Bab 12 | Tetap Ardan yang Salah

9.6K 784 70
                                    

"Ardan....maafkan ayah, nak...." Rakha terlihat terus memandangi wajah anaknya, pucat, jika ingin dibilang seperti mayat hidup mungkin lebih cocok. Pikirannya terus berputar, tentang kenangan pahit yang ia ciptakan sendiri untuk anaknya.

Seingatnya, tidak ada perlakuan manis yang bisa ia sebutkan ketika bersama Ardan. Jika nanti, setelah sadar Ardan akan membencinya, maka Rakha juga harus bisa menerima konsekuensinya. Atau kemungkinan yang paling menyakitkan adalah jika nanti, Ardan memilih untuk menyerah pada dunia, lebih tepatnya menyerah padanya.

Tepat pada detik kesepuluh Rakha selesai memandangi wajah anaknya dan memutuskan untuk berkutat pada iPad-nya, kelopak mata yang telah lama memejam itu perlahan terbuka, tidak terlalu cepat tapi pasti. Setelah membuka sempurna, mata indah itu sempat berkedip beberapa kali karena masih berbayang di beberapa detik pertama.

Hingga atensinya jatuh pada seorang lelaki yang tengah terlihat sibuk pada iPad-nya, matanya membulat, jantungnya berdegup kencang, tangannya langsung cepat-cepat membuka masker oksigen yang menempel, dan mencopot paksa infus yang ada di pergelangannya.

Rakha di sampingnya, sadar akan gerakan brutal yang dibuat Ardan, Rakha menghentikannya, mencegah Ardan untuk mencopot lebih banyak alat yang tengah menunjang kehidupannya. Rakha menggenggam tangan Ardan, menatap kedua matanya lekat.

"Berhenti, Ardan. Lihat ayah!" Ardan masih menunduk, tidak peduli seberapa sakit tubuhnya tadi setelah melakukan hal brutal seperti tadi, dirinya hanya takut jika kembali dihukum karena menghabiskan uang ayahnya di rumah sakit.

Ardan menggeleng, menolak berkontak mata pada sang Ayah, "maaf....Ardan akan pulang....nggak usah dirawat lagi" Ardan terus menggeleng, air matanya jatuh tak sengaja tepat di tangan Rakha.

Sontak Rakha memeluk tubuh kurus itu, dirasakannya tubuh Ardan yang tengah bergetar takut, Rakha paham sekali betapa Ardan begitu takut padanya. Itu juga salahnya selama ini, tidak bisa menyadari jika yang di hadapannya ini adalah anak kandungnya.

"Ayah....ayah yang harusnya minta maaf" Rakha menghela nafasnya, sebagai siasatnya untuk menahan tangis yang bisa saja keluar, "Ardan anak ayah...."

Bukannya respon, atau tangisan yang lebih dari Ardan, tapi hanya keheningan yang Rakha dapatkan. Ia juga mulai merasakan bahunya terasa lebih berat, "Ardan....kamu tidur?"

Merasa tidak ada jawaban, Rakha melepas pelukannya, dan saat itu juga tubuh Ardan benar-benar menumpu pada tangannya, darah yang perlahan mengalir dari hidung Ardan membuat intensitas kepanikan Rakha semakin meningkat. Jantungnya tidak berhenti menyuarakan kepanikan.

"Ardan! Ardan bangun, nak..."

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Ardan [TERBIT]Where stories live. Discover now