Ningning menghembuskan nafasnya pelan, "Haruskah kuberitau pada Hina eonni?" ia bermonolog dengan pikirannya yang bercabang.
"Ah... Kurasa tidak perlu, tapi jika tidak kuberi tau mungkin saja akan ada hal yang tidak diinginkan akan terjadi,"
"Aish aku bingung!" Ningning menjerit tertahan.
🍂🍂🍂
Koeun menatap pantulan dirinya di kaca super besar di ruang latihan, memandangi dirinya sendu, seolah meminta maaf pada dirinya sendiri. Keramaian yang ada tidak membuatnya bergeming.
Koeun memikirkan Ningning yang sudah tau akan niatnya. Niatnya untuk bekerja part time setelah jam latihannya yang panjang. Sepertinya Ningning masih tidak mempermasalahkan, pikir Koeun.
"Tapi, apa aku sanggup berkata pada mereka?" Koeun bertanya pelan pada dirinya sendiri.
🍂🍂🍂
Lami tidak bersemangat menjalani latihan melelahkannya. Kadang Lami merasa sudah sangat bosan. Tidak satu dua tahun ia harus selalu berada di ruangan latihan dari pagi hingga petang, atau bahkan hingga tengah malam. Namun, ia juga masih belum bisa mengambil keputusan apapun.
"Apa... Tawaran itu masih berlaku?"
Lami mengambil minum dan beristirahat sebentar, memikirkan berbagai hal yang justru membuat kepalanya pening. Segala keputusan pasti ada resiko yang akan didapatkan. Lami berpikir, keputusan apa yang akan diambil olehnya sekarang? Dan sanggupkah ia menghadapi segala resiko yang akan ia terima selanjutnya?
🍂🍂🍂
Hina berjalan dengan pelan menuju ruang latihan, ia kembali setelah meminta izin membeli minuman untuk dirinya sendiri dan juga beberapa vitamin untuk adik-adiknya.
Belakangan ini banyak yang mengganjal hatinya, tapi tak benar-benar tau apa yang sebenarnya telah mengusik hatinya.
Hina merasakan perasaan yang tidak nyaman. Hanya saja tak tau bahwa itu mungkin karena efek berlatih terlalu keras atau sebagai pertanda buruk untuknya. Yang sudah sangat jelas, Hina tak menyukai perasaan yang hadir dalam hatinya sekarang.
"Aku sepertinya butuh istirahat berlebih, aku terlalu sering berpikir yang tidak-tidak."
Hina memutuskan untuk tidak mencari tau lebih mengenai apa yang dirasakannya.
🍂🍂🍂
Jadwal padat yang ada membuat Haechan jatuh sakit, ia harus tinggal bersama ibunya agar ada yang merawat lebih intensif lagi karena Haechan tak ingin bermalam di rumah sakit.
Salahkan Haechan dengan pola tidurnya yang juga sangat tidak diatur, bahkan saat senggang pun Haechan lebih memilih bermain game daripada beristirahat.
"Aku akan datang setiap tiga hari sekali, aku akan mengantarmu checkup. Semoga saja kau bisa pulih dalam waktu yang cepat." Sang manager berkata dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We? Forever(End)
Teen FictionDulu, aku pikir kita semua akan bersama selamanya. Setelah kita melewati masa kecil, kita berantakan dalam kehidupan yang sempit dan gila ini. Mimpi yang penuh warna warni, semuanya meluap dalam genggaman kedua tanganmu. Tetaplah genggam impian itu...