chapter 9

247 15 1
                                    

Ali's POV

"Li, kamu merasa senang bukan kita kembali bersama seperti ini?" penasaran Prilly menunggu jawabanku.

Aku terdiam dan mengalihkan pandanganku darinya. Aku melihat sebuah notif pesan dari sepupunya Ara.

Li, Ara kemarin kecelakaan. Sekarang ia dirawat di rumah sakit Cempaka.

Febri

"Kamu tadi kalah makan es krim" Aku mengalihkan pertanyaannya.

"Iya. Jadi, kamu mau kasih hukuman apa sama aku?"

"Pergi jauh dariku dan jangan pernah muncul di hadapanku karena aku sudah tidak ingin melihat wajahmu."

Detik itu juga aku meninggalkan Prilly sendiri di Mall. Aku pergi begitu saja dengan menghiraukan panggilannya.

Bersamanya membuatku melupakan Ara. Bisa-bisanya aku menghabiskan waktu bersama Prilly di sini, sedangkan Ara di rumah sakit.

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, bahkan lampu merah nyaris aku terobos. Pikiranku mulai kemana-mana, aku takut kondisi Ara parah.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung ke ruang ICU. Aku sungguh mengkhawatirkan kondisi Ara.

"Feb, bagaimana kondisi Ara?" Febri sedang berdiri menatap Ara dari jendela ruang ICU.

"Kondisi Ara kritis, ia belum sadar dari kemarin. Gue sudah kabarin orang tuanya, mungkin sebentar lagi mereka akan tiba di Indonesia."

Orang tua Ara tinggal di Amerika. Sudah 2 tahun ini Ara menceritakan bahwa dirinya belum bertemu orang tuanya.

"Gue boleh masuk?" Febri hanya mengangguk mengiyakan.

Air mataku menetes melihat Ara terbaring tidak berdaya seperti ini. Banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya.

Ku genggam tangan Ara. Ku cium keningnya. Dan aku dekatkan wajahku di depan telinganya.

"Ara, kamu buka mata ya sayang. Ada aku di sini. Aku janji aku tidak akan meninggalkan kamu. Dan aku janji akan menjadikan kamu yang satu-satunya di hatiku."

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak ingin melihat Ara seperti ini. Aku menyesal baru mengetahui kondisinya sekarang.

Tiba-tiba ku lihat jari Ara bergerak. Perlahan Ara mulai membuka matanya. Ara mulai sadar.

"Ali" ia menyebutkan namaku dengan mulut yang bergetar.

Aku langsung saja memanggil dokter untuk meriksa kondisi Ara. Dokter memintaku menunggu di luar.

Saat itu orang tua Ara datang. Mereka menanyakan kondisi Ara pada Febri. Ibunya langsung menangis lirih mendengar kondisi putrinya.

Ku lihat dari ekspresi mereka. Mereka merasa menyesal meninggalkan putrinya di sini sendiri selama 2 tahun.

Dokter keluar dari ruang ICU "Pasien sudah melewati masa kritisnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia hanya butuh proses pemulihan saja."

Aku, orang tua Ara dan Febri lega mendengarnya. Kami semua masuk ke ruang ICU. Kami tidak peduli dengan peraturan rumah sakit, bahwa hanya ada 1 orang saja yang diizinkan menjenguk ke dalam ruang ICU.

Ibu Ara langsung saja mendekap putrinya ke dalam pelukannya. Ia meminta maaf karena telah meninggalkannya. Ara hanya tersenyum seolah ia tidak apa-apa.

"Ma, Pa. Perkenalkan ini Ali pacarku." Ara tersenyum ke arahku, lantas saja membuat orang tuanya menyadari kehadiranku.

Aku memberi salam pada keduanya. Mereka mengucapkan terimakasih padaku karena sudah menemani putrinya.

Sesaat kemudian suster datang untuk menyuruh kami keluar. Dan mengingatkan bahwa hanya ada 1 orang yang dapat tetap tinggal. Ara memintaku untuk tetap tinggal, dan mau tidak mau orang tuanya mengiyakan permintaan putrinya.

"Ali terimakasih kamu sudah ada di sini bersamaku" ucapnya terdengar tulus.

Aku tersenyum ke arahnya dan mendekapnya dalam pelukanku "Aku berjanji akan selalu bersamamu"

Mulai sekarang aku tidak akan meninggalkan Ara, aku akan selalu bersamanya. Aku tidak akan memperdulikan Prilly lagi. Prilly hanya masa lalu ku dan Ara adalah masa depan ku.

#####

See you next chapter

Salam Alpril

BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}Where stories live. Discover now