Hancur sudah rancangan tidur seharian Mayang, bahkan hari ini diawali dengan pagi yang ekstrim sekaleee.
Ini bukan kali pertamanya dia ditembak cowok, tapi kali ini rasanya lebih mengguncang hatinya. Bukan karena dia cinta, tapi lebih ke nggak masuk akal. Dilihat dari mana pun, rasanya tak masuk akal. Tapi dia sadar, Allah Maha Kuasa yang membolak balikan hati manusia. Termasuk hati Ibram, tapi dia harus selalu waspada. Ingat! Ibram itu playboy.
"Mbak, kok di sini? Tamunya dianggurin gitu? Kasian tau..." Andara mengambil botol air minum dari dalam kulkas. Lalu duduk di samping Mayang, meminumnya dengan menuang lebih dulu ke dalam gelas. Karena Mayang akan langsung mengomelinya jika dia minum lewat botol apalagi dilakukannya sambil berdiri.
"Dia masih di bawah?" Detak jantung Mayang bahkan belum kembali normal setelah peristiwa penembakan yang dilakukan Boss-nya.
"Masih, lagi maen basket sama Andrea di lapangan basket sekolah. Siapa sih dia mbak? Ganteng!"
"Hitler!"
Uhuk uhuk
Andara langsung tersedak saat nama Hitler disebut.
"Beneran dia Hitler?! Beda ya sama bayangan aku," Andara tertawa.
"Emang bayangan kamu Hitler itu kayak gimana?"
"Ya kayak Hitler! Coba mbak search di google. Nah kayak gitu! Taunya dia ganteeeenggg!"
"Ish kamu nih! Udah ah, mbak mau mandi! Kalo mau, ambil aja tuh si Hitler,"
***
Gadis, Andrea dan Dian sedang mengobrol dengan sosok tampan di hadapan mereka, kini mereka sedang lesehan di lapangan. Keringat bercucuran membasahi rambut dan wajahnya, membuat Ibram makin mempesona di hadapan tiga dara itu.
"Kalo boleh tau, Mas ini siapa-nya Mbak Mayang ya?" Andrea tak tahan dengan rasa penasarannya.
"Calon suaminya!" Jawab Ibram mantap di tengah nafasnya yang masih tak beraturan.
Tiga dara itu melongo. "Biasa aja sih lihatnya. Kaget? Emang nggak pernah lihat Mayang ada yang ngapelin?" Ibram memulai introgasinya.
"Ngapelin sih enggak, kan Mbak Mayang itu anti pacaran. Ada sih beberapa yang maen ke sini, tapi bukan pacar. Cuma teman biasa," jawab Dian.
"Kenal mbak Mayang di mana Mas?" Gadis ikutan kepo.
"Kami teman kantor,"
"Berarti Mas kenal dong sama Hitler?" Gadis bertanya.
Ibram menautkan kedua alisnya. "Hitler? Siapa tuh?"
"Bosnya Mbak Mayang!" Tiga dara itu kompak menjawab.
Ibram langsung tertawa mendengar sebutan Mayang untuk dirinya. Dia menggelengkan kepalanya, geli dengan tingkah Mayang yang memberi julukan padanya.
Hitler? Nggak ada manis-manisnya, hadeuh..
Andara datang menghampiri lokasi mereka yang masih duduk di lapangan basket sekolah di depan kos mereka. Pada hari libur, memang fasilitas berupa lapangan basket itu boleh dipake oleh warga sekitar sekolah.
"Andara! Udah kenalan belum sama Mas ganteng ini?" Gadis dengan polosnya.
Andara tersenyum segan, karena dia tau, pria di hadapan mereka ini adalah bos kakak tertuanya.
"Pak.." sapanya canggung.
"Kok Pak? Dia belum tua kali.." Andrea yang merespon.
"Loh, kalian belum kenalan emang?" Andara kebingungan dengan ekspresi teman-temannya saat dia memanggil Ibram dengan sebutan 'Pak'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...