Bagian 13

125 7 1
                                    

Selamat membaca!

**

Hari Senin, Ririn merasa bangga karena tubuhnya tidak merasa lelah sedikit pun saat kembali pergi ke sekolah. Padahal di rumah, Ayahnya malah melarang gadis itu untuk berangkat.

Apakah Ririn merasa tidak lelah setelah mengikuti kegiatan berkemah selama tiga hari? Dengan tidak tidur di kasur, banyak nyamuk, kurangnya penerangan, rasa gerah dan dingin yang berlebih. Wow! Berkemah memang semengenaskan itu jika dipikirkan. Tapi siapa sangka? Di balik itu semua ada rasa kebanggaan tersendiri karena berhasil menyelesaikan tantangan dan berhasil meraup banyak penghargaan. Ya ... regu tulip dinyatakan jadi juara umum di acara PERKAJUSA kemarin. Hal itu diumumkan oleh Dean secara langsung saat upacara penutupan dan pencabutan kapak dari tunas kelapa. Begitu senangnya Ririn dan teman-temannya. Gadis itu merasa lega dan sedikit lupa akan hal yang sebelumnya berkaitan dengan Abi. Tentang perasaannya.

"Yakin?" tanya Ayahnya saat Ririn hendak keluar dari mobil.

Entah decakan keberapa yang telah Ririn lakukan, "Ayah pikir kalau udah sampe di sini aku bakal berubah pikiran jadi nggak yakin?"

Ayahnya tertawa. Nampaknya anak gadisnya itu merajuk karena meragukan stamina tubuh Ririn. Tangan pria itu terulur untuk mengusap rambut anaknya, "Kan bisa putar balik. Yaudah kamu hati-hati."

Ririn tersenyum manis ke arah sang Ayah. Kepalanya mengangguk tanda bahwa ia menerima permintaan agar berhati-hati di sekolah.

"Ayah juga hati-hati. Bye, bye!" ujarnya dari luar mobil. Kemudian ia langsung berlari menuju ke dalam.

Namun siapa sangka? Ririn malah bertabrakan dengan Raka di koridor. Membuat cewek itu heran, apa sih yang dicari Kakak kelasnya sepagi ini?

"Sori, gue nggak sengaja."

"Nggak masalah," jawab Ririn seraya hendak pergi namun tangannya ditahan oleh Raka. "Kenapa lagi?"

Raka hanya tersenyum manis. Sedangkan Ririn segera menyentak tangannya yang masih dicekal oleh cowok itu. "Modus, lo!"

"Gue minta maaf soal kejadian pas hiking," ujarnya hampir seperti gumaman.

Apa? Apa, apa? Ririn tidak salah mendengar, 'kan? Seorang Raka meminta maaf padanya? Halaaaah! Kemarin aja sok-sokan marahin sampe bawa-bawa orang tua. Di mana hati nurani dia?

Ririn mengedikkan kedua bahunya, "Nggak masalah. Gue udah lupa juga." Sangat enteng sekali nada bicaranya ... padahal seratus persen bahwa dirinya belum bisa melupakan kejadian itu.

"Pagi-pagi udah pacaran," ujar seseorang membuat Ririn dan Raka melihat ke sumber suara. "Permisi, kalian ngalangin jalan!"

Ririn hanya mampu terdiam saat Abi berkata seperti tadi. Dari raut wajah bahkan hingga cara bersikap Abi pun, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa cowok itu cemburu terhadap interaksi yang baru saja dilakukan Ririn dan Raka. Bukankah jika seseorang sedang suka pada lawan jenis, hatinya akan merasa sensitif jika melihat orang yang disukainya mengobrol dengan orang lain. Sedangkan Abi? Cih, dia tidak menunjukkan hal tersebut. Ini yang kata dua tumbila bahwa Abi menyukai dirinya?

Mata Ririn terus menatap ke arah Abi yang berjalan menuju kelas mereka. Sejujurnya ada rasa sakit yang timbul saat cowok itu tidak menunjukkan sisi cemburunya.

Aduh Ririiiiin, kenapa akhir-akhir ini lo selalu mengharapkan perhatian Abi, sih?!

Dengan raut wajah cemberutnya, Ririn segera meninggalkan Raka yang kesal karena mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari juniornya.

About Him, AbiWhere stories live. Discover now