10. Tak Ada Restu Semesta

513 76 85
                                    

"Seberapa besar usaha manusia, ketika semesta tak merestui untuk bersama, maka hasilnya hanya sakit belaka. Yang dikejar akan pergi meninggalkan, yang dicari akan menghilang, semesta memang tak pernah merestui kita sejak awal"

- Langit Anastasia

****
12 Maret 2020
Selama dua hari, aku rasanya disentil Tuhan melalui cara kerja semesta. Aku seolah diperingatkan bahwa semesta memang tak mengizinkan kita untuk bersama atau seolah berharap kamu bisa mencari keberadaanku.

Setelah memutuskan bertukar jadwal jaga lab bahasa dengan Andra, hasilnya adalah Samudra gak pernah mengunjungi lab bahasa.

Hari pertama, aku masih menunggu di meja resepsionis lab bahasa. Aku masih berpikir kamu akan datang karena aku tau hari ini kamu memiliki janji untuk bertemu dosen PA.

"Gilak ya Samudra rela batalin janji dengan Ma'am Lucy, alasannya sih ada acara keluarga. Pas gue WA doi, gue baru tau ternyata nyokapnya ulang tahun hari ini. Klise banget kali alasannya," celetuk salah satu mahasiswa yang baru keluar lab bahasa.

Ah...aku masih berusaha positive thinking. Aku yakin kamu akan datang ke lab bahasa sore ini. Aku gak mau hari pertama usaha aku tukeran jadwal jaga lab bahasa dengan Andra menjadi sia-sia.

Aku berusaha tegar. Aku menunggu kamu, melihat setiap orang yang masuk ke lab bahasa. Kondisi lagi hujan hari ini, jadi aku berpikir kamu lagi berteduh dan sedang perjalanan menuju kampus.

Aku menunggu satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam, lima jam, hingga waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB.

Aku belum melihat sosokmu juga datang ke lab bahasa. Aku masih berpikir kamu akan datang.

Lalu, aku berpikir apakah aku bertanya langsung aja ke kamu daripada aku menunggu gak jelas seperti ini?

"Hari ini lo ada kelas gak? Atau ada rencana ke kampus?" akhirnya aku memberanikan diri mengirim pesan ke kamu.

"Gak ada"

Jawaban yang sangat singkat.

Samudra is typing............

"Ada apa?"

"Gpp, gue lagi jaga lab bahasa. Barangkali aja lo ke kampus, ya sekalian ketemu"

Tak ada balasan. 15 menit kemudian.

"Gue ada urusan keluarga nih, kayaknya gue gak ke kampus. Kalau ada yang nyariin gue, kabarin ya haha"

Aku mengabaikan pesanmu. Lalu, apa manfaat yang aku dapatkan dengan tukeran jadwal jaga lab bahasa jika aku tidak bisa bertemu denganmu?

Besok, ya besok aku akan bertemu denganmu. Untuk memastikannya, aku bertanya lagi.

"Kalau besok, lo ke kampus gak?"

"Iya nih, Ma'am Lucy udah bawel banget ngajak ketemu mulu gara-gara gue masih belum lulus dua mata kuliah. Besok sih dia ngajak ketemu di lab bahasa"

Aku senang, setidaknya besok aku masih bisa bertemu kamu. Tak masalah hari ini rencanaku gagal, aku masih dilatih bersabar oleh semesta.

Keesokan harinya, aku kembali bersemangat jaga lab bahasa. Kembali, aku menunggu kedatanganmu di meja resepsionis. Aku yakin hari ini aku bisa bertemu denganmu.

Tetapi, hasilnya? Aku sakit hati untuk kedua kalinya. Semesta seolah memperingatkan jika kita tak bisa bersatu atau ada kesempatan bagiku untuk bersamamu.

Kamu memang tak pernah mencariku, tak ingin bertemu denganku, tak ada Langit di hati Samudra.

"Ma'am Lucy bukannya hari ini ada jadwal bertemu salah satu mahasiswa di lab ya?" aku mencoba bertanya kepastian kedatangan Samudra kepada dosen PA dia.

The Unspoken Words of Langit and Samudra [PUBLISHED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang