Pertemuan Tak Terduga

1.7K 213 108
                                    

Terimakasih untuk komen dan vote kamu. Sangat berarti sekali untuk perkembangan ide cerita. Biarkan aku tahu apa yang kamu rasakan, dan apa yang kamu pikirkan soal jalan cerita ini.

Mungkin kalian juga punya ide menarik?

Mungkin kalian juga punya ide menarik?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Bagi Tae Hyung ini adalah keputusan yang sulit. Ia tidak menyukai kenyataan bahwa kakinya melangkah ke perusahaan besar itu. Wajahnya menyimpan kecemasan ketika orang-orang memandang kagum padanya. Tae Hyung tampil berbeda dari biasanya. Sangat rapi dan berwibawa dengan jas abu-abunya. Tak lupa rambut panjangnya telah dipotong rapih bergaya koma. Ketampanan yang tadinya tertutupi oleh kesederhanaan itu kini terpancar mempesona.

"Tuan Kim Taehyung?" suara sekretaris wanita mengagetkan Tae Hyung. Telapak tangan laki-laki itu berkeringat. Ia buru-buru meraih sapu tangan di kantong celana untuk mengeringkan tangannya. "Silahkan, Sajang-nim  sudah menunggu."

Tae Hyung-pun dengan ragu akhirnya memasuki ruang kebesaran itu. Mendapati sosok kakak tirinya yang begitu berwibawa dibalik meja kerjanya. Plat jabatan bertuliskan Presedir tepampang mewah diatas meja kerja.



"Kim Tae Hyung! Syukurlah baju yang aku kirimkan sangat pas untukmu. Kau terlihat tampan."



Tae Hyung tidak dapat mendeskripsikan rasa syukurnya. Hatinya melompat bahagia ketika mendapati kakak tirinya itu memanggil namanya lagi. Laki-laki itu tersenyum ramah. Mengingatkan Tae Hyung akan masa kanak-kanak mereka. Masih polos dan bebas berbagi tawa. Saat itu mereka belum mengenal arti lara dan harta. Kakak laki-laki yang sedarah namun berbeda ibu.

"Seok Jin, hyung." panggil Tae Hyung memastikan bahwa laki-laki yang sedang tersenyum itu memang benar-benar sang kakak. Kim Seok Jin.

Telah lama Tae Hyung tak pernah melihat wajah sang kakak tersenyum kepadanya. Terakhir kali sorot mata Hyung-nya mendeskripsikan luka. Percakapan terakhir mereka adalah soal permintaan Seok Jin padanya untuk tidak pernah menunjukkan diri lagi. Setelah sepuluh tahun tidak berjumpa. Kenapa tiba-tiba Seok Jin menghubunginya lagi dan memberinya pekerjaan? Kenapa? 

"Duduklah" tawar Seok Jin. 

"Hyung" Tae Hyung mememejamkan matanya. Mengingatkan dirinya agar tidak terjebak pada perasaan hormatnya. "Aku kemari, karena ingin menolak tawaranmu Hyung."

"Aku tahu." ujar Seok Jin. Ia bermaksud untuk meraih lengan Tae Hyung agar laki-laki itu bisa duduk di sofa terlebih dahulu. Namun Tae Hyung justru melangkah mundur darinya.

"Kenapa?" ujar Tae Hyung memohon penjelasan. "Bahkan ketika ibuku sekaratpun tidak ada satupun dari kalian yang peduli."

 "Kim Tae Hyung. Kita sudah dewasa. Mari kita bicarakan dengan cara orang dewasa juga." 



RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang