Bab 3 | Kenangan Menyakitkan

9.4K 818 11
                                    

"Ngapain kamu?"

Ardan menoleh, suaranya seharusnya jelas, namun faktanya terasa begitu samar di telinga Ardan. Rasanya jauh sekali suara itu. Wajah pucatnya yang menjadi atensi utama orang yang bicara tadi. Hingga jeda beberapa detik, tubuh ringkih itu limbung ke belakang. Ardan sudah tak sanggup menahan sakitnya, untuk yang kedua kalinya kegelapan menarik paksa dirinya.

"Ardan! Ardan! Lo kenapa?!"

.

.

.

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

.

.

.

"Kamu kemana aja? Ardan sakit tau?!"

"Ini urusan aku, Mas. Biar aku yang urus keluargaku!"

"Ardan kamu biarin kelaparan, kerja pontang-panting sendirian. Kamu jadiin babu anakmu!"

"DIA BUKAN ANAKKU, MAS!" bentakan dari Rakha itu menjadi akhir perdebatan kakak adik tadi. Rakha dan kakaknya, Gama. Keduanya menarik nafas, sekaligus menarik akal sehat mereka agar tidak benar-benar adu jotos di rumah sakit, terlebih di depan instalasi gawat darurat.

Sementara, Juan, anak semata wayang Gama itu sontak berdiri mendengar kalimat terakhir pamannya. Matanya memandang ayah dan pamannya bergantian, masih bingung dengan atmosfer yang ada di antara saudara lelaki itu. Tak begitu lama, hingga dokter duluan yang memecah kebingungan Juan. Dokter itu keluar dari instalasi gawat darurat dan memanggil keluarga Ardan.

"Tenang, untuk sementara ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ardan punya maag akut, jadi saya minta untuk tidak membiarkannya tidak makan berjam-jam. Selain itu, demam yang dialaminya cukup parah, tapi untungnya Ardan tidak sampai mengejang, kami masih bisa mengatasinya sampai disana. Selain itu, kami masih menunggu hasil cek darah Ardan, untuk mengetahui apakah ada hal lain yang dideritanya, soalnya....saya menemukan salah satu gejala penyakit serius di tubuhnya tadi." jelas dokter, Gama, Juan, maupun Rakha hanya bisa mengangguk dan berterima kasih. Intinya dari penjelasan panjang dokter tadi, yang benar-benar mereka tangkap adalah Ardan sedang dalam keadaan baik sekarang.

"Tapi, apa saya boleh bertanya? Darimana asal luka-luka memar memanjang yang ada di punggung, perut, dan luka goresan di bibir Ardan?" Pertanyaan itu sebenarnya sudah pasti bisa diduga oleh Rakha, tapi dirinya memilih diam. Sedangkan Gama melirik Rakha yang hanya bisa memalingkan wajahnya, curiga menyelimuti pikirannya.

"Baiklah, jika itu soal pribadi. Pasien Ardan Bachtiar sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat" Wajah dokter itu tidak menunjukkan ekspresi menyenangkan, tanda bahwa ia tau ada sesuatu yang telah diperbuat antara ketiga orang di hadapannya pada remaja yang baru saja ia tangani.

Ardan [TERBIT]Where stories live. Discover now