Menginginkan Pelukan

1.1K 193 56
                                    

REMEDY

LOVE IS SELFISH, POSSESSIVE AND ADDICTIVE

§§

.

.

.

.

.


Joo Hyun tidak tahu apa yang merasuki pikirannya malam itu. Entah kenapa kakinya melangkah ke apartement Tae Hyung. Serta bagaimana tangannya dapat menekan tombol bel pintu intercom yang terpampang itu.

Tae Hyung tentu saja terheran-heran. Masih tidak percaya seorang Bae Joo Hyun mendatangi apartementnya. Wajahnya sudah tidak babak belur lagi. Untuk apa Joo Hyun kemari? Namun ia tak menanyai wanita itu macam-macam. Tae Hyung lebih memilih untuk mempersilahkan Joo Hyun melangkah masuk. Ia hampir saja menuju ke dapur untuk mempersiapkan minuman, namun Joo Hyun menyela niatnya.

"Aku hanya sebentar saja."

Semenjak pertemuan tak sengaja mereka di bar waktu itu, Tae Hyung menyadari Joo Hyun nampak murung. Ada sesuatu yang membuat wanita itu gelisah. Namun Tae Hyung tidak bertanya sedikitpun. Ia masih teguh pada konsep keyakinan. Bahwa itu adalah ranah privacy Joo Hyun. Dan dia tak berhak untuk bertanya.

"Duduklah."

Tae Hyung berpikir dua kali untuk duduk di samping Joo Hyun. Apartementnya memang sesempit itu. Sehingga sofa yang baru bulan lalu dibelinya pun tidak terlalu besar. Hanya muat untuk dua orang saja. Itupun benar-benar kecil sebab ruangannya memang terbatas. Justru itu masalahnya. Artinya, Tae Hyung harus duduk berdekatan dengan Joo Hyun. Dan Pemuda itu sangat takut jika tak mampu mengantisipasi libidonya.

"Kemari." Pinta Joo Hyun. Tae Hyung benar-benar mau gila mendengar suara Joo Hyun seakan merayunya. 

Tae Hyung sedang berusaha menahan diri. Tentu saja. Siapa sih laki-laki yang tidak berpikiran liar jika malam-malam begini didatangi seorang wanita cantik? Ralat, bukan hanya cantik. Tapi telah menjajah hati juga mimpi. Apa lagi wanita itu menyuruhnya untuk 'mendekat'. Apa tidak kacau isi kepala Tae Hyung?


"Tae" panggil Joo Hyun lagi. 


Tae Hyung mengusap wajahnya. Ia menghela nafas singkat. Sedikit ragu kakinya pun beranjak mendatangi Joo Hyun. Mengusap canggung tengkuknya sendiri sebelum benar-benar duduk berdampingan dengan sang juwita. Namun kemudian Joo Hyun tak bersuara. Wanita itu hanya memandangi lantai yang tersusun oleh parket solid. Entah apa yang dicarinya di bawah sana.

"Bae?" Tae Hyung bergumam lirih. Ia pun tak ingat sejak kapan memanggil Joo Hyun dengan sebutan 'bae'. 

Joo Hyun masih menunduk. Berkutat dengan segala resolusi yang ia harap dapat memecahkan permasalahan hidup. Namun otaknya buntu. Hanya ada satu kalimat yang sedari tadi tertahan di tenggorokannya. Joo Hyun tahu ini tidak masuk akal. Benar-benar tidak dapat dicerna oleh nalar. 

"Bolehkah aku memelukmu?"


Tae Hyung terkesiap mendengarnya. Ia tak mampu melihat wajah Joo Hyun, karena wanita itu masih saja menunduk. Membuat helai-helai tipis rambut panjang itu menutupi paras bidadarinya. 

"Kenapa?"

"Aku hanya ingin mencobanya." ujar Joo Hyun lemah. Terlihat begitu putus asa. 

 "Mencoba memelukku?"

"Bu-bukan begitu."

Tae Hyung tersenyum. Sikap Joo Hyun yang sekarang sangat berbeda dari biasanya. Joo Hyun yang ia tahu adalah sosok yang begitu percaya diri dengan sorot mata ambisius. Cantik dan elegan bahkan dalam mengucapkan perkataan. Tapi malam ini, Joo Hyun justru nampak malu-malu. Ada satu sisi baru yang ia lihat dari wanita itu. Dan Tae Hyung merasa excited karenanya.

Sebenarnya, Joo Hyun tidak dapat menjelaskan apa yang tengah dirasakannya saat ini. Rumit sekali untuk dijabarkan. Bagaimana Seok Jin menciumnya tadi siang membuatnya tersadar akan satu hal. Bahwa perasaanya untuk laki-laki bernama Seok Jin sungguh terlalu kuat. Logikanya berteriak 'salah', sementara hatinya menginginkan laki-laki itu. Ia pun kembali mengingat ucapan Tae Hyung kala di bar lalu. Sungguh ingin mencoba tawaran Tae Hyung. Belajar untuk membuka hati. Namun kenyataan bahwa Tae Hyung adalah adik Seok Jin kembali menggentarkan Joo Hyun. Joo Hyun terlalu banyak berpikir dan menimbang. Kepalanya terasa hampir pecah. Sementara selain semua pemikiran itu, ada perasaan lain yang ingin ia gapai. Menangis. Ya, ia ingin menangis di pelukan lelaki itu. Terdengar sinting memang.


"Aku ingin menangis, dipelukanmu." 

Joo Hyun menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia benar-benar merasa malu. Merasa permintaannya itu kekanakan untuk dikatakan. Tapi memang hal itu yang Joo Hyun inginkan. Berada didekapan seorang Kim Tae Hyung. Menangis sepuasnya. Menghirup aroma alami yang menguar dari kulit laki-laki itu. Hanya itu.


Tae Hyung tersenyum. Joo Hyun terlihat sangat menggemaskan. Dia bahkan sempai lupa jika wanita manis itu adalah atasannya. 

"Bukan sesuatu yang memalukan." ucap Tae Hyung tenang. Tangannya lalu meraih puncak kepala Joo Hyun. Meletakkan telapak tangannya disana. Ibu jarinya mengusap lembut. Joo Hyun jadi menoleh bingung. "Tak perlu khawatir. Aku mengerti." katanya kemudian merentangkan tangannya. "Kemarilah."


"Kau tidak ingin bertanya padaku alasannya?"

"Tanya apa lagi? Sudah jelas kan, kau ingin memelukku?"

Joo Hyun mengurungkan niatnya kala melihat senyum tulus Tae Hyung. Sekarang ia malah khawatir jika Tae Hyung salah mengartikan. Bagaimana jika Tae Hyung mengira telah diberi harapan? Sedangkan Joo Hyun tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya ingin memeluk Tae Hyung. Tidak lebih.

Tae Hyung semakin gemas melihat raut serius Joo Hyun. Tae Hyung agaknya dapat menangkap jelas isi kepala Joo Hyun. Pasti wanita itu takut jika Tae Hyung akan menilai 'permintaan peluk' sebagai suatu hal yang mengatas-namakan cinta. Padahal Tae Hyung itu realistis. Ia tahu sebuah pelukan tidak selalu mengartikan cinta. 

Tanpa segan, Tae Hyung pun menarik tangan Joo Hyun. Membuat wanita itu menubrukkan pipinya di dada bidang sang pemuda. Joo Hyun terbelalak. Sang kirana bahkan tidak sanggup membedakan suara dentuman itu berasal dari detak jantung miliknya atau Tae Hyung. 

"Kau terlalu banyak berpikir, Bae. Apa tidak lelah?" gumam Tae Hyung. "Jika ingin memelukku, peluklah. Jika ingin menangis, menangislah."


Joo Hyun tidak tahu harus menjawab apa. Mulutnya bungkam kala merasakan deru nafas Tae Hyung yang terdengar tenang. Serta detak jantung sang pemuda yang memompa kuat. Entah dorongan dari darimana, Joo Hyun akhirnya menggerakkan tangan perlahan. Melingkarkan kedua lengannya pada pinggang kokoh Tae Hyung. Aroma khas laki-laki itu merayu Joo Hyun. Joo Hyun pun mengikuti naluri. Mengendus nikmat suar wangi alami kulit Tae Hyung yang terlapisi oleh kain tipis kaos putihnya. Sungguh menenangkan. Kepala Joo Hyun benar-benar terasa ringan.



§§

To Be Continued

.

.

Note penulis:

Jadi pengen dipeluk Tae Hyung :')

Thanks for ur support! Jangan lupa vote and sharing perasaanmu ya!

Thank you Dear!

.

.

.

.

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang