2.

10K 603 9
                                    

🕊️


10 tahun berlalu

Seorang pria yang tampak berumur 40 tahun keatas itu tengah berjalan tergesa-gesa di antara para anak sekolah yang memperhatikannya. Ia berjalan menyusuri lorong SMA mencari dimana ruang BK berada. Hingga akhirnya ia tiba tepat didepan satu pintu bertulisan ruangan itu, dengan cepat membuka pintu, menampilkan setidaknya 4 orang disana, termasuk 1 gadis anaknya dengan luka lebam di sisi bibirnya.

"Apakah anda wali dari Altasia?" Tanya seorang guru BK disana diangguki oleh pria itu.

"Ada apa ini?"

"Anak anda itu yang kenapa!?" Sewot seorang wanita yang duduk disamping seorang siswa lain, terlihat seperti orang tua siswa yang memiliki lebam yang cukup parah.

"Tenanglah Ibu Dara." Ujar guru BK itu, kemudian mempersilahkan pria yang masih berdiri untuk duduk disamping Alta.

"Begini, Pak Dimas anak anda Altasia telah melakukan kekerasan pada siswa ini." Jelasnya, diangguki Dimas.

"Terus?"

"Terus? Hei! Anak anda itu telah memukul anak saya tanpa alasan! Kenapa anda begitu santai menanggapinya?! Ternyata anak dan ayah sama saja, gak ada etika—"

"Ibu, kalau mau ngebela lihat dulu situasinya. Jelas-jelas saya disini korban." Potong Alta, semakin dibuat geram oleh seorang wanita itu

"Anak gak tau sopan santun—"

"Tenanglah ibu!" Perintah guru BK itu kemudian menghentikan ucapannya.

"Jadi, seperti yang bapak dengar, Alta telah memukul siswa hingga babak belur, itu termasuk melanggar aturan sekolah."

"Tunggu Ibu guru, apakah ada bukti jika anak saya melakukan kejahatan tersebut?" Guru BK itu menggeleng, berhasil menarik bibir Dimas yang sejak tadi diam.

"Kalau begitu Alta bukanlah pelakunya, justru ia pun juga korban." Kedua wanita dewasa itu tampak terkejut dengan penjelasannya.

"Lho ko—"

"Ibu gak lihat? Anak saya juga punya memar, lagipula dia cewek. Mana mungkin cewek cantik kayak anak saya ini yang bahkan gak berani sama bekicot mampu main pukul sama cowok?" Jelasnya sembari terkekeh, merasakan pinggangnya disikut dari samping.

"Tapi pak, sudah jelas jika Tio lebih banyak lebam dari Alta."

"Ya, mungkin sebelumnya, dia udah berantem kali, atau ikut tawuran kemarin?" tanyanya menerka-nerka berhasil menyulut emosi ibu dan anak

"Hei! Anak saya ini bukan anak urakan ya! Berani sekali anda menghina anak saya, siapa anda?!"

"Kalaupun anak ibu jadi korban, wah lembek bener jadi cowok!"

Brak!

"Saya tidak terima jika anak saya dilecehkan!"

Suasana semakin memanas karena teriakan juga emosi yang berkobar-kobar. Sedangkan Dimas dan Alta hanya terlihat santai, tidak begitu ikut emosi dan menggebrak meja, sampai instruksi guru BK disana, kembali mengheningkan teriakan disana.

"Ibu guru, kalaupun anak saya dihukum siswa yang bernama Tio itu juga dihukum. Lagipula kan gak ada yang membuktikan bahwa anak saya sendiri yang salah, Tio juga salah." Jelas Dimas, dalam diam Alta manggut-manggut begitu juga guru BK

"Baiklah, keduanya akan dihukum." Guru BK itu mengakhiri pertikaian kedua belah pihak dengan memberi masing-masing satu amplop putih.

Wali dari siswa itu keluar begitu mengambil surat diatas meja, keluar dari ruang BK dengan membanting pintu sampai guru BK disana terperanjat.

ㅣ Altasia ㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang