Hibrida

1.4K 226 12
                                    

Telah kupanjatkan serangkai permohonan demi mempertahankan bulu-buluku 'tuk berhenti meranggas. Aku masih mengayuh. Aku masih mengayuh sepasang kaki yang telah lelah, nyaris terapung, mengambang di permukaan arus sungai yang menderu-deru.

Deras. Aku sendiri. Bersama belenggu yang tak lekang mengupas kulit kemerahanku yang semestinya terlindung! Oh dimanakah, engkau? Tak luruhkah hatimu menyaksikan raga yang kau sebut-sebut anggun ini tecabik-cabik? Terkoyak sayat-sayat angin yang terus berseteru! Berseteru mencakar selaput kakiku, mematahkan sayapku. Lara ini mencengkeramku tidakkah kau tahu?

Tidakkah kau tahu, Serigalaku?

Tidak. Kau tak tahu. Kau tak tahu dimanaku sebagaimana ku tak tahu di manamu.

Wahai Serigalaku, kita telah dilanda luka. Api kemarahan melalap jiwa kaumku. Kita takkan pernah jadi satu. Aku mangsa dan kaulah pemangsa. Hening ini mendera terlampau kejam, Kekasihku. Aku diempas jauh. Aku berdarah.

Wahai Serigalaku. Hendaklah kau tahu, bahwa kekasihmu, Angsa putihmu, baik-baik saja selama kau tak mengapa.

Jadi, kuharap kau baik-baik saja, Serigalaku, Kekasihku.

Akulah Angsamu, yang selalu mencintaimu.

***

Gelap. Aku tak lagi dapat melihat.

Mereka sebut kebutaan adalah hukuman. Raja-raja bersurai hitam temaram itu menusuk sepasang mataku. Aku dibuang dengan tubuh berdarah-darah. Berbalut luka. Nyawaku nyaris terkoyak sebagaimana daging di bawah perutku berayun menjuntai diarak angin. Perih. Duka ini mampu merenggut kehidupanku yang terhina-dina.

Perwira yang melawan takdir, melangkahi batas, memutus kehormatan darah kaum serigala sebab mencinta pada mangsa, Akulah jadah! Kebusukan dunia yang tiada pantas mencecap hidup kembali.

Aku pergi, Angsaku.

Aku berlari melawan mati. Tanpa mampu memandangi dan mencari. Ke manakah gerangan kau menepi? Akankah sungai kutemui? Bilakah bulu putihmu menghampiri? Akulah sang pengelana yang kehilangan arah di dunia yang sepi.

Dimanakah engkau, Kekasihku?

Di bukit ini kumendaki, menahan rintih dan berharap henti, bila saja ku tak ingat kau. Rusak sukmaku, Angsaku. Langkahku terseok bengkok tiada berbentuk, tulang-tulangku meretak, namun tak apa. Sungguh tak apa, ku 'kan hidup demi engkau. Aromamu mampu selamatkanku. Kau bukanlah mangsaku, Cintaku.

Wahai Angsaku, Hendaklah kau tahu, bahwa kekasihmu, Serigala hitammu, baik-baik saja selama kau tak mengapa.

Tetaplah baik-baik saja, Angsaku, Kekasihku.

Akulah Serigalamu, yang takkan berhenti mencintaimu.

***


diangkat dari sepotong sajak berjudul 'Angsa dan Serigala'
(Dapat ditemukan dalam antologi puisi 'Dari Puan'  yang ada di works-ku!)

diangkat dari sepotong sajak berjudul 'Angsa dan Serigala'(Dapat ditemukan dalam antologi puisi 'Dari Puan'  yang ada di works-ku!)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kepada BumiWhere stories live. Discover now