[7; Warm]

7.1K 1.1K 238
                                    

Haechan mulai meneteskan air matanya kala melihat pantulan dirinya di cermin. Atau mungkin pantulan Jaemin? Samar-samar bisa ia dengar sebuah suara dalam dirinya yang memanggil namanya.

"Ba-bagaimana bisa? Ti-tidak mungkin" Haechan menutup mulutnya tak percaya jika dirinya secara tidak sadar masuk ke dalam diri Jaemin.

"Haechan-ah... Kau kah itu...?"

Tangis Haechan semakin menjadi, sementara Jeno yang sedang menepuk-nepuk pipi Mark agar terbangun kebingungan saat melihat Jaemin yang menangis tersedu-sedu di depan cermin.

"Iya... Ini aku... Hiks, Jaemin-ah.. maaf... Maafkan aku" Haechan mengusap wajahnya kasar, berusaha untuk menghentikan air matanya. Bagaimanapun juga, tubuh itu milik Jaemin.

Jeno semakin bingung kala Jaemin menyebutkan namanya sendiri dan mulai berbicara sendiri di depan cermin. Jeno berusaha memanggil-manggil nama Jaemin agar anak itu menoleh padanya, namun tak ada respon.

"Haechan..." Barulah Haechan menoleh kearah Jeno. Jeno mematung saat mereka saling menatap satu sama lain, ia membelalakkan matanya karena terkejut. Penantiannya terbalas.

"K-Kau.. benar-benar Haechan?"

Haechan mengangguk dan segera memeluk Jeno, masih dengan tubuh milik Jaemin. Jeno terdiam, sementara Haechan masih menangis. Diusapnya surai itu secara lembut, berusaha menenangkan. Jeno membalas pelukannya, setetes demi setetes air mata mulai mengalir dari matanya. Rindu yang sudah menggebu-gebu di dalam hati akhirnya keluar bersamaan dengan isak tangisnya.

"Aku... Merindukan kalian" Ujar Jeno, pelukannya semakin erat.

"Hiks.. hangat.. ini hangat.." Haechan juga mengeratkan pelukannya. Ia rindu perasaan ini, perasaan hangat yang menyelimuti tubuhnya, sudah lama ia tak merasakannya.

Jeno menangkup pipi Haechan, atau Jaemin? Yang pasti, Jeno senang. Yang dinanti-nanti akhirnya muncul. Yang sebelumnya tenggelam ke dasar, perlahan-lahan mulai muncul ke permukaan. Rencananya sedikit demi sedikit berhasil. Jeno mengusap pipi itu lembut untuk menghilangkan jejak air matanya.

"Sshhtt.. berhentilah menangis.. aku disini Haechan-ah.."

"Maafkan aku.. maaf karena telah meninggalkan kalian.."

"Tidak, harusnya- Eh? Haechan? Haechan?!" Jeno terkejut saat tiba-tiba Haechan berhenti bersuara dan menundukkan kepalanya dalam. Ia menggoyang-goyangkan tubuh itu.

Jaemin membuka matanya, mengerjapkan sebentar berusaha untuk meminimalisir cahaya yang masuk ke pupil matanya . Tubuhnya terasa pegal-pegal. Ditatapnya Jeno yang sedang memandangi wajahnya.

"Uuh.. Jeno? Kau kenapa?" Jaemin mengernyit melihat wajah Jeno yang seperti habis menangis.

"Tunggu, aku kenapa?" Tanya Jaemin. Jeno terdiam.

"Haechan?! Kau dimana?!" Jaemin terkejut saat Jeno tiba-tiba berteriak lantang dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Jaemin ikut mengedarkan pandangannya.

"J-jeno-ya... K-kau melihat Haechan?"

"Dia tadi berada di dalam dirimu Jaemin-ah.." Jaemin terkejut. Pantas saja badannya terasa pegal-pegal, dan ia tak ingat apapun, seingatnya tadi ia sedang sibuk mengganti-ganti channel televisi.

"Ah sudahlah, lupakan" Jeno berjalan keluar dari kamar Mark, diikuti oleh Jaemin di belakangnya, meninggalkan Mark yang masih pingsan di atas kasur.

Sementara itu, Haechan berdiri di salah satu sudut kamar Mark. Tubuhnya tadi terasa seperti tertarik. Haechan diam memandangi telapak tangannya dengan tatapan kosong. Dilihatnya Mark yang terbaring di kasur. Dengan perlahan, ia menghampiri Mark. Berjongkok di samping tempat tidur Mark dan menatap Mark yang masih belum membuka matanya. Disentuhnya pipi tirus itu.

OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang