9. MKL

110 37 127
                                    

9. Malam minggu mencekam

°°°•°°°

Malam minggu mungkin sebagian akan pergi ke bioskop bersama pasangan mereka untuk nonton atau hanya sekedar berjalan-jalan ke teman sepanjang malam.

Malam minggu harusnya menjadi malam refreshing sebelum esok paginya menerima muatan untuk otak bekerja.

Beda bagi kedua anak muda itu. Malam yang biasanya di penuhi oleh sejoli yang sedang kasmaran. Mereka malah sibuk berpikir untuk menyelesaikan masalah.

Sudah seminggu mereka berdua mencari tahu tentang 'dia'. Namun, beberapa sumber malah menjauhi mereka dan hilang begitu saja.

"Beneran malam ini kita ke kampus?" tanya Nala di balas anggukan Reza.

Mereka berdua jalan beriringan dengan membawa senter masing-masing.

"Lo liat ada berapa di sana?" tanya Nala sedikit mengintip dari luar. Mereka sudah sampai di gerbang gedung pasca.

Gedung yang mereka lakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini.

"Tujuh," jawab Reza ikut mengintip di balik gerbang.

Seperti dugaan Nala. Dia, melihat sekitaran tujuh sosok yang tengah menjaga gedung itu. Dan, mereka tidak ingin di lihat oleh makhluk besar berbulu yang sedang berdiri tak jauh dari gedung itu. Matanya merah menyala dan darah mengalir di kedua taringnya.

"Za! Lewat mana? Gue gak berani kalo ada mahkluk itu," jelas Nala menunjuk sosok yang berdiri di sana.

Reza mengangguk paham. Ia mencari jalan lain untuk masuk ke dalam gedung itu dan menemukan sebuah jalanan sempit yang mereka yakini akan sampai di gedung itu.

"Lewat sini aja, ayok!" ajak Reza,

Ia mengangguk mengekorinya dari belakang. Bau busuk selokan bercampur dengan bau bangkai tikus membuat indera penciuman mereka terganggu.

"Becek banget sumpah, wleeek. Sepatu gua kotor astaga." Nala mendumel jijik.

Segera mereka berlari dengan hati-hati agar tidak ketahuan oleh 'mereka'.

"Lo bisa denger batin gue gak sih, Za? Dengar kagak yah? Semoga enggak, mhueeheh" ucap Nala membatin, matanya melirik gelagat Reza.

Ia takut jika berbicara maka 'mereka' akan menemukan mereka berdua. Akhirnya, ia mencoba membatin terhadap Reza. Namun, hasilnya nihil.

Ia tidak tahu saja sedari tadi Reza memalingkan wajahnya agar senyum tipis itu tidak di lihat oleh Nala. Mendengar batin Nala hanya mendumel dan mengerocos seperti emak-emak di pasar membuatnya ingin tertawa. Namun, situasi tidak memungkinkan.

Untunglah, Nala tidak mampu mendengar batin Reza. Mungkin dari tadi mereka akan berbicara layaknya orang bisu.

Mereka masih berjalan dengan Nala mengekori Reza. Dia seperti anak ayam yang takut kehilangan induknya.

"Sstt...." Reza menarik tangan Nala dan menyembunyikan mereka dari sesuatu.

Nala heran dan membuat gerakan seperti bertanya 'ada apa?'

Misteri Kampus Lama (On Going)Where stories live. Discover now