajah masamnya.

Raja tertawa. Mengingatnya menjadi terasa sangat lucu. Kejadian itu terjadi sebelum mereka saling mengenal.

Alana yang coba - coba cari masalah ke dalam hidupnya itu justru malah jadi pacarnya sekarang.

"Aku inget. Waktu itu aku cuma nakutin kamu. Lagian siapa suruh kamu cari masalah sama ketua Avatar."

"Ketua Avatarnya itu loh, lebay banget. Ngalangin jalan dikit aja marah," cibir Alana tak mau kalah.

Raja tertawa, sementara gadis itu terus cemberut karena terus disalahkan.

Setelah puas tertawa, baru Raja mengalah.

"Ya udah, sini dong! Kan kita lagi pacaran. Bukan lagi marah - marahan," ajak Raja, menyuruhnya duduk. Alana lantas menurut.

Sebuah kursi panjang yang mengarah ke jalan yang renggang itu diduduki mereka berdua. Alana bersandar pada bahu tegak Raja. Dari sini, aroma harumnya parfum menyeruak ke hidungnya. Wangi dan hangat.

"Kamu tau persamaan kamu sama langit di atas sana?" tanya Raja dengan nada halus. Tangannya tak berhenti mengelus rambut Alana.

"Apa?" tanya Alana dengan suara lembut.

SACRIFICEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora