Part 12 - Semangat, Lea!

15 2 0
                                    

Menyerah bukanlah alasan terbaik untuk kalah~

Lea pulang ke rumahnya dengan sendu. Hatinya berkecamuk, pikirannya mulai kacau. Ia tidak boleh menyerah saat permainan baru saja dimulai.

"Untung gue sayang, kak" kekeh Lea.

Meski hatinya tersayat-sayat, ia akan tetap mencoba semampu dirinya.

"Eh anak mamah udah pulang" ucap sang mamah saat melihat anaknya memasuki rumah.

Lea tersenyum. Senyum yang dipaksakan.

"Kenapa, Nak? Tumben anak mamah sedih. Apasih yang bikin anak mamah cemberut kaya gini" tanya Laras sambil merangkul Lea berjalan ke arah kamarnya.

"Masa tadi Lea dibentak sama kak Nandan di depan banyak orang, Mah" ucapnya sambil mencebikan bibirnya. Lucu sekali.

Sang mamah terkekeh, ia tahu saat ini anaknya sedang kesal dengan senior yang dikaguminya itu.

"Kalo mamah bilang mundur juga Lea gabakal mau, kan? Anak mamah kan batu" ucap Laras seraya tertawa pelan.

Sejak kecil Lea adalah anak yang pantang menyerah. Ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Walaupun ia harus terjun bebas dulu sebelum sampai ke dasar. Itu saja jika dasarnya air atau sesuatu yang empuk, ia tak akan merasakan sakit. Tapi bagaimana kalo ia akan jatuh di tanah berbatu?

"Ini baru mulai, Mah. Masa Lea mundur" ucapnya.

Laras mengelus-elus rambut putri kesayangannya.

"Lalu?" tanya Laras.

"Ya Lea bakal maju terus dong" ucapnya tegas.

"Tapi ya jangan malu-maluin aku di depan banyak orang juga kali" lanjutnya frustasi.

"Lea Lea, gaada tuh orang nanem perak tumbuhnya emas" ucap Laras. "Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Gaada usaha yang menghianati hasil. Kalo emang Lea mau, kejar dong" lanjutnya.

"Semangat, sayang!" ucap Laras sambil menekuk kedua tangannya ke atas.

Lea tertawa. Ia bahagia mempunyai sosok ibu seperti mamahnya.

"Lea sayang, Mamah. I love you" ucap Lea sambil memeluk sang mamah.

🍁🍁🍁

Nandan memasuki rumahnya, berjalan ke arah dapur karena ia merasa sangat haus sekarang.

"Eh aden udah pulang?" tanya Bi Suti.

Nandan mengangguk lalu mendekati Bi suti.

"Bi, Bibi pernah suka sama cowo ga?" Tanyanya. "Eh atuhlah, den. Bibi kan mah sudah tua" jawab Bi Suti.

Nandan pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Maksudnya dulu, Bi" jelas Nandan. "Oh kalo dulu mah sering atuh, den. Namanya juga anak muda" ucap Bi Suti. "Terus bibi ngejar-ngejar cowonya?" tanya Nandan lagi. "Bibi mah dulu ga pede sama diri sendiri, jadi bibi ya gapernah ngejar karena sadar diri" ucap Bi Suti terkekeh.

Nandan diam.

"Tapi teh ada temen bibi, cantik banget ngejar-ngejar kakak kelas. Terus kakak kelasnya risih jadi ditolak deh" lanjut Bi Siti.

"Kasian tau, den. Dia teh sampe dipermalukan di depan banyak orang. Bibi aja ngliatnya miris" ucap Bi Suti.

Deg

Nandan tersenyum kecut.

"Soalna teh ya, den. Setiap orang mah berhak suka sama siapa aja, namanya cinta kan gaada yang tau. Semoga aden ga kaya gitu nyak, aden kan kasep pasti banyak cewe yang ngejar deh" ucap Bi Suti.

"En... enggalah, Bi" jawab Nandan gugup.

Ia sedikit tertampar dengan ucapan Bi Suti.

"Yaudah, Nandan ke atas dulu ya, Bi. Makasih lho wejangannya" ucap Nandan diakhiri dengan tawa lirih.

Nandan pun melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.



Hai maaf ya baru sempet upload!

Jangan lupa vote dan komen ya :)

Selamat Membaca!

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang