Mayang merasa ada yang aneh dengan hari ini, tapi apa? Apa karena telfon di mejanya yang tak berdering sejak pagi? Atau belum ada kerjaan yang menyibukkannya selain meng-cancel jadwal Si Hitler tadi pagi?
Berasa makan gaji buta gue hari ini!
Perutnya sudah baikan, tak serewel tadi pagi, setelah menguyah tablet untuk lambung dan menghabiskan satu bungkus roti sobek yang dicelupkan ke air hangat beberapa jam yang lalu. Kini dia benar-benar tidak ada kerjaan dalam arti tidak melakukan apa-apa. Bahkan Mayang sampai bosan memainkan game cacing di ponselnya.
Jam makan siang tinggal beberapa menit lagi. Lalu dia mengetik di aplikasi perpesanan di ponselnya.
Anda
Makan siang bareng yuk!Wina
Sorry.. gue sibuk banget. Lo udah sembuh?Anda
Emangnya gue sakit?Wina
Bos kesayangan lo yang bilang, nih gue suruh bikin resume bakal dia rapat ntar. Kata dia, lo sakit! Udah dulu ya, gue nggak mau kena semprot Hitler..😂 Nggak baik buat kesehatan jantung gue😂Mayang menautkan kedua alisnya, lalu menggaruk pelipisnya. Pantas saja dia merasa aneh, karena cuma berdiam diri tanpa kerjaan sejak pagi. Ternyata Wina yang sedang mengerjakan tugasnya. Tapi kenapa?
Mayang menatap pintu ruangan atasannya yang tertutup. Ibram belum keluar sejak pagi, entah apa yang dia lakukan di dalam. Ibram juga aneh, kenapa melempar tugasnya ke Wina?
Tiba-tiba pintu yang sejak tadi dia pandangi terbuka dan membuatnya tersentak, tak lama keluarlah sosok yang menjadikan harinya aneh.
"Temenin gue makan siang! Buruan!" Ibram langsung pergi setelah mengatakan itu.
Mayang pun mengekor di belakangnya.
***
Duduk berhadapan dengan atasannya sungguh membuatnya tak nyaman. Ini kali pertama Mayang makan siang bersama Ibram di luar urusan kerjaan. Nasi gorengnya hanya diaduk tanpa ingin melahapnya, meski dia memesan dengan embel-embel spesial di belakangnya. Dia hilang selera makan, karena dia lebih berselera untuk bertanya perihal keanehan Ibram hari ini."Kamu nggak makan lagi?" Ibram bertanya saat nasi goreng bagiannya tinggal setengah. "Nasi gorengnya nggak enak?"
"Bukan begitu pak,"
"Iya dimakan dong kalo gitu,"
Mayang tersenyum hambar, "Boleh nanya nggak Pak?"
"Soal?" Ibram melanjutkan makannya.
"Soal keanehan Bapak hari ini,"
"Memangnya apa yang aneh? Gue biasa aja, kalo gue aneh pasti seisi restoran ini ngliatin gue. Buktinya mereka asik makan, nggak peduliin gue!"
Kesel ih!
"Buruan habisin tuh isi piring lo! Kalo nggak, gue suruh lo lembur lagi kayak kemarin!"
Tuh kan nyebelin lagi?
***
Mayang mengetukkan jarinya di atas meja kerjanya, sambil menopang kepalanya dengan tangannya yang lain. Berpikir dan menghela nafas karena terjebak bosan. Dia merasa seharian ini dia dibayar untuk dua hal itu saja.
Mengganti posisi, kini dia bersandar di kursinya. Menekan tombol kunci pada ponselnya, jam menunjukkan waktu pulang telah tiba. Komputernya pun sudah ia matikan sejak setengah jam yang lalu. Namun ragu untuk beranjak dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...