chapter 5

302 19 1
                                    

Prilly's POV

Welcome back Prilly to Jakarta. Senang banget bisa kembali ke Jakarta. Walaupun mama dan papa tetap stay di Singapura, yang penting aku bisa bertemu Ali. Aku telepon saja deh, pasti dia kaget mendengar suaraku.

"Ali"

Tidak, sepertinya muncul di depan wajahnya akan lebih membuat ia terkejut. Baiklah besok pagi-pagi aku ke rumah Ali.

***

Author' POV

Ali berusaha mengerjapkan matanya. Dari tadi handponenya terus berdering. Ternyata Ara yang meneleponnya, sepintas ide jahil muncul di otak Ali.

"Halo Li, ko baru diangkat? Kamu baru bangun tidur ya?"

"Ara kepala aku pusing banget, Semuanya berputar Ara"

"Kamu serius? Jangan bercanda deh! om sama tante tau ga?"

"Mama sama papa lagi keluar, aku sendiri di rumah"

"Yaudah sekarang juga aku OTW ke rumah kamu"

Sementara menunggu Ara, Ali memutuskan untuk mandi sebentar. Setelah itu ia akan berpura-pura pingsan di ruang tengah. Ali berharap ide jahilnya ini akan merekatkan kembali hubungannya dengan Ara.

Ara datang menghampiri Ali yang sedang terbaring di atas sofa. Ara begitu cemas. Ia berusaha menyadarkan Ali dengan menepuk pipinya. Ara menangis karena Ali tak kunjung sadar. Ara berpikir akan meminta pertolongan tetangga untuk membawa Ali ke rumah sakit, namun Ali menarik tangannya. Tubuh Ara tak seimbang ia jatuh ke pelukan Ali. Mereka bertatapan cukup lama, hingga suara tawa Ali menghentikan tatapan itu. Ara sadar Ali mengerjainya, ia hanya berpura-pura sakit.

"Kalau aku tidak berpura-pura, kamu tidak akan ke sini. Maaf, maaf selama ini aku sudah banyak menyakitimu. Bantu aku untuk bisa membahagiakanmu, karena membuat kamu bahagia adalah impianku"

Ara sadar tak seharusnya ia bersikap seperti kemarin. Ali memeluk Ara, ia senang Ara sudah memaafkannya. Saat keduanya berpelukan ada sepasang mata yang memperhatikannya. Pemilik sepasang mata itu berlari berharap tidak ada yang menyadari kedatangannya. Ali mengejar sosok itu, sosok yang sedang berlari dari rumahnya. Ia seperti mengenalnya. Ara yang terkejut melihat Ali berlari, ia ikut mengejarnya.

Ali berhasil menangkap sosok itu. Sosok itu membuat ia berpikir apakah ini mimpi? Kalau iya tolong jangan bangunkan Ali dari tidurnya.
Ali menampar wajahnya untuk memastikan ini mimpi. Setelah itu pipinya terasa sakit.

"Prilly"

"Hai Ali, apa kabar?"

"Bagaimana bisa kamu masih hidup?"

"Aku tidak pernah mati. Aku hanya memalsukan kematianku. Aku pergi ke Singapura untuk pengobatan, aku tidak ingin kamu ikut karena aku takut pengobatannya gagal. Dan itu hanya membuatmu kecewa. Aku tidak ingin kamu kecewa."

"Kenapa lu ga mati beneran saja? Kalau lu pikir pengobatannya gagal akan buat gua kecewa, lu salah. Dengan cara lu membohongi gua jauh buat gua lebih kecewa. Lu memilih untuk pergi? Lalu untuk apa Lu kembali?"

"Untuk kamu. Aku kira kamu akan tetap setia denganku. Aku kira kembalinya aku akan menjadi kejutan yang sangat membahagiakan. Dan aku kira kita akan kembali bersama untuk selamanya."

"Tapi sayang itu cuma perkiraan. Lu bisa liat sendiri, gua sudah mendapatkan yang lebih baik dari lu. So, sekarang lu bisa pergi dan tidak perlu kembali."

Tidak bisa dipungkiri Ali bahagia melihat Prilly kembali. Prilly bahkan kembali dengan sempurna, kakinya sudah tidak lumpuh lagi. Namun rasa kecewanya lebih besar. Ali merasa dirinya dibodohi selama 2 tahun ini. Ali mengambil keputusan di saat marah, ia tidak ingin bertemu Prilly lagi. Karena ia tidak mungkin menyakiti wanita sebaik Ara hanya demi Prilly yang pergi meninggalkannya bersama kebohongan.

#####

Please vote and comment cerita ini

Dan jangan lupa follow me

See you next chapter

Salam Alpril

BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}Where stories live. Discover now