17. MKL

55 7 11
                                    

_-

Setelah kejadian semalam. Indah masih penasaran dengan gedung kampusnya yang menurutnya sudah tidak waras.

"Hei! Ngelamun aja!" Vhita menyapanya.

Lalu, duduk di samping Indah. Perempuan itu terlihat bingung, heran dan bertanya-tanya.

"Lo liat Nala sama Reza?"

Pertanyaan itu sontak membuat Vhita juga kebingungan. Pasalnya sejak dari rumah sakit ia tidak pernah melihat Nala dan Reza.

"Gue kira lo tau mereka di mana?"

Mereka berdua semakin bingung. Indah ingin menceritakan penemuannya semalam pada Nala. Yang mungkin bisa menemukan bukti jika Nala tidak bersalah. Tapi, mereka berdua tidak ada bahkan kabarnya saja hilang.

"Coba lo chat Handra!" pinta Indah.

Vhita segera men-scroll layar ponselnya. Lalu, mengirim pesan pada Handra yang kemudian dibalas dengan cepat.

Handra:
Gue gak peduli dia ada di mana.

Vhita langsung tertegun melihat jawaban Handra. Sebegitu mudahnya Handra percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Handra juga enggak tau di mana Nala sama Reza, Ndah," ucap Vhita.

Indah mengangguk paham, tidak mungkin Handra akan mengetahui kemana Nala dan Reza. Ia bahkan tidak ingin mendengar nama Nala.

Indah bangkit dari duduknya menuju perpustakaan diikuti Vhita, harap-harap ia mendapatkan jawaban atas hilangnya Nala atau lebih baik lagi.

"Bentar lagi masuk, Ndah. Lo nyari apa di sini?" Vhita penasaran.

Ia mengikuti langkah kaki Indah hingga sampai di sebuah rak buku yang banyak. Salah satu buku itu ia ambil. Entah apa yang terjadi pada Indah hingga membuatnya berada di belakang kampus.

.

Ruang putih, lampu temaram dan aroma obat. Rumah sakit lagi. Rasanya ia terlalu sering berada di tempat itu.

Nala membuka matanya perlahan, menetralisir pencahayaan dan aroma obat yang menyengat. Ia pikir, ia sudah berada di langit. Terakhir kali kepalanya dipukul dengan benda keras oleh seseorang.

Matanya melihat sekeliling hanya ada tirai penghalang dari pasien satu ke pasien lain. Ada Reza yang juga terbaring seperti dirinya dan sesosok yang tidak ingin Nala lihat. Bentuknya sangat menjijikkan.

Nala sontak melihat ke tempat lain saat sosok itu mulai mendekatinya.

"Aku tau kamu bisa melihatku ...." Sosok itu tertawa lalu mengeluarkan darah bercampur belatung dari dalam mulutnya.

Ia mendekatkan wajahnya pada Nala membuatnya harus menutup hidung karena aroma yang sangat busuk keluar dari tubuh sosok perempuan itu.

"Tolonglah aku ...," pinta sosok itu.

"Enggak! Pergi lo!" usir Nala.

Membuat sosok itu marah, lalu pergi meninggalkan Nala.

Reza tersadar, ia melihat sekeliling didapatnya Nala tengah membelakanginya.

"La!"

Nala menoleh melihat lelaki yang memanggilnya sedang melihatnya juga.

"Apa?"

Pertanyaan bodoh macam apa yang ia lontarnya. Membuatnya bingung sendiri.

"Maksud gue lo udah lama sadar?"

"Baru."

Ya, Si Dingin mulai bertindak. Nala kemudian mengatur posisinya menjadi duduk di atas ranjang rumah sakit. Begitu juga Reza. Pemikiran mereka hanya satu 'Bagaimana bisa mereka berada di rumah sakit?'

Misteri Kampus Lama (On Going)Where stories live. Discover now