Chapter 9 : Menghindar? (Revisi)

2.3K 163 12
                                    

"Eugghhhmmm!" Ae merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dan pegal seperti ditindih sesuatu. Mulai dari kedua tangan kemudian kaki sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya ke sisi lain.

"Papa?!" pekiknya hampir berteriak melihat wajah Saint yang berada tepat di hadapannya.

Jeritannya tertahan setelah melihat wajah sang Papa yang nampak lusuh ditambah kedua matanya yang sedikit membengkak, seperti orang habis menangis. Dengan perlahan dan hati-hati Ae turunkan tangan sang Papa dari pinggangnya.

"Huft!" Ae bernafas lega setelah berhasil meloloskan diri dari pelukan Saint. Kemudian beranjak turun dari kasurnya dan berjalan mengendap menuju pintu.

Sementara itu dari arah tempat tidur, terlihat Saint mulai membuka perlahan kedua matanya dan tersenyum kecil sambil tetap berpura-pura tidur sampai terdengar bunyi pintu tertutup. Setelah mendengar bunyi click dari pintu, Saint bangun lalu duduk bersandar di ranjang seraya menselonjorkan kedua kakinya.

Saint mencari-cari keberadaan ponselnya. “Kenapa aku selalu lupa di mana menaruh ponselku sendiri?!” gumamnya sambil menyingkap selimut lalu mengangkat bantal dan hampir membongkar ranjang tempat tidurnya akibat tidak menemukan keberadaan ponselnya.

Saint menghela nafas pasrah setelah tidak berhasil menemukan keberadaan ponselnya. Dia pun menoleh ke sekeliling mencari keberadaan jam dinding. “Baru jam 8.” gumamnya lirih.

Di tengah kekesalannya, Saint mendengar suara berisik dari arah dapur. Seketika ingatannya kembali pada Ae yang sudah pergi meninggalkannya. Saint bergegas pergi ke dapur untuk memeriksa sekaligus mencari keberadaan Ae. Sesampainya di dapur, Saint berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan gerak-gerik Ae yang sedang mencari makanan di dalam kulkas. "Kamu lapar?" tegurnya mengejutkan Ae hingga terdiam beberapa saat dengan posisi sedang mengambil barang di dalam kulkas.

Degh!

Jantung Ae seakan berhenti sesaat saat mendengar suara tegas sang Papa yang menegurnya. Ae menutup pintu kulkas lalu menoleh ke arah pintu, tempat Saint berdiri memperhatikannya. “Iya. Ae lapar.” jawabnya lesu sambil mengusap perutnya yang rata.

Saint berjalan mendekat. “Kamu duduk dan tunggu saja sambil nonton tv. Papa akan membuatkan sesuatu untukmu.” katanya tersenyum kecil.

Ae menggulung bibir bawahnya seraya membuang muka ketika Saint menatapnya.

“Ada apa? Apa kamu masih marah sama Papa?” Saint bertanya seraya mendekatkan dirinya dengan Ae. Tangannya mengusap wajah remaja itu dengan lembut. “Maafkan, Papa.” imbuhnya kemudian mendekap erat tubuh kurus sang anak.

Ae tidak merespon apapun. Mulutnya diam seribu bahasa seperti memendam sesuatu yang sulit dikeluarkan olehnya. Karena tak kunjung mendapat jawaban, Saint pun membawa Ae ke ruang tv dan memintanya untuk duduk menunggunya sambil menonton tv.

Saint berusaha tersenyum menerima sikap Ae kepadanya. Dia pun bergegas kembali ke dapur dan siap memakai apron sebelum memasak hidangan lezat untuk Ae.

30 menit telah berlalu dan Saint masih belum selesai menyiapkan makan malam untuk Ae. Di ruang tv Ae sudah mulai merasa bosan dan sangat lapar. Bahkan cacing-cacing di dalam perutnya pun sudah bernyanyi dan berteriak meminta jatah makan malam mereka. Akibatnya, suara-suara aneh terdengar cukup nyaring yang berasal dari perutnya yang kelaparan.

Dari arah tempat duduknya, Ae dapat melihat cukup jelas sosok Saint yang tengah sibuk memasak di dapur. Untuk sesaat dia teringat dengan setiap perlakuan kasar pria tersebut kepadanya. Seperti tadi siang, saat Saint menghukumnya di kamar mandi dan menyiramnya dengan air hingga seragamnya basah kuyup dan kedinginan. Tidak hanya itu, dengan entengnya Saint juga mengumpat dan menghardiknya dengan kata-kata kasar sampai menusuk ke ulu hati.

My Baby Boy [SonPin x MPREG] √ (Revisi)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora