Bagian Dua

351 100 125
                                    

"Perkenalkan nama saya Nakamoto Dilan, saya siswa pindahan dari Jepang," ucap Dilan di depan kelas seraya tersenyum ramah.

Nathan menatap datar kearah Dilan yang sedang memperkenalkan diri didepan kelas. Jujur, Ia sangat kesal sekarang, bisa-bisanya seorang Dilan masuk ke kelasnya.

"Dilan, kamu bisa duduk disebelah Nathan ya, " ujar Bu Wendy dan langsung diangguki oleh Dilan.

Nathan yang mendengar namanya disebut-sebut langsung menyuruh Renjun duduk disebelahnya.

"Njun, duduk sini gih! gue gak mau duduk deket dia," ujar Nathan pada Renjun yang saat ini sedang duduk disebelah Hyunjin.

Renjun menggeleng cepat. "Ogah! gue gak mau duduk disitu. Lo kan pelit kalo ngasih jawaban pas ulangan."

Nathan berdecak kesal, kenapa Renjun gak tau situasi banget sih? padahal sekarang lagi gawat darurat, masa iya dia gak mau nolongin?

"Njun, tolongin gue sekali ini aja. Gue janji ngasi contekan pas ulangan kimia nya pak yixing." Nathan terpaksa memelas-melaskan wajahnya supaya dikasihani oleh Renjun.

Renjun terlihat berpikir sebentar karena hal ini juga menyangkut nilai kimianya, bisa malu kalo cuma dapet tiga puluh pas ulangan kimia. Duh, mau ditaruh dimana muka imutnya kalo hal itu beneran terjadi.

"Yaudah gue duduk deket lo! tapi janji ya contekin gue pas ulangan kimia," ujar Renjun seraya memelototkan matanya.

Nathan berdecak. "Iya-iya janji deh nanti gue kasih contekan asalkan lo cepetan kesini."

Secepat kilat Renjun langsung duduk disebelah Nathan sebelum didahului oleh Dilan.

"Lho kok lo duduk disitu? bukannya tempat duduk lo tadi dipojokan sana ya?" ujar Dilan sambil menunjuk kursi kosong yang sebelumnya diduduki oleh Renjun.

"Hehe, gue kan sukanya pindah-pindah tempat kayak spiderman. Maklumin aja ya," ujar Renjun sambil nyengir tak berdosa.

Dilan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah absurd dari Renjun, Ia terpaksa pindah ke sebelah Hyunjin yang duduk di pojok kelas. Sejujurnya, ia tidak suka dengan tempat duduk pojok karena hal itu bisa membuatnya sulit menangkap pelajaran.

Nathan menatap nasi goreng dihadapannya tanpa minat, padahal cowok itu sangat suka dengan nasi goreng buatan bibi nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nathan menatap nasi goreng dihadapannya tanpa minat, padahal cowok itu sangat suka dengan nasi goreng buatan bibi nya. Entahlah, mood nya menjadi buruk saat Dilan masuk ke sekolah ini.

"Nat, kalo gak suka nasi gorengnya mendingan buat gue aja deh. Daritadi gue ngiler liat nasi goreng punya lo, ada telur mata sapinya terus keju mozarella terus ada-" ucapan Renjun jadi terpotong karena Nathan sudah menggeser tempat makannya.

"Makan tuh nasi goreng, gue lagi gak mood makan," sahut Nathan dengan jutek.

Kelima orang yang dihadapannya saling memandangi satu sama lain, biasanya Nathan yang paling semangat makan kalo lagi bel istirahat.

Jisung inisiatif membelikan strawberry smoothie untuk Nathan, itung-itung untuk memperbaiki mood sahabatnya itu.

"Nih buat lo, diminum jangan cuma diliatin aja. Minumannya gak bakal habis kalo cuma dipandangin doang, yang ada ntar dia malah baper," canda Jisung, alhasil malah jadi garing.

"Ketawa napa ketawa, muka lo pada sepet-sepet kayak ketek bau asem," ujar Haechan memecah keheningan diantara mereka.

"Gue lagi gak mood buat ketawa, pengennya cuma diem-diem bae," sahut Nathan sambil menyeruput smoothie nya.

"Kalo gue liat mungkin kotak tertawa lo lagi ngambek Nat," jawab Renjun asal.

"HAHAHAAHA BISA AJA LO BURHAN." Siapa lagi yang paling receh kalau bukan pacarnya Jisung, si Chenle.

"Nathan kalo diem jadi aneh ya? gue malah takut kalo dia jadi kayak gini," celetuk Mark mulai menistakan teman-temannya, tanpa mereka sadari Nathan mulai tersenyum.

Renjun melirik Nathan. "Jadi kayak anak perawan lagi pms, senggol dikit bacok. Lo gak mungkin lagi pms kan Nat? jatohnya ntar malah serem."

Nathan tertawa. "Nglawak lo kuncoro?"

Chenle mendelik. "Kuncoro bokap gue ya Nat! sembarangan aja lu kalo ngomong."

Renjun menjitak kepala Nathan. "Goblok lu main sebut-sebut nama bapak gue, ntar kalo dia lagi minum tiba-tiba keselek gimana?"

"Ya bukan salah gue dong, kalo itu takdir gimana?"

Renjun mencebik. "Serah lo, lelah hayati dicela sama babang Nathan."

Chenle bergidik melihat tingkah Renjun. "Najis Njun, nyabe ke taman lawang sono!"

Renjun melempar botol teh yang habis ia minum ke arah Chenle. "Setan, gue masih waras ya sampai saat ini."

"Heh jangan lempar-lempar botol ke jidat pacar gue dong, ntar kalo benjol lo mau tanggung jawab?!" ujar Jisung mulai ngegas sambil mengusap lembut jidat Chenle yang merah akibat ulah Renjun.

Renjun menyahut, "Ya gini kalo bucinnya udah mendarah daging terus merasuk ke jiwa dan roh."

"Wajar kali namanya juga lagi jatuh cinta, ntar kalo lo pacaran pasti ngerasaiin hal sama kayak kita. Minta chatnya dibales cepet, nempel-nempel kayak perangko terus kalo lagi istirahat mojok berduaan, udah deh dunia seakan jadi milik berdua," sahut Mark panjang lebar.

Renjun menopang wajahnya seraya menatap pasangan yang ada didepannya. "Tapi kapan? gue kan juga pengen punya pacar."

Nathan melirik Renjun lalu mengacak rambut cowok itu dengan gemas. "Santai, nanti juga ada yang mau sama lo."

Kedua pasangan yang ada didepan mereka langsung bersuit-suitan saat melihat interaksi manis antara Nathan dengan Renjun.

"Jadian aja lo berdua, gemes banget gue liatnya," kata Haechan.

Nathan dan Renjun langsung menggeleng cepet. "Big no! dia bukan tipe gue banget."

Mark mengerling. "Udahlah tinggal tunggu waktunya aja, pokoknya gue tim minta pajak jadian."

"Setuju!" ujar mereka serempak kecuali Nathan dan Renjun yang hanya menatap datar keempat temannya.

"Berisik, gue anti pacar-pacaran club. Lebih enak sendiri daripada punya pacar, ribet," ujar Nathan lalu meninggalkan kelima temannya.

"Woy Nat, mau kemana lo?!" seru Jisung.

"Rooftoop. Gue mau nyebat," balas Nathan seraya tersenyum lebar ke arah teman-temannya, anak itu memang terkenal nekat kalau berada di lingkungan sekolah.

Mark hanya menghela nafas panjang, memaklumi sikap temannya itu. "Biarin dia mau ngapain aja, toh cuma disekolah ini dia bisa bebas."

Kelimanya mengangguk menyetujui lalu kembali melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sepasang PendarWhere stories live. Discover now