Gara-gara Lampu Padam

10.5K 1K 22
                                    

"Jadi kamu menolak? Anak saya kurang apa? Cantik dan lulusan luar negeri," Pria tambun yang duduk di depan Ibram meski tersekat meja itu tampak tidak terima saat Ibram menolak putrinya.

"Saya sudah ada calon istri, Pak. Jadi maafkan saya kalo saya tidak bisa menerima putri Pak Nicko yang cantik itu," dengan halus Ibram menolak.

Nicko yang merasa kesal menyeringai, "Kamu ini, sok-sokan nolak anak saya, apa kamu tidak takut saya mencabut saham saya di perusahaan papa kamu?"

Sudah daya duga, Pak!

Ibram tersenyum tipis. Menegakkan posisi duduknya, lalu menatap lawan bicaranya. "Andai pun itu terjadi, saya akan berusaha untuk pencari penanam saham pengganti Pak Nicko, tentu hal itu tak sulit mengingat perusahaan maju pesat! Seharusnya Anda mempertimbangkan dulu keputusan Anda itu, seorang pebisnis sejati tak akan mencampuradukkan masalah pribadi dan pekerjaan. Pikirkan itu Pak!"

Ibram menyesap kopinya, lalu pamit mendahului untuk undur diri. Sebenarnya itu cara Ibram agar tidak ketahuan kekhawatiran di wajahnya, jika saja ancamannya tak mempan.

***

"Mama! Kok di sini?" Tanya Ibram saat mendapati sang mama berada di lobi kantornya. Ibram baru saja tiba di kantor setelah pertemuannya dengan Nicko.

"Mau ketemu Mayang, bareng aja yuk ke atas!" Sekar merangkul lengan putranya menuju lift khusus jajaran direksi.

Tak lama mereka pun sampai di depan ruangan Ibram. Mayang sedang membereskan segala yang ada di atas mejanya, lima menit lagi jam kerjanya usai.

"Mama pinjem Mayang, jadi jangan disuruh lembur!" Pinta Sekar.

Mayang melihat ke arah dua orang yang baru saja datang di hadapannya itu. Lalu menyapa wanita paruh baya yang melahirkan atasannya.

"Kalian mau ke mana?" Ibram pura-pura tak tahu. Padahal sudah mengorek segala informasi ke mana saja tujuan mama dan pujaan hatinya itu.

"Dih kepo! Urusan wanita pokoknya," Sekar menarik lembut tangan Mayang yang sudah siap dengan tas selempangnya. Terus menariknya hingga menjauh dari Ibram. Mayang mencuri untuk menoleh ke belakang, melihat sang atasan yang ternyata masih melihatnya. Lalu dengan genitnya Ibram mengedipkan satu matanya sambil tersenyum ke arah Mayang, tak lupa mengisyaratkan kecupan dengan bibirnya. Aih, selain tengil Ibram ternyata genit. Mantan play boy tulen.

***

Mobil hitam yang sering dilihat Andrea sedang terparkir tak jauh dari kosan Bapak Budiono. Kali ini Andrea yang baru pulang dari kampus, memergokinya lagi dan spontan mengayun langkahnya ke arah mobil itu.

Beberapa menit lagi waktu maghrib tiba, jadi pria di dalam mobil itu terlihat keluar dengan sajadah yang dia tenteng di tangannya.

Kebetulan! Andrea berseru dalam hati.

Pria itu terlonjak kaget ketika selesai mengunci mobil dan berbalik dia dapati Andrea berkacak pinggang persis di depannya.

Ini cewek benar-benar nggak kapok cari masalah, hampir dilecehkan empat pria kini malah nyamperin pria misterius pemilik mobil yang dia curigai itu.

"Siapa lo?!" Tanyanya lantang.

Pria di depannya heran dan menautkan kedua alis matanya. Tak kunjung menjawab pertanyaan gadis asing di depannya itu, dia memang tak berniat menjawab.

Terdengar sayup-sayup suara adzan, pria itu dengan cuek ingin melenggang pergi. Namun Andrea menghadangnya, dia ke kiri Andrea ikut ke kiri. Beralih ke kanan Andrea ikut ke kanan.

Mayang Senja (END) ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang