Bagian Satu

594 119 271
                                    

Siapa yang tidak kenal dengan Jung Jonathan? Satu sekolah pun kenal siapa dia, laki-laki dengan sejuta kemampuannya dan jangan lupakan wajah tampan yang menurun dari sang papa

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Siapa yang tidak kenal dengan Jung Jonathan? Satu sekolah pun kenal siapa dia, laki-laki dengan sejuta kemampuannya dan jangan lupakan wajah tampan yang menurun dari sang papa. Tapi sayang, dibalik kesempurnaannya dia adalah orang yang tidak pernah percaya apa itu cinta, baginya cinta tidak lebih dari sekedar omong kosong.

"Nathan, kenapa nilai kamu turun?!" ujar Jung Jaehyun, papa Nathan.

Nathan berdecak malas, masih pagi tapi papa nya itu sudah mengomentari nilai rapotnya. "Nilai Nathan cuma turun berapa persen sih pa? nggak sampe anjlok banget kan? gak usah dipermasalahin, lagian Nathan juga masih ranking satu kok."

"Kamu pikir nilai segini bisa masuk kedokteran? masa depan kamu itu Nat, jangan pernah menyepelekan walaupun cuma nol koma satu persen," ucap Jaehyun lalu meninggalkan anaknya yang masih menahan emosi.

Jaehyun membalikkan tubuhnya lalu menatap tajam sang anak. "Pulang sekolah langsung bimbel, gak ada alasan buat nongkrong atau main. Papa gak suka kamu membangkang, mengerti?!"

Nathan hanya bergumam seadanya, ia benci hidupnya yang seperti ini, diatur dalam kekangan papanya tanpa kasih seorang ibu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Nathan hanya bergumam seadanya, ia benci hidupnya yang seperti ini, diatur dalam kekangan papanya tanpa kasih seorang ibu. Semua ini membuatnya menjadi anak yang harus tampil sempurna tanpa cacat, menjadi anak yang pura-pura bahagia padahal ia sangat rapuh, menjadikannya seseorang yang ambisius, perfeksionis, dan tidak kenal ampun pada lawan.

Nathan meremat kertas rapotnya dan membuangnya pada tempat sampah seakan kertas itu tidak ada artinya lagi.

"Den Nathan ini bekalnya sudah bibi siapkan." Nathan tersenyum lalu mengambil kotak makan yang disodorkan oleh pengasuh itu, setidaknya masih ada orang yang peduli dengannya dirumah ini.

"Makasih ya bi, nanti Nathan pulang jam delapan malem soalnya ada bimbel. Bibi dirumah jaga diri ya? Nathan mau berangkat sekolah dulu," kata Nathan lalu berpamitan. Ia sudah menganggap bibi nya itu sebagai ibu, karena sedari kecil ia hanya dirawat oleh seorang pengasuh yang ada dirumahnya.

"Belajar yang pinter, biar gak dimarahin terus sama papa." Nathan mengangguk, ia selalu ingat pesan bibi nya itu.

" Nathan mengangguk, ia selalu ingat pesan bibi nya itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Sepasang PendarOnde histórias criam vida. Descubra agora