Mayang dan adik-adiknya sedang nobar. Malam telah larut namun kantuk belum menyapa, apalagi ada topik terkini yang menjadi bahan obrolan. Tentu saja seputar pulau Bidadari dan Hitler.
"Tau gitu gue tadi ngikut, dari pada duduk di pinggir jalan panas-panasan sambil ngitung kendaraan yang lewat," gerutu Dian. Hari ini dia merelakan hari minggunya untuk mengikuti kegiatan kakak tingkatnya di fakultas teknik sipil transportasi yang sedang nyari bahan skripsi. Alasannya simple, biar nanti dia udah punya pengalaman ketika tiba gilirannya nyusun skripsi. Selain itu, salah satu kakak tingkatnya dalam kegiatan itu adalah cem-cemannya.
"Iya yah, gue juga nyesel nggak ikut tadi," Andrea pun sama menyesalnya.
"Rugi deh kalian, tadi tuh seru. Gue akhirnya bisa lihat lumba-lumba secara langsung!" Seru Gadis.
"Mbak Mayang kok dari tadi diam saja? Mbak tidur ya?" Andara memperhatikan wajah Mayang di kegelapan, kali aja dia tertidur.
"Nggak kok, lagi mikir aja!"
Lalu dia mengubah posisinya, kini dia duduk kemudian pamit tidur. Dengan alasan ngantuk, dan besok hari senin, pasti akan sangat sibuk.Keempat adiknya pun mengiyakan. Setelah yakin Mayang tak nampak, mulailah kusak kusuk di antara mereka.
"Hitler nge-chat gue!" Seru Andrea yang langsung membuat ketiga temannya penasaran.
"Apa katanya?" Desak Andara.
"Katanya Mbak Mayang udah nerima dia!" Andrea heboh.
"Wah.. gue ikut senang!" Dian tertular heboh juga.
"Dia juga ngucapin makasih buat lo berdua, dan dia bakal traktir kita. Waktu dan tempat kita yang tentuin! Si Hitler emang beda! Gue yakin dia bisa bikin Mbak kita bahagia!" Ucap Andrea penuh haru.
"Gue baper..." keluh Dian.
"Udah malem nih, bobo yuk!" Ajak Gadis.
Lalu mereka menuju kamar masing-masing, kecuali Andrea. Dia harus menelfon pacar online-nya. Kebetulan hari ini jadwal mereka mengobrol lewat telfon.
***
Hitler si Buaya
Udah bubu?Anda
BelumHitler si Buaya
Lagi mikirin gue ya?😊Anda
Banyak nyamukHitler si Buaya
Klo mereka gigit lo, gue bakal cemburu😡Mayang tersenyum. Bisa-bisanya Ibram cemburu sama nyamuk.
Anda
Selamat malamMayang bersiap tidur, mengabaikan balasan pesan dari Ibram. Notif pesan berbunyi beberapa kali, namun Mayang tetap mencoba masuk ke alam mimpi.
***
Di kamarnya, Ibram sedang bersungut-sungut karena pesan-pesan yang dia kirimkan tak dibaca oleh sang pujaan hati.
"Sabar Ibram, ini belum apa-apa," kata Ibram menyemangati diri sendiri.
Ibram merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. Menghembuskan nafasnya kasar, namun tiba-tiba hatinya menghangat saat memori kejadian hari ini berputar di otaknya.
"Gue udah bisa buka segel di hatinya, gue tinggal mastiin satu hal. Lalu tinggal halalin dia.. bismillah.."
Jauh di lubuk hatinya dia ketakutan, takut jika apa yang dipikirkan adalah kenyataan yang sungguh tak diinginkannya. Bahwa, dia dan Mayang adalah kakak adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...