0.11

2.7K 363 70
                                    


Cekikik aneh menguas seisi mobil.

Mengerjap mata perlahan efek obat bius, Taehyung meneliti kemana arahnya dia disekap dan diculik.

Remang bernuansa kota berkabut di dunia hantu.

Sepertinya tengah melewati terowongan lintas Nadori.

Perutnya ngenyut, tak berasa. Pipinya kebas bekas tamparan panas.

"Sial, udah bangun?"

Jeger

Maniknya berpacu cepat ketika pria tirus dengan tatap luruh itu meratap, mencekal ujung dagu. Sakit.

Nafas Taehyung engap, menggeleng-geleng tak terima. "Hey, seharusnya ayah keparatmu itu membayarku dobel. Kau kira kami membelimu karena wajahmu hah?"

Hawa nikotin kental berasa. Pria pecandu rokok ini menyeringai, menunjukkan senyim gusi yang menyeramkan. "Cantik sih. Mukamu itu cocok buat sampul majalah bokep."

DUAGH

Satu hempasan kuat di pipi kanan. Darah menjences dari hidung. Mimisan ketiga. Rembesan tangis Taehyung tak menyurutkan amarahnya.

"Brengsek, bocah kurus begini. Semuanya tulang, mana banyak memar begini. Aish, bikin jengkel aja."

Dijungkang kuat Taehyung hingga kembali berbaring ke undakan mobil. Instruksi agar si bocah tutup mulut atau perlu pingsan dan mati saja.

"Ahjussi.." rintih Taehyung terisak, memegang perutnya. "Apa yang kau inginkan dari anak kecil sepertiku? Aku masih ingin sekolah.. menggambar sketsa.."

Tangis bercampur darah terpaksa ia telan meski anyir dan asin, memohon. "Lepaskan aku.."

"Sial, mau kusuntik lagi hah?" hardiknya bringas. Meludahi kasar percis di wajah.

"Kalau kau berteriak, aku tidak hanya akan menyuntik.. tapi juga membelah perutmu. Tau itu?"

Lemas tidak berkutik dibuat, oleh seringai tajam yang mengintimidasi.

Kim Taehyung merindukan pelukan hangat ahjussinya. Sangat. Boleh dia berharap walau nanti nyawanya tak pasti?

.





.




.

"Nite, Jimin."

Kecupan basah di atas filtrum mengakhiri kebersamaan Sekyu dengan Jimin. Si pria mengantar pulang pujaan hatinya tepat di depan pintu hotel tempat Sekyu menginap.

Sebetulnya bisa saja Jimin mengajak si cantik untuk tinggal bareng di rumahnya, toh kalian tau sendiri seberapa luas huniannya.

Alangkah sayang, Jimin belum siap. Belum siap mengajak orang baru untuk main rumah-rumahan part 2. Tersisa banyak kenangan untuknya.

Saat awal berjumpa, girang saat dibeli selimut baru, senangnya dia menaiki pemotong rumput, menggoreng nasi, melukis sketsa, menangis untuknya, dan bahkan ke tahap paling puncak.

Malam itu.

Ketika dua tubuhnya terikat dan saling berbagi kehangatan.

"Aku puas sekali, Taehyung." Dengan dada bidang telanjang, Jimin mengelus tubuh Taehyung yang baring merimping. Gerakan lembut digiring senyum tulus.

"Perasaanku menghangat malam ini." Mengecup kening tan si kecil, Jimin menyelimuti tubuh polos lelaki itu yang sama bugilnya dengan dia.

Taehyung berbalik perlahan, menelungkup wajah di lutut Park Jimin sambil terisak kecil. Menahan lelaki Park pergi jauh dari sisinya.

KLANDESTIN | MINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang