Nijimura yang menelphone, memberi tahu dia bahwa Satsuki pendarahan dan setelah Akashi memberi tahu Kuroko, dia mengajukan diri untuk pergi bersamanya ke rumah sakit.
Ketika mereka sampai di rumah sakit, Mereka bertemu Nijimura di ruang tunggu.
"Sebenarnya apa yang terjadi ? Kenapa bisa sampai seperti itu ?"
"Aku juga tidak mengerti . Tadi kami masih mengobrol seperti biasa, hingga dia meminta ijin ke kamar kecil. Aku curiga karena dia sudah terlalu lama berada di sana, kemudian aku memutuskan memeriksa keadannya. Dia sudah pingsan saat aku melihatnya, lalu aku segera membawanya kesini dan langsung menelphonemu."
"Jadi, apa kata dokter? '" Akashi bertanya, jelas khawatir.
"Tidak banyak. Dia hanya mengatakan mereka perlu mengoperasinya dan akan memakan waktu beberapa jam." Nijimura menjawab.
Mereka berdua duduk di sofa, tenggelam dalam pikiran mereka tentang kemungkinan apa yang bisa terjadi. Mereka hanya bisa berharap dan berdoa untuk satu hal. Sebuah keajaiban.
Dua jam berlalu dan mereka masih belum mendapat kabar. Akashi sudah bangun dari sofa dan mondar-mandir di ruang tunggu. Tetsuya mengambil ponsel dari sakunya dan mengirim pesan kepada Takao bahwa dia akan sedikit terlambat karena dia ada di rumah sakit karena Satsuki mengalami keadaan kritis.
"Apakah ada yang tahu tentang semua ini, selain aku, kau, Momoi-san dan Akashi-san ?" Kuroko bertanya pada Nijimura yang khawatir yang duduk di sebelahnya.
"Tidak. Tidak ada yang tahu kecuali kita berempat," jawab Nijimura.
"Tapi aku sudah menelepon ibu Satsuki . Dia tinggal di New York. Tapi dia bilang dia akan berada di sini secepat mungkin." Jawab Nijimura.
"Keluarga nona Momoi Satsuki , apakah ada disini ?"
Seorang dokter pria berusia sekitar 30-an mengumumkan saat berjalan menuju ruang tunggu.
Akashi bergegas menghampiri dokter itu dan bertanya . "Kami di sini. Bisakah kau memberi tahu kami apa yang terjadi ?"
Akashi bertanya dengan cemas, sementara Kuroko dan Nijimura bergabung dengannya.
Akashi tahu dia mungkin tidak akan suka dengan apa yang keluar dari mulut Dokter, tetapi dia harus tahu apa yang sedang terjadi. Dokter itu memiliki ekspresi yang tidak dapat dibaca di wajahnya sehingga dia tidak bisa memastikan apakah dia memiliki kabar baik atau buruk.
"Bagaimana keadaan mereka?" Kuroko bertanya kepada dokter. Mengacu pada Satsuki dan calon bayinya.
"Nona Satsuki baik-baik saja." Dokter berhenti kemudian melanjutkan. "Tetapi dia kehilangan bayinya. Sejujurnya saya pikir kita akan kehilangan mereka berdua. Bahkan saya tidak tahu bagaimana ini terjadi tetapi saya menganggap itu sebagai keajaiban. Kami sudah memindahkannya ke ruang pemulihan. Hanya satu orang yang diizinkan untuk tinggal bersamanya untuk malam ini dan yang lainnya dapat kembali selama jam-jam kunjungan besok. Sekali lagi saya sangat menyesal atas kehilangan Anda. "
Dokter berkata dan menghilang dari depan mereka."Aku benar-benar ikut bersedih" Kuroko berkata dan Akashi hanya mengangguk.
Akashi duduk di sofa. Kuroko dan Nijimura duduk di sampingnya membuat Akashi berada di tengah. Sangat jelas bahwa dia tidak baik sama sekali. Perasaan kehilangan seorang anak, itu menyakitkan lebih dari yang bisa dibayangkan.
Kuroko tahu itu. Dia bergeser lebih dekat ke Akashi dan meletakkan tangan di bahunya. Bagaimanapun juga dia tidak sejahat itu untuk tidak peduli pada orang lain yang sedang kehilangan."Semua akan baik-baik saja."
Ucapnya memberi kekuatan. Dia bisa melihat Akashi tampak rapuh.
Senyum sedih terlihat wajah Nijimura. Dia senang mereka telah menyelesaikan masalah diantara mereka.
BẠN ĐANG ĐỌC
Secret.
FanfictionTetsuya adalah pelayan muda yang bekerja di keluarga Akashi. Dia datang dengan niat untuk bekerja agar dapat membayar operasi ibunya. Anehnya dia jatuh cinta pada putra tunggal dan pewaris, Akashi Seijuurou. Disclaimer. : Kuroko No Basuke ©...