/pro·log/

721 129 29
                                    

Ia hampir lupa bagaimana hujan menyanyikan senandungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia hampir lupa bagaimana hujan menyanyikan senandungnya. Bahkan ia hampir lupa bagaimana kapel di sudut kota menjadi kesukaannya. Baginya, apapun yang ia sukai dulu tak ada artinya. Ada kesedihan yang tak bisa ia tutup-tutupi, jelas sekali. Pun ia tertawa, ia hanya pura-pura.
Ia terikat oleh banyak hal, rasa yang belum bisa ia tanggalkan dalam sekejap mata ataukah rindu yang selalu ingin ia tuntaskan tanpa banyak tanya; kapan dan dimana.
Perihal takdir, ia pernah percaya apa yang ia jaga tak mutlak akan selamanya, tapi rasanya egois berkecamuk melawan dan selalu siap memberontak pikiran. Tunduklah ia dalam egonya sepanjang tahun.
Lalu alam raya membawa kabar baik bahwa satu- satunya yang ia butuhkan adalah waktu. Pikirnya mungkin sesekali akan kembali. Lukanya mungkin belum sepenuhnya sembuh, tapi ia baik-baik saja, dan akan tetap baik-baik saja; selalu begitu.

Sepasang PendarWhere stories live. Discover now