ENAM

383 129 991
                                    

Vino kampret

P
P
Kamu dimana Va?

kafe
bolos
np?

Udh waktunya pulang
Buruan kemari
Apa mw aku jmpt?

y
blh

Oke
Share loc ya
See you :3
14.11
Read.

Vanilla menutup ponselnya setelah mengirimkan alamat. Pikirannya dibawa paksa pada peristiwa kurang mengenakkan di kediaman Bazzell. Suasana hatinya berubah buruk dalam durasi singkat hanya karena melihat nama sang pengirim pesan. Tapi gadis itu tak mau menunjukkan sisi lemahnya. Berulang kali Vanilla mencoba ikut andil dan memahami pembicaraan. Tapi nyatanya tak sepatah kata pun terdengar masuk akal. Seperti sekarang.

"Eh, gue pengin cerita nih. Lo ingat gak, Na, cowok yang beberapa minggu ini deket ama gue?" Hani menatap penuh harap kalau Mina mengingat sosok yang pernah ia ceritakan.

Sebentar berpikir, Mina menjentikkan jari. "Oh! Gue ingat! Yang agak item gitu kan anaknya?"

Sontak sebuah tisu mendarat di mulut Mina. "Item, item. Lo pikir arang item-item?! Itu mah manis namanya. Masa coklat Belgia disamain sama kayu gosong sih!" cerocos Hani tak terima.

Mina tak membalas. Dia sibuk menyingkirkan potongan tisu yang menempel di lidahnya.

"Terus? Kenapa? Lanjut dong!" sambar Laryssa semangat.

Hani berdeham singkat. "Dia itu orangnya baik banget. Kalau gue ada tugas dia selalu nawarin diri buat kerjain. Terus kalau di kantin, makanan gue selalu dibayarin. Dan yang paling sweet itu pas pulang gue dianter sama doi pake motor sambil pelukan. Kan, dedek gak kuat digituin."

Semua serempak berlagak mual melihat gelagat Hani yang terlampau alay. "Itu mah lo terkesan manfaatin dia, bukan romantis!" ketus Bella merasa ilfeel.

"Bodo amat lha. Pokoknya gue gak rugi."

"Tapi kalau dipikir-pikir, bener sih kata Bella. Kesannya lo kayak manfaatin dia buat menuhin keinginan lo gitu," sahut Quena, lalu mencicip strawberry milkshake yang ia pesan.

Baru hendak menyanggah ucapan Quena yang memihak Bella, Vanilla duluan bersuara. "Iya, bener. Lo kayak ngasih harapan palsu ke dia. Kalau gak suka mah gak suka aja. Gausah bertele-tele gitu. Ujung-ujungnya ntar lo malah digantungin."

Suasana mendadak lengang. Hani menautkan kedua alis keheranan. Bella menepuk jidat. Larysaa berdecak kesal. Mina masih sibuk dengan tisunya. Dan Quena mengembuskan napas kasar. Vanilla mengerjap beberapa kali lantaran merasa tersudutkan oleh reaksi mereka.

"Kenapa? Gue salah ngomong?"

Bella menghela napas, meraih tangan Vanilla dan memainkan jari mungilnya. "Lo ada masalah? Perasaan dari tadi lo ngomong gak ada yang nyambung. Kita ngomongin A lo tiba-tiba bilang Z. Pikiran lo berkeliaran kemana-mana. Iya, kan?"

Vanilla terdiam.

Kali ini Laryssa yang duduk di sampingnya angkat suara, "Diem berarti iya. Ceritain gih! Ada masalah apa?"

Lagi-lagi belum ada jawaban. Vanilla menunduk lesu, mengetuk-ngetuk lantai kafe dengan flat shoes yang ia kenakan. Tak ada yang salah dari perkataan Bella. Pikirannya memang berkeliaran pada kejadian tadi malam. Ucapan Jacob saat menaiki tangga tak kunjung lepas dari ingatannya. Dan keinginan itu kembali muncul. Keinginan untuk kabur dari rumah dan hidup bebas tanpa jeratan.

8 LETTERS Where stories live. Discover now