6. Siap Berekspektasi, Siap Terluka

580 103 88
                                    

"Ekspektasiku adalah memilikimu dan menjadi bagian dari hidupmu. Kenyataannya adalah aku mencintai pria yang telah memiliki kekasih, aku harus siap tersakiti kapanpun dan terbunuh oleh ekspektasiku sendiri"

- Langit Anastasia

Seolah tak lelah mencari jawaban tentang hubungannya dan Samudra di masa lalu, Langit masih berusaha membaca satu persatu kisah yang tertulis di buku hariannya.


****
26 Februari 2020
Kemana kamu hari ini? Kenapa gak masuk kuliah? Kenapa gak ada kabar apapun tentang keadaanmu hari ini? Aku rindu. Langit merindukan Samudra, birunya Samudra.

Asal kamu tau aku selalu menunggumu di depan kelas, berharap kamu datang dengan senyuman.

Jarum jam menunjukkan pukul 11.00, 12.00, 13.00, 14.00, aku masih setia menunggumu di depan pintu.

Tak ada tanda-tanda kedatanganmu. Aku mencoba istirahat sejenak di kelas, berharap kamu datang saat aku terbangun.

Selang 30 menit, aku mencarimu di kelas, masih tidak menemukanmu. Kamu dimana, Samudra?

****
27 Februari 2020
Hari ini, aku kembali tak bertemu denganmu. Kamu kembali absen. Kamu sebenarnya kemana? Fikri hanya mengatakan kamu lagi nongkrong di Beer Garden, SCBD.

"Si Samudra kagak masuk kelas, malah nongkrong di Beer Garden. Pasti lagi liatin cewek-cewek dah," kata Fikri berteriak di kelas.

Saat itu juga, aku berkomitmen ingin menjadi wanita cantik, elegan, dan kaya agar bisa mengimbangimu.

Aku memang bukan berasal dari keluarga terpandang, wajahku juga tak secantik Yuna, tapi aku berjanji akan merubah diriku.

Aku akan menjadi wanita elegan, cantik, dan kaya demi kamu, Sebastian Samudra. Jika perubahan itu bisa membuatku menyentuh hatimu, aku akan melakukannya.

****
1 Maret 2020
Akhirnya hari ini kita bertemu setelah empat hari berpisah. Hari ini kita berjanji bertemu di Pondok Indah Mall untuk mendiskusikan tugas kuliah.

Sesampainya di foodcort PIM, aku langsung bisa mengenalimu tanpa harus bertanya kamu dimana.

Aku bisa mengenalimu dari kejauhan. Cinta membuatku tau kehadiranmu, tanpa pernah kamu menyadari kehadiranku.

Kali ini kamu kembali memakai kaos biru, jeans, dan sepatu vans. Aku harus mengakui hari ini kamu terlihat ganteng dan berkharisma.

Ah...aku lupa kalau kamu memang selalu begitu. Tanpa ragu, aku langsung menghampirimu.

Kamu pun langsung melempar senyum melihat kedatanganku. Hari ini wajahmu terlihat lelah, ada apa?

Aku ingin menanyakannya, tapi apa aku memiliki hak untukbsekedar bertanya keadaanmu?

Sembari menunggu Fikri dan Laras, kamu tiba-tiba mengajakku ke toko buku.

"Temenin ke Periplus dulu yuk"

Kali ini kita kembali berjalan beriringan. Tanpa bisa ku kendalikan, ada keinginan menggenggam tanganmu.

Bodoh. Padahal, tak ada perlakuan spesial saat itu.

"Lo sakit? Daritadi batuk mulu," tiba-tiba kamu memulai obrolan.

"Lagi masuk angin aja sih kayaknya"

The Unspoken Words of Langit and Samudra [PUBLISHED|Donde viven las historias. Descúbrelo ahora