Bagian Tiga

293 87 127
                                    

Sehabis pulang dari bimbel, Nathan memutuskan untuk tidur di penthouse daripada di rumah papanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sehabis pulang dari bimbel, Nathan memutuskan untuk tidur di penthouse daripada di rumah papanya. Semua orang tidak tahu tempat ini karena Nathan memang berniat untuk merahasiakan dari mereka, ia hanya ingin sendiri tidak ingin diganggu atau ditemani.

Belom ada sepuluh menit ketenangan Nathan terganggu oleh suara telepon yang berdering berkali-kali membuat cowok itu berdecak kesal.

"Ck, mau tenang sehari aja gak bisa" Monolog Nathan seraya mengambil handphone nya yang ada di nakas, ia mengernyit saat melihat Bi Irene meneleponnya.

"Malem Bi, tumben jam segini telepon. Ada apa?"

"Den Nathan sekarang ada dimana? "

Nathan sedikit terkejut saat mendengar suara Bi Irene yang panik di ujung sana. "Bibi kenapa? Rumah aman kan bi?"

"Aman den, cuma ini bapak-"

"Papa kenapa? Bikin ulah dimana lagi dia?" potong Nathan.

"Tadi bibi ditelepon sama perempuan, katanya bapak lagi mabuk berat di kelab"

Nathan mendesah lelah. "Yaudah, ini Nathan mau jemput papa, makasih ya bi."

Nathan memijat pangkal hidunya, ia kesal sekaligus lelah menghadapi tingkah papanya yang sangat menguras kesabaran.
Sejujurnya Nathan tidak suka kalau papanya itu main ke kelab sambil minum-minum atau bermain dengan banyak perempuan. Tapi apa daya, papanya itu keras kepala dan tidak bisa dilarang.

"Sampai kapan papa bakal kayak gini terus?" lirih Nathan seraya melihat foto yang ada di nakas, foto itu diambil dua belas tahun yang lalu saat dirinya masih berusia lima tahun bersama dengan papa nya. Seandainya waktu dapat diputar ulang, Nathan hanya ingin kembali di masa-masa itu, masa dimana ia dapat merasakan dekapan hangat papanya itu saja.

Tidak terasa air matanya mengalir begitu saja, menyadari hal itu Nathan mengusapnya dengan kasar lalu ia langsung mengambil kunci mobil yang berada diatas kasur lalu segera beranjak pergi dari penthouse.

Tidak terasa air matanya mengalir begitu saja, menyadari hal itu Nathan mengusapnya dengan kasar lalu ia langsung mengambil kunci mobil yang berada diatas kasur lalu segera beranjak pergi dari penthouse

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nathan mencengkram erat setir mobilnya sampai buku-buku jarinya memutih, ia menambah kelajuan mobilnya menjadi 140 km per jam, entahlah apa yang dipikirkannya sekarang. Seorang Nathan punya pemikiran yang rumit dan tidak bisa ditebak.

Sepasang PendarWhere stories live. Discover now