🕊️
"Ayah!" Teriak lantang gadis kecil sembari berlari menghampiri pria dewasa yang sedang duduk di salah satu bangku taman yang cukup sepi.
"Hmm?" Gumaman tanpa mengalihkan pandangannya dari korannya, sedikit membuat gadis itu mengerucut bibirnya kesal.
"Ayaahh! Liat aku!" Rengeknya dengan menggoyangkan tubuh sang ayah, hingga membuat pria itu berdecih. Dengan malas mengalihkan atensinya pada gadis cilik yang terlihat riang.
"Lihat! Itu, itu ayah!" Ia kembali kesal dikala sang Ayah tak mengerti maksud arah tunjuknya.
"Apasih!"
"Ayah! Ada burung disana!"
"Terus?"
"Aku pengen terbang!" Ucapnya semangat bersama kedua tangannya merentang, mengepak-ngepak seperti burung tak tahu jika pria yang ia panggil ayah mendengus kesal dengan tingkah konyolnya.
"Hmm, yaudah. Terbang sana." Ucapnya tak ambil pusing yang lalu kembali meraih korannya untuk ia baca.
"Ayaahhh.." gadis cilik itu kembali merengek sampai menangis, pria itu sungguh mulai kesal, anaknya berulah lagi.
"Alta, diamlah." Perintah pria itu tanpa menoleh, malah semakin membuat kencang tangisan gadis usia 5 tahun itu. Beberapa orang yang singgah disana sedikit risih dengan tangisan yang terdengar seperti teriakan itu, sampai akhirnya ada seorang pria lain menegurnya tanpa malu, semakin membuat urat kepalanya menonjol.
"Kamu itu anak siapa sih!!?" Dengan cepat ia meraih tubuh gadis itu, menjauh untuk segera pulang.
"Udah selesai nangisnya?" Tanyanya tepat didepan gadis yang sedang sibuk memakan nasi goreng kesukaannya, menampilkan senyum lebarnya, malah membuat pria itu kembali mendengus lalu meninggalkannya.
"Ayah, mau kemana?!"
"Tidur, jangan ganggu. Sana, huss huss!" Usirnya sembari melangkah menuju kamarnya, meninggalkan gadis kecil yang masih sibuk dengan makanannya.
🕊️
"Ayah! Ayah! Ayah!" Teriak lantang memanggil-manggil pada sosok pria yang saat ini tengah menjelma sebagai gundukan diatas kasur."Ayah! Banguun!" Sosok itu tampak sama sekali tak bergeming, meski berkali-kali ia memanggil, membuatnya kesal. Ia lalu berpikir bagaimana cara untuk membuat orang itu bangun?
Ting!
Sebuah ide muncul, hingga tawa gadis itu terdengar. Ia lalu berjalan mendekat, memanjat kasur yang cukup tinggi untuknya, lalu
Satu
Dua
Tiga
"Ayah!!"
Buakh!
"Aduh!" Ringisnya dengan suara khas orang tidur, membuka selimutnya begitu tahu jika tuyul tengik satu itu sedang tersenyum lebar kemudian menghirup udara,
"AYAH BANGUN!!" Lengkap sudah penderitaan dipagi hari.
"Ayah, aku lapar!" Rengeknya masih tak dipedulikan oleh pria yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Ayah!"
"Diamlah Alta, sebentar lagi matang!" Bentak pria itu tak sabar lagi, sampai hening ruang itu kembali.
Pria itu mendekat ke meja makan, membawa dua piring berukuran berbeda, ukuran besar untuknya dan ukuran kecil untuk gadis yang sejak tadi menunggunya. Namun, setelah ia menyodorkan piring padanya, terlihat sekali raut muka gadis itu sedih menatapnya.
"Aku gamau makan ini, gak sehat!" Sejak kapan bocah ini begitu peduli dengan makanan sehat?
"Makan saja, aku akan memberimu sayur nanti sore."
"Tapi aku mau sekarang."
"Alta." Panggilan dingin pria itu keluar, terlihat begitu mempan untuk gadis yang suka merengek didepannya.
"Ayah, ini terlalu kering"
"Ayah, ini keasinan."
"Ayah—"
"Makanlah, jangan merengek terus, bocah!" Hilang sudah kesabarannya dipagi hari, oleh setan cilik yang mengambil semua rasa damai pagi ini.
"Hiihh! Ayah jelek!" Cibirnya sembari berlalu, meninggalkan makanan yang tinggal setengah.
"Mau kemana kau!"
"Sekolah!"
Suara gebrakan pintu terdengar diakhir teriakan gadis itu, pria yang masih duduk disana mengembuskan nafas lelah juga kesalnya.
"Hari-hari ku yang tenang, kemanakah engkau berada?"
Tbc
Jangan lupa vote and komen, biar saya dapat dukungan dari pembaca!Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
ㅣ Altasia ㅣ
Teen FictionAltasia Abimanyu, tak percaya dengan pengakuan Ayahnya yang ternyata bukanlah keluarga kandungnya. Tepat saat ia berulang tahun ke 16 sepasang suami istri datang mengaku bahwa mereka adalah orang tua kandungnya. Bagaimana perasaan Alta, gadis urakan...