Chapter 2 : Dirawat (Revisi)

3.6K 260 31
                                    

Waktu belasan menit seperti berjam-jam bagi seorang ayah yang menanti dengan cemas di depan ruang UGD menunggu hasil pemeriksaan anaknya. Kaki dan tubuhnya tak bisa duduk diam menunggu kabar dari dokter. Rasanya seperti ingin mendobrak pintu ruangan itu dan melihat apa saja yang dilakukan orang-orang berseragam putih itu pada anak lelakinya.

Shit! Apa yang terjadi? Jangan sampai. Please. Tidak. Jangan sampai.” gumam Saint saat hatinya sudah diliputi rasa cemas.

“Ae tidak mungkin sakit seperti ibunya. Ae tidak terlahir dari rahim istriku. Tidak! Tidak mungkin Ae terkena kanker seperti ibunya.” selama menunggu otak Saint terus menerus berpikir tentang sebab pingsannya Ae, bahkan sempat mengaitkannya dengan kematian sang istri.

Saint terduduk lesu saat otot tubuhnya melemah. Rasa takut kehilangan untuk kedua kalinya mulai menghantuinya. Tentang Ae yang tiba-tiba mengeluh sakit kepala sampai mimisan membuat otaknya dipenuhi pikiran buruk tentang kemungkinan yang terjadi.

Waktu untuk berpikir negatif berakhir setelah sapaan seorang suster membangunkan Saint dari mimpi buruknya dengan mata terbuka.

“Maaf, apakah Anda keluarga pasien?” tanya suster. Saint segera bangkit dan mengangguk pelan.

Seorang Dokter pun tiba dan berdiri di samping Saint. Dokter menjelaskan kondisi Ae secara singkat berdasarkan hasil pemeriksaan awalnya. Saint merasa tenang dan bisa bernafas lega setelahnya. Ae tidak mengalami hal buruk seperti yang ia pikirkan. Dokter menjelaskan kondisi Ae, bahwa remaja itu mengalami kelelahan fisik dan stres yang mengakibatkan kepalanya sakit hingga mimisan. Kelelahan yang dialami Ae sedikit lebih parah karena Dokter menduga Ae sengaja menyembunyikan kondisi fisiknya dari Saint, hingga tidak ada yang menyadarinya. Dokter juga menganjurkan pada Saint untuk lebih memperhatikan asupan makanan Ae karena kadar darah merahnya menurun.

Saint bertanya pada Dokter apakah anaknya akan dirawat atau bisa langsung pulang malam ini juga?

Dokter menyarankan agar Ae dirawat satu sampai dua hari ke depan, sampai kondisi remaja itu benar-benar pulih. Saint menyetujui saran Dokter dan mulai malam ini Ae dirawat di rumah sakit sampai sehat.

“Papaaaa?” lirih Ae memanggil Saint. Kedua bola matanya melirik ke sisi kanan dan kiri tubuhnya mencari sosok Papanya.

“Papa?” panggilnya lagi di dalam kamar pasien yang terlihat sepi dan sunyi, hanya ada bunyi mesin di ysebelah kanannya yang ia sendiri tidak tahu apa.

Ae masih bingung menatap ke sekeliling kamar. Tidak ada siapa pun, bahkan sosok Saint yang dicarinya pun tidak ada di ruangan tersebut.

“Papaaa?”

Berkali-kali Ae memanggil Saint, tapi tak ada seorang pun yang menghampirinya. Ae melihat tangan kanannya sudah terpasang jarum infus. Karena lama menunggu Saint dan kepalanya masih terasa sedikit pusing, Ae memutuskan untuk tidur sambil menunggu kedatangan Papanya.

“Papa!” pekik Ae saat mendengar suara pintu terbuka.

“Jangan bangun!” ujar Saint bergegas menghampiri Ae sembari menarik sebuah koper berukuran sedang di tangan kanannya.

“Tadi Papa pulang sebentar ambil keperluan kamu.” jelas Saint yang kini sudah berdiri di samping ranjang Ae.

Saint mengelus wajah Ae yang basah oleh air mata bercampur keringat. “Apa AC-nya kurang dingin? Kamu keringetan gini?” tanyanya yang dijawab gelengan kepala Ae.

“Maaf, Papa udah buat Ae sakit.” ujar Saint kemudian mengecup kedua bola mata Ae yang otomatis terpejam ketika bibir sang ayah menyentuhnya.

“Maaf, Papa udah buat Ae dirawat di rumah sakit.” Saint mengecup kening Ae.

My Baby Boy [SonPin x MPREG] √ (Revisi)Where stories live. Discover now