"Kamu beneran udah sehat?" Tanya Sekar__mama Ibram__pada putranya yang memasuki dapur.
"Sudah ma,"jawabnya seraya duduk di salah satu kursi di meja makan."Papa kemana ma?" Tanya Ibram pada sang mama. Sejak kepulangannya dari rumah sakit, Ibram belum mendapati keberadaan Lukman di rumah.
Sekar menyuguhkan kopi untuk putra bungsunya, dan dibalas ucapan terima kasih dari Ibram.
"Ini udah sore, tapi papamu belum juga pulang padahal tadi pamitnya cuma sebentar. Mama jadi khawatir," Sekar menghela nafasnya berat, takut jika aktivitasnya dengan urusan kantor akan membuat Lukman terkena serangan jantung lagi.
"Kalo khawatir kenapa tidak telfon saja suruh pulang, bilang saja kalo mama rindu," Ibram tersenyum menggoda mamanya.
"Sudah, tapi kata Mayang papamu sedang rapat dengan bagian marketing,"
Mendengar nama Mayang, jantung Ibram bertingkah lebay. Lalu seketika dia teringat sesuatu, "Ma, dulu papa itu bandel dan suka berantem kayak Ibram nggak?"
Sekar tertawa, "Papamu itu anak baik, nggak seperti kelakuan kamu dulu. Mama kalo ingat sebandel apa kamu dulu, benar-benar hampir mati karena jantungan. Hampir tiap hari dapat telfon dari kantor polisi, yang berantem lah, balapan liar, gangguin anak gadis orang, bahkan pernah diketemuin hampir mati karena OD. Sungguh, mama sangat bersyukur dengan kamu yang sekarang. Ternyata digebukin orang sampai hampir mati bisa bikin kamu berubah, alhamdulillah.." Sekar tersenyum sambil mengusap lengan anaknya yang tengah bertumpu di atas meja.
Mama nggak tau aja, malam itu Ibram ketemu sama bidadari..
"Terima kasih karena udah berubah ya nak," Sekar tersenyum haru.
Senyum itu pun tertular ke wajah Ibram, menggenggam erat jemari sang mama lalu mengecup punggung tangannya.
"Tiba-tiba Ibram penasaran dengan masa mudanya papa, apa mama ini cinta pertamanya?"
"Ada apa nih? Kamu jatuh cinta?" Perempuan paruh baya yang masih sangat cantik itu berniat menggoda putranya.
"Ra-ha-si-a!" Ibram terkekeh, "Cerita dulu dong!"
Sekar pun menyerah, akhirnya dia dengan antusias menceritakan masa muda Lukman, tanpa mengetahui ada sesuatu yang melatarbelakangi pertanyaan Ibram padanya.
Awal dari mereka menikah adalah karena perjodohan, dan sejak pertama melihat Lukman, Sekar langsung jatuh cinta, menurut Sekar calon suaminya itu adalah kategori pria idamannya. Tinggi, pintar, dan tampan. Yah, se-simple itu alasan Sekar jatuh cinta. Namun Lukman tak seantusias dirinya dalam perjodohan mereka, alasannya yang dia tahu saat perkenalan adalah Lukman punya kekasih. Lukman menerima perjodohan karena ingin orang tuanya bahagia, itu saja.
"Kami tetap menikah meski papa tidak mencintai mama pada awalnya,"
"Terus siapa cinta pertamanya papa?"
Sekar terlihat menerawang jauh ke masa lalu, "Namanya Indah, dia gadis dari Jawa yang magang di perusahaan kakek kala itu,"
"Dia cantik nggak ma?"
"Cantik, mirip sama sekretaris kamu,"
Deg
"Mayang?"
"Hmmm" Sekar mengangguk, "Mama waktu pertama liat dia lima tahun lalu, langsung terbayang wajah cantiknya cinta pertama papa. Sampai-sampai mama ketakutan kalo nanti papamu bakal jatuh cinta sama Mayang,"
Ibram juga takut ma, cuma kita takutnya beda..
"Mama kenal sama cinta pertama papa?"
"Iyah, mama menemuinya. Dia baik, sangat baik. Hingga mama merasa seperti wanita jahat yang ngrebut papamu dari dia. Tadinya mama mau batalin aja perjodohan kami, tapi tak lama setelah tanggal pernikahan kami di umumkan di perusahaan, Indah menghilang tanpa kabar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang Senja (END) ✔ TERBIT
RomanceNamanya Mayang Senja, usia 29 tahun. Bekerja sebagai sekretaris dari seorang Hitler__julukan darinya untuk CEO yang lima tahun lebih muda darinya. Bercita-cita tak pernah menikah seumur hidup, alasannya adalah dia yang lahir tanpa ayah, jadi siapa y...